Kembali Mengeja

616 79 2
                                        

Dua bulan berlalu cukup membuat keluarga kecil Mario bangkit dari keterpurukan. Ido sudah mulai bisa berjalan, Mario memberikan perawatan terbaik untuk sang anak. Sementara Ify, kini semua waktunya ia habiskan untuk keluarga, sesekali ia membuka ponsel untuk memantau perkembangan perusahaan, seperti sekarang.

Kini di pangkuannya sedang terdapat kepala Mario, sementara ia asyik mengecek email dari Malik—seorang kepercayaan dari perusahaan utama yang diberikan Cakka.

Duselan kepala anak sang mertua begitu mengganggu, dia menjadi tidak fokus. Tangannya reflek mengelus pelan kepala sang suami hingga tak kembali berulah.

"Kakak mending tidur, aku harus mengecek email." Ify menggerutu, pahanya sudah merasa kebas dengan beban kepala Mario. Namun, pria itu tak kunjung beranjak dari sana.

"Honey, ayok tidur. Ido sudah tidur sejak tadi."

"Sebentar, masih ngecek email. Kakak ngertiin dong! Kalo nggak mau tidur aja sama Ido." Ancamannya keluar, membuat Mario bungkam. Tidur sama Ido sama aja bencana untuknya juga hasrat yang berusaha ditahan. Ia kembali mendusel ke perut sang istri memainkan pusar dari luar baju, berharap Ify segera menghentikan aktivitasnya.

Dan benar saja, tangan sang istri segera menahan tingkahnya. "Kak, diam, ih!"

"Ayok tidur." Ify menggeleng pelan, meraup wajah tampan suaminya lalu mengibaskan di belakang sofa.

"Biar setannya ilang. Istrinya lagi kerja juga." Bibir Mario mengerucut, dia tidak sedang kesurupan, hey! Kesayangannya benar-benar tega.

Setelahnya senyum manis kembali terbit kala tangan Ify kembali mendarat di puncak kepalanya, mengelus pelan.

"Besok apa kegiatan kamu?" Pertanyaannya membuat sang istri yang sedang fokus berdecak.

"Apa aja," jawabnya sekenanya, Ify sedang malas ditanya-tanya ketika sedang fokus.

"Ih ditanya juga." Bibirnya mencebik.

"Kakak ganggu!" Ify sudah tidak mood sekarang, ponsel yang ada di tangan ia matikan dan diletak di atas meja. Atensinya sudah penuh kepada sang suami yang sedang mengembangkan senyum. Kini gantian Ify yang mencebik, tak akan lagi ia bekerja saat masih ada Mario, karena seperti yang sudah-sudah pekerjaan itu tidak akan berlanjut karena ulah nakal sang suami.

"Aku tuh kangen, Dear." Halah, tiap hari ketemu kok kangen. Batin Ify kesal.

"Setiap ke kantor bawaannya ingin pulang." Nyinyinyi. Sudahlah, istri Mario sudah kebal dengan ucapan sang suami. Mario dengan segala kemanisannya adalah satu hal yang tidak bisa terpisahkan. Lain kali, akan Ify bungkam dengan selotip agar tidak banyak bertingkah.

***

Kegiatannya di waktu pagi tak ubah seperti biasa, hanya tidak sesibuk kala masih menjadi manusia kantoran. Bangun, membuat sarapan, menanti kedua kesayangannya membuka mata dan mandi. Bebersih apartemen, menjemput Ido ke sekolah, bercengkrama dengan Shilla via WhatsApp, Ify sudah menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.

"Ido berangkat dulu Bunda." Meski masih sedikit kurang tegap untuk berjalan, Ido tetap menolak kala sang ayah menawarkan gendongan. Ia merasa sudah besar, malu katanya.

"Kakak berangkat." Mario memberi banyak kecupan pada wajahnya, kemudian memeluk gemas. Ify berontak karena tak kuat bernapas. Mario-nya benar-benar membuat sebal. Padahal pagi baru saja akan ia jalani.

"Sudah berangkat sana!" Kembali Mario mencuri satu kecupan sebelum berlalu. Selepas keduanya menghilang dari apartemen, Ify segera memulai tugasnya, mulai dari membereskan peralatan makan dan mencucinya.

Hampir tiba waktu siang, semua tugas Ify sudah selesai. Badannya sudah berkeringat, Ify akan mandi sebelum nanti menjemput putra kesayangannya di sekolah. Tidak jauh, hanya membutuhkan sekitar sepuluh menit jika menggunakan mobil.

"Bunda." Ia memekik kala melihat Ido berlari, benar-benar duplikat Alexander, lincah.

"Bunda, Ido dapat nilai 10." Ify mengecup pipi sang putra, sebagai pertanda ucapan selamat. Namun, tampaknya Ido masih kurang puas. Wajah itu tampak sekali masih ingin mengutarakan sesuatu.

"Ido mau apa?"

Wajahnya kembali berseri, ia memeluk Ify dengan manja.

"Nyusul Ayah ke kantor."

"Yaudah, ayok!" Ify dengan semangat pun menyetujui ucapannya. Ido tak kalah senang, ia berhasil menyetujui persyaratan sang ayah pagi tadi. Mario akan membelikannya robot terbaru jika Ido bisa mengajak Ify ke kantor ayahnya siang ini. Dengan semangat empat lima, Ido menyetujui. Baginya itu bukan hal yang sulit.

"Tapi kita pulang dulu, ya. Ganti baju sama bekal makanan. Bunda udah masak soalnya."

"Siap, Bunda," jawabnya tanpa masalah, demi koleksi robot terbaru yang akan mewarnai lemari mainannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Biologi's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang