Seorang gadis masuk kedalam Kafe yang cukup ramai, sorot matanya mencari seseorang yang bebebrapa menit yang lalu ia paksa untuk bertemu.
Dan pandangannya terhenti pada sosok yang tengah duduk di ujung Kafe. Gadis itu berjalan mendekat pada lelaki yang tengah sibuk mengaduk-aduk latte dihadapan pria itu.
"Rencana lo terlalu berbelit-belit! Terlalu ribet!" tanpa sapaan atau apapun Gadis itu pangsung to the point, membuat pria yang masih sibuk mengaduk-aduk lattenya mendongkak, menatap binggung Gadis yang masih berdiri di hadapannya.
"Duduk, terus pesen minum dulu," katanya dengan nada tenang.
Gadis itu menurut, duduk di hadapan pria yang masih menatapnya, namun dirinya tidak memesan minuman, mulutnya terlalu gatal untuk mengeluarkan semua ucapan demi ucapan yang sejak beberapa menit yang lalu ingin ia ucapkan.
"Rebut Vanya dari Mevan! Gua benci mereka bersama dan bahagia!" perintah Gadis itu dengan nada tegas.
Pria di hadapannya hanya menghela nafas gusar.
"Gua lagi berusaha."
"Berusaha apa? Selama ini gua liat lo gak ngelakuin apa-apa yang buat Vanya jatuh cinta ke lo! Kalo emang lo gak mau kerja sama-sama gua gua yaudah gua bakal misahin mereka sendiri!"
"Lo terlalu terburu-buru! Misahin mereka gak segampang yang lo ucapin! Lo harus sabar, gak secepat itu lo dapetin Mevan!"
"Tapi rencana lo juga terlalu memperlambat waktu gua buat dapetin Mevan!"
"Bisa sabar? Kalo gak bisa, lo malah bakal bikin semuanya hancur!"
***
Hari ini hari libur, namun Vanya tidak kembali menjadi kebo di hari libur, gadis itu telah bangun pagi-pagi hanya untuk lari mengelilingi komplek bersama Mevan.
Namun sejak beberapa menit yang lalu Vanya sama sekali tidak berlari, ia hanya berjalan santai dan sesekali duduk di pinggir jalan karna merasa lelah.
Seperti saat ini, Vanya tengah duduk santai di pinggir jalan dengan kaki yang di luruskan, Mevan yang duduk di samping Vanya hanya bisa menahan sabar dengan tingkah kekasihnya itu.
Pagi-pagi membangunkannya dan menyuruhnya untuk ikut lari pagi, namun yang sedari tadi mereka lakukan bukan berlari, melainkan jalan santai dan duduk.
"Van lo tau gak?" tanya Vanya sambil memainkan batu-batu kecil.
"Apaan?"
"Anya...."
"Kenapa?"
"Bisa bernafas lohhhh..."
Bangsat! Nyesel nanya gua!- Batin Mevan.
"Kalo lo gak bisa nafas lo mati Sueb!" gemas Mevan yang tengah mencoba sabar.
"Eh kutil dugong! Cantik-catik gini di bilang Sueb!dasar Juki!" balas Vanya dengan kesal.
"Iya kalo di liat di lobang sedotan terus liatnya di atas tugu monas!"
"Cantik gitu?"
"Engga lah pinter! Keliatan aja kagak!" jawab Mevan sambil menahan tawa saat raut wajah Vanya berubah memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.
Teen Fiction| T y p o B e r t e b a r a n. | •belum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisan• ᴡᴀʀɴɪɴɢ (𝟷𝟽+) ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ᴍᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ʙᴀʜᴀsᴀ ᴋᴀsᴀʀ , ᴊɪᴋᴀ ᴋᴜʀᴀɴɢ ɴʏᴀᴍᴀɴ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ sᴜᴋᴀ ᴍᴏʜᴏɴ ᴅɪ ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ. ---🌸. Mevan dan Vanya, dua sejoli yang s...