-
-
-
-Hai aku kembali lagi, pasti pada menahan rindu ya kan, apa menahan penasaran dengan kelanjutan kisahku? Oh ayolah ini hanya kisah yang biasa saja dan mungkin juga dialami oleh beberapa orang di luar sana. Hamil di luar pernikahan tanpa diberi pertanggung jawaban. Ini klise teman, bukan hanya aku yang mengalami bahkan ada yang lebih parah dariku.
Tanganku berhenti mengetikkan sesuatu di atas keyboard ketika bunyi notifikasi dari handphone terdengar.
Kuintip sejenak dengan tangan yang masih mengambang di atas huruf qwerty, senyumku mengembang tatkala mengetahui siapa yang menelfon.
Kak Shilla is call..
Segera ku raih handphone dan menekan tombol jawab. Langsung saja suara Ido menggelegar menyambutnya dan membuatku tertawa lirih.
"BUNDA.."
"Halo sayang,"
"Bunda, Ido kangen. Kapan pulang?" lirihnya menyendu. Sebenarnya aku sudah jauh-jauh hari menyiapkan kepulangan untuk melepas rindu dengan putraku itu. Namun, mau bagaimana lagi sepertinya harus tertunda dengan segala pekerjaanku di sini.
"Bunda, pulang," suaranya mulai merengek, membuatku tak tega.
"Sayang, bunda juga kangen banget sama Ido. Bunda usahakan ya weekend ini di rumah."
"Di sekolah ada acara lomba anak sama bunda. Ido maunya bunda yang datang,"
"Acaranya kapan?"
"Besok jum'at. Bunda datang ya, pliss?"
Hatiku sesak mendengar suaranya, bagaimana ini. Sungguh aku tak ingin melihat anakku bersedih, tapi pekerjaan pun juga tak bisa ditinggal. Oh tuhan...
"Gimana kalo ke acaranya sama Mam Shilla?"
Aku coba memberi pengertian, namun, jawabannya semakin membuatku tertohok.
"Bunda gak sayang Ido lagi, ya?"
"Sayang,"
"Padahal Ido cuma pengen bunda dateng, tapi gak papa deh. Bunda jaga kesehatan ya!" suaranya melirih membuat hatiku semakin sesak, bunda sayang kamu nak.
Selanjutnya suara di seberang sana sudah berganti dengan suara kakakku.
"Gila kerja kamu?" tanyanya otoriter.
"Bukan begitu, kak. Sungguh di sini emang gak bisa ditinggal,"
"Segitu pentingnya sampai mengabaikan anak? Dia butuh kamu, Fy!"
"Kak..."
"Jangan salahkan kakak, kalo Ido tak mau bicara lagi denganmu setelah ini!"
Tut.
Sambungan terputus. Ku gigit bibir bawahku seraya memegang benda pipih di tangan erat, bagaimana ini? Otakku mulai berpikir untuk mengabulkan segala permintaan Ido.
Belum genap lima menit dering ponsel kembali menerpa gendang telingaku.
Mengernyitkan dahi, aku sedikit bingung dengan nomor si penelepon yang tidak ku kenal. Berpikir positif, mungkin salah satu klien yang lupa aku save nomornya. Telepon tersambung.
"Hai sayang,.."
Tunggu suara ini?
"Seperti dugaan mu ini aku,"
"Ada apa kenapa meneleponku, tuan? Aku sedang tidak ada waktu, jika masalah kerja sama, bisa kau hubungi saja sekertaris ku!"
"Ah kenapa kau selalu bersikap menggemaskan sweety? Membuatku ingin mengurungmu di kamar saja,"
"Dengan Tuan Alexander yang terhormat! Aku tidak akan sudi! Dan stop untuk menggangguku!"
"Wah sepertinya nyonya Alexander memang sedang menggodaku, hmm?"
"Stop membalikan fakta itu, brengsek! Dan siapa yang kau beri gelar nyonya Alexander? Aku tidak akan Sudi! Dan cukup untuk menggangguku!!"
Tut..
Sambungan kuputus dengan sengaja.
Meremas kepalaku pelan, huftt!! Sepertinya aku memang harus pulang untuk mendinginkan kepala, tapi, ah aku sudah tidak peduli lagi dengan kerja sama bersama si brengsek itu meskipun dibatalkan aku tak masalah, yang terpenting anakku.
Aku mendial nomor seseorang.
"Halo? Bisa kah kau pesankan tiket pesawat ke Jakarta untukku? Yap hari Kamis nanti. Oke terimakasih,"
Tut.
Ido tunggu bunda sayang..
-tbc
Haiiiiiiiiii..... Wkwkwk
Jangan lupa komentarnya ok!!
👇👇👇👇👇👇

KAMU SEDANG MEMBACA
Biologi's Father
RomanceMASA PERALIHAN SUDUT PANDANG. JADI JANGAN HERAN KALO POVNYA ACAKADUL. BACA SILAHKAN! YANG GAK MAU BACA YOWESS TIDAK MEMAKSA. Lima tahun Ify hadapi penderitaannya seorang diri. Hingga kemudian, seseorang pembawa penderitaan baginya hadir tanpa meras...