Vanya berjalan di lorong kelas, mencari Mevan yang sejak menyuruhnya untuk ke kelas duluan itu belum kembali, bel masuk sudah berbunyi dari tadi namun Mevan belum menampakan dirinya juga.
"Anya!" panggil Rega sambil berlari pelan pada Vanya.
Vanya yang menghentikan langkahnya itu menunggu Rega menghampirinya.
"Mevan belum ketemu juga?" tanya Rega yang di beri anggukan oleh Vanya.
"Kalo gitu gua ikut nyari dia," ujar Rega.
"Bel masuk udah dari tadi Ga, tar lo di hukum," kata Vanya.
"Apa bedanya kalo gua masuk ke kelas sekarang Nya? Gua tetep bakal di hukum. Udah yuk gua temenin," Rega mengengam tangan Vanya, membawa Vanya untuk mencari Mevan.
Vanya dan Rega mencari Mevan ke tempat-tempat yang sering laki-laki itu datangi untuk tempat membolos, tapi Mevan tidak ada si salah satu tempat itu.
Sebenarnya dimana Mevan? Jika laki-laki itu membolos pasti akan memberitahunya, tapi ini malah menghilang dan membuatnya cemas.
"Anya!" panggil Rega.
Pandangan Vanya yang semula kesana kemari kini tertuju pada Rega.
"Kenapa Ga?" tanya Vanya.
"Lo beneran cinta sama Mevan?" Rega balik bertanya dengan pertanyaan yang menurut Vanya sangat lah konyol.
"Ngapain nanya kaya gitu?" Vanya tertawa pelan.
"Gapapa sih," kata Rega sambil terkekeh.
"Vanya!" Vanya dan Rega menoleh ke asal suara.
"Ada apa?" tanya Vanya dengan kening berkerut, ia tak mengenali orang yang berada di hadapannya ini.
"Mevan selingkuh noh," katanya dengan nada yang terdengar santai.
"Selingkuh?" tanya Vanya, kini dirinya benar-benar binggung.
Orang yang berdiri di hadapan Vanya mengganguk.
"Dia lagi selingkuh sama Renata di UKS," ucapnya yang detik itu juga langsung membuat Vanya berlari menuju UKS.
Entah benar atau tidak jika Mevan selingkuh, tapi Vanya berharap dirinya hanya tengah di bohongi. Mevannya tidak mungkin selingkuh darinya.
Dirinya tak siap jika memang Mevan main gila di belakangnya.
Namun sialnya ucapan siswi tadi benar, Vanya melihat Mevan yang tengah berpelukan dengan Renata orang yang berniat merebut Mevan darinya.
Bogeman tak kasat mata kini menghantam dada Vanya, membuatnya merasa sesak dan sakit secara bersamaan.
Jika memang kenyataan ini harus ada, lebih baik Vanya memilih untuk pura-pura tidak mengenatuhinya saja dari pada harus merasa sakit seperti ini.
Hatinya begitu sakit melihat orang yang sangat ia cintai tengah berpelukan mesra dengan orang lain.
"Vanya..." Rega menutup ke dua mata Vanya dengan tangannya, guna membuat Vanya tak lagi melihat dua orang yang masih tak menyadari kehadiran mereka.
"Ngapain mata gua di tutup Ga? Percuma! Gua udah liat, hati gua udah ngerasain sakitnya," ucap Vanya dengan suara gemetar, dirinya sudah ingin menangis namun sekuat tenaga ia tahan, ia tak mau terlihat lemah meski pada kenyataanya dirinya memang sangat lemah.
"Ayo pergi," ajak Rega sambil menggengan tangan Vanya, mencoba menarik Vanya pergi dari sana, namun Vanya seperti enggan pergi dari sana, ke dua sorot matanya masih terus memperhatikan Renata dan Mevan yang masih berpelukan tanpa merasa terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.
Teen Fiction| T y p o B e r t e b a r a n. | •belum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisan• ᴡᴀʀɴɪɴɢ (𝟷𝟽+) ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ᴍᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ʙᴀʜᴀsᴀ ᴋᴀsᴀʀ , ᴊɪᴋᴀ ᴋᴜʀᴀɴɢ ɴʏᴀᴍᴀɴ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ sᴜᴋᴀ ᴍᴏʜᴏɴ ᴅɪ ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ. ---🌸. Mevan dan Vanya, dua sejoli yang s...