Hari ini Vanya tidak pergi kesekolah, sejak tadi pagi hujan tak henti-hentinya mereda, malah semakik deras dengan suara guntur yang sering mengagetkannya.
Bahkan sedari pagi dirinya terlalu malas turun dari atas kasur, udara dingin membuatnya merasa nyaman untuk berlama-lama di atas kasur dengan tubuh yang terbalut selimut.
Drt...drt...
Ponselnya yang di nakas bergetar, Vanya mengambil ponselnya, mengeser kotak warna hijau setelah membaca nama yang menelfonnya, Mevan.
"Pagi Anya.... gua tau lo masih di bawah selimut lagi tengkurep kan?"
Vanya memutar bola matanya malas.
"Apaan Van? Gua lagi bertapa nih mau nambah ilmu buat bisa bikin gua jadi kembaraanya kebo," balas Vanya yang kini membuat Mevan di sebrang sana memutar bola matanya malas.
"Nya disitu hujan gak?" tanya Mevan sambil duduk menyila di atas kasurnya.
"Hujan."
"Sama Nya disini juga hujan, berarti kita jodoh Nya," kata Mevan dengan suara yang terdengar sangat senang.
"Muka lo yang kaya jurang yang kena longsor! Iya jelas lah sama... astaga Goblog kok dipelihara sih Van? Ini masih Pagi Mevan!!!" kesal Vanya yang benar-benar ingin menyantet Mevan detik ini juga.
"Lah kenapa sih Nya?" tanya Mevan dengan raur wajah binggung.
"KITA SATU KOMPLEK MEVAN NAKAMURA!!! YAH JELAS LAH SAMA-SAMA HUJAN! astaga... sabar gua sabar," Vanya mengatur nafasnya agar tidak emosi, namun kegoblokan Mevan membuat Vanya ingin menyantet Mevan detik ini juga.
"Hehehe maap yah maap, gua sayang lo papai."
Tut...tut...
Sambung telfon pun terputus, Vanya langsung menutup wajahnya dengan bantal, Mevan benar-benar membuatnya kesal pagi-pagi.
***
"Nya Rega dirumahnya sendiri, Emaknya ikut ke rumah anak pertamanya," kata Mevan memberitahu.
"Yah terus?" tanya Vanya dengan kening berkerut, ia binggung dengan maksud Mevan barusan.
"Rumah Rega yok, kasian Dia disana sendiri," ajak Mevan sambil mendudukan bokongnya di kursi.
"Males ah," kata Vanya sambil fokus membantu Nadin membuat mie instan.
"Nya Kamu tau gak?" tanya Nadin yang membuat Mevan yang kembali ingin membujuk Vanya terjeda.
"Gak tau Mah," jawab jujur Vanya, namun membuat Nadin kesal.
"Panci ini lebih tua dari Kamu loh... ini Mamah beli pas Mamah belum nikah," kata Nadin antusias.
"Yah terus Mah? Anya kudh manggil panci ini Kakak gitu? Kak panci maaf ya, maaf banget nih, Anya mau masak indomie, boleh gak-"
Plak.
Vanya menatap Nadin kesal saat kepalanya dengan enteng di pukul oleh centong.
"Gak kek gitu juga dodol! Mamah cuman ngasih tau doang! Punya anak gini-gini amat, ampun dah Gua."
Vanya memanyunkan bibirnya sebal, kembali membuat indomie dengan perasaan kesal
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.
Teen Fiction| T y p o B e r t e b a r a n. | •belum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisan• ᴡᴀʀɴɪɴɢ (𝟷𝟽+) ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ᴍᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ʙᴀʜᴀsᴀ ᴋᴀsᴀʀ , ᴊɪᴋᴀ ᴋᴜʀᴀɴɢ ɴʏᴀᴍᴀɴ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ sᴜᴋᴀ ᴍᴏʜᴏɴ ᴅɪ ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ. ---🌸. Mevan dan Vanya, dua sejoli yang s...