Setelah dua hari yang lalu saat Vanya menghabiskan 4 kotak es krim sekaligus, kini Vanya terkena azab, Vanya terkena flu dengan hidung yang sulit bernafas, tubuhnya pun terbalut selimut tebal di saat udara tengah panas-panasnya.
Setelah ini Vanya sudah tidak mau makan es krim malam-malam lagi, apalagi hingga 4 kotak, Vanya sudah kapok.
"Makan dulu buburnya, dari pagi gak mau makan tar tambah sakit," kata Nadin sambil menyodorkan sendok berisi bubur pada Vanya.
"Anya gak mau Mah! Anya maunya Mevan bukan bubur!" ucap Vanya untuk kesekian kalinya, merengek meminta Mevan bukan yang lain.
Nadin menghela nafas, merasa kesal sekaligus kasian pada anak satu-satunya ini.
"Mevan masih sekolah, nanti pulang sekolah bakal ke sini kok Nya. Sekarang makan buburnya dulu yah biar cepet sembuh," kata Nadin yang kembali membuju Vanya agar mau makan.
Vanya menggelengkan kepalanya dengan wajah yang terlihat sangat pucat.
"Anya gak mau! Anya mau kaya gini aja, enak kalo sakit bisa manja-manja sama kasur sepanjang hari," kata Vanya dengan cengiran bodohnya.
Nadin benar-benar ingin mengurbankan Vanya detik ini juga, bisa-bisanya anaknya ini memanfaatkan keadaan saat anak durhakanya tidak tau bagaimana khawatirnya ia saat Vanya muriang tengah malam, memanggil-manggil nama ustad untuk di ajak dangdutan bareng di saat Vanya tengah tidur.
"Yaudah sakit aja terosss sampe di panggil tuhan biar mamposss, tenang aja malaikat izrail lagi ngawasin kamu di atas tugu monas!" geram Nadin sambil menaruh mangkuk bubur di meja, kemudian berlalu pergi meninggalkan Vanya yang tengah memanyunkan bibirnya sebal.
Yakali dirinya di panggil tuhan cuman karna pernah memimpikan ustad muda yang ganteng untuk di ajak dangdutan bareng, kan kagak lucu. Apalagi malaikat izrail yang tengah mengawasinya di atas tugu monas, dikira dirinya tengah ujian sampai-sampai di awasin.
"MAH ANYA GAK BISA NAPAS!" teriak Vanya yang hidungnya kembali kambuh.
"BODO AMAT!!! MANJAH-MANJAH SAMA KASUR AJA TEROSS SAMPE MAMPOSS!" Nadin balas berteriak dengan nada kesal.
"MAMAH JAHAD! NGEDOAIN VANYA BIAR CEPET DI PANGGIL SAMA TUHAN, GAK AKAN ANYA RESTUI SAMA TUKANG SAYUR YAH."
"BAPAK LO LAKI! NAJIS AMAT GUA SAMA TUKANG SAYUR YANG RAMBUTNYA SELALU PAKE MINYAK JALANTAH ITU! MENDING GUA SAMA KIM TAEHYUNG TUKANG IKAN CUE DI PASAR!"
"SETRES!"
Setelah itu tidak ada teriakan-teriakan lagi, mungkin Nadin telah lelah, bisa juga batrenya telah habis.
Vanya memilih mengecek ponselnya, menunggu Mevan menghubunginya yang ternyata belum menghubunginya juga, jangankan menghubunginya, sebatas mengirimnya pesan berisi keadaanya yang sudah membaik atau belum aja tidak.
Apa Mevan saat ini tengah tebar pesona dengan gadis lain? Tengah sibuk dengan Renata? tengah mendekati gadis lain atau Renata?.
Vanya membuang ponselnya ke atas bantal, menutupi seluruh tubuhnya hingga kepala dengan selimut, Vanya mencoba membuat dirinya tidur agar tidak memikirkan itu semua, ia berdoa agar Mevan tidak melakukan itu semua selain duduk manis di atas kloset kamar mandi.
"Gak tidur kan?" suara Mevan membuat Vanya langsung membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya itu.
Vanya menatap Mevan dengan raut wajah senang, senang karna Mevan telah berada di hadapannya, senang karna mungkin Mevan tidak melakukan apa yang membuat ia ingin gantung diri di pohon toge.
Namun tak lama raut wajah senangnya berubah menjadi datar saat sadar jika di kamarnya bukan hanya ia dan Mevan, tapi juga ada orang lain. Vanya tidak masalah dengan Rega, tapi yang membuat raut wajahnya menjadi datar itu adalah kehadiran Renata yang benar-benar tidak pernah Vanya inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.
Teen Fiction| T y p o B e r t e b a r a n. | •belum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisan• ᴡᴀʀɴɪɴɢ (𝟷𝟽+) ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ᴍᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ʙᴀʜᴀsᴀ ᴋᴀsᴀʀ , ᴊɪᴋᴀ ᴋᴜʀᴀɴɢ ɴʏᴀᴍᴀɴ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ sᴜᴋᴀ ᴍᴏʜᴏɴ ᴅɪ ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ. ---🌸. Mevan dan Vanya, dua sejoli yang s...