20. lost.

2.1K 185 38
                                        


Absen dulu dari kota mana aja??? Siapa tahu satu kota bisa meet up😎

"Bunda, temani Ido sekolah hari ini."

"Besok, ya, Sayang. Besok, lusa, dan seterusnya, Bunda janji antar Ido ke sekolah setiap hari."

"Besok itu berapa bulan lagi, Bunda? Dari kemaren Bunda bilangnya besok terus."

Ify menghela napas pelan, ia menatap anaknya sendu. Memang beberapa hari ini Ido meminta untuk mengantarnya ke sekolah. Namun, ia tidak bisa. Sampai hari ini. Ini hari terakhirnya bekerja. Akhirnya, berhentinya ia memimpin perusahaan terealisasi hari ini. Ia sudah menemukan pengganti yang tepat dibantu Sivia dan Alvin tentunya. Memilih untuk tidak memberitahu Mario sebagai kejutan, meski ia tidak yakin jika suaminya itu belum tahu akan keputusannya.

Pekerjaannya di kantor akan berakhir hari ini. Ify akan memantau segalanya dari rumah sekaligus merawat keluarga kecilnya.

"Besok, Bunda janji besok akan temani Ido."

Mata anaknya berbinar penuh harapan. Ify berjongkok membawa Ido ke dalam pelukan.

"Tolong ngerti, ya, Nak. Hanya hari ini, Bunda janji."

"Iya, Bunda, maaf Ido nakal."

Ify menggeleng, mengusap pelan kepala anaknya.

"Ido gak nakal. Bunda sayang Ido, yuk keluar ayah udah nunggu."





Ify baru saja keluar dari kantornya dengan memegang surat resign sekaligus pergantian kekuasaan. Berkat Sivia ia bisa dengan cepat mengurusi pekerjaannya dalam sebulan ini. Senyumnya melebar, ia menjabat tangan Adit, sepupu Sivia. Seseorang yang ia beri kepercayaan untuk memimpin perusahaannya. Cakka dan Shilla sudah mengetahui, dan mendukung penuh keputusannya. Untuk urusan perusahaan yang ada di pusat, Cakka memilih untuk tetap memimpinnya. Di samping ia memimpin perusahaannya sendiri. Membuat Ify bersyukur memiliki kakak ipar sebaik Cakka.

Ia tak sabar memberi kejutan untuk Mario dengan kabar ini, apalagi suaminya itu sempat merajuk karena ia terlalu sibuk akhir-akhir ini.

Ponselnya berdering kala ia baru saja keluar dari kantornya. Sebuah panggilan dari sekolah tempat Ido belajar. Ify segera mengangkatnya.

"Halo," baru saja Ify mengangkat panggilan itu suara di seberang sana segera memberi kabar tidak mengenakkan. Lututnya melemas seketika Ify jatuh terduduk secara tiba-tiba. Sakit di pinggulnya tidak ia rasakan, ia terisak tertahan, namun, isakannya sedikit terhenti saat nyeri menyerang perutnya. Ia menunduk, bola matanya membulat kaget kala melihat paha mengalir darah. Nyeri itu bertambah, wajah Ify semakin pucat. Apalagi dengan terbayang wajah Ido yang baru saja tertabrak mobil. Rasa takut menguasai Ify. Baru saja Ido meminta untuk diantar ke sekolah, wajah anaknya yang sedih terbayang di benak Ify.

'Bunda, antar Ido ke sekolah,' Ify menggeleng, bukan itu bukan permintaan Ido yang terakhir bukan?

Ify kembali marasakan darah yang keluar dari pusat tubuhnya semakin banyak lagi. Kali ini sangat sakit. Perutnya melilit, memberikan rasa sakit yang tak tertahankan lagi.

"Ido," satu kata yang mengakhiri kesadarannya.


***

Mario yang baru saja rapat langsung berlari keluar dari ruangannya saat ponselnya menampilkan pesan dari pengasuh Ido. Rahangnya mengeras dengan tangan yang mencengkram kuat stir mobil. Cemas memikirkan keadaan putranya.

Ia jadi teringat sang istri. Akhirnya membelokkan mobil ke arah kantor Ify terlebih dahulu.

Dengan kecepatan penuh Mario mengendarai mobilnya. Beruntung sekali jalanan hari ini tampak lengang mengingat masih di jam kerja. Perjalanan ke kantor Ify yang memerlukan waktu dua puluh menit hanya Mario tempuh dalam waktu sepuluh menit saja.

Ia mengernyit kala depan kantor Ify begitu ramai. Ia menajamkan matanya kala beberapa orang karyawan menggotong tubuh lemah seorang wanita. Entah kenapa ia merasa cemas kala melihatnya.

"Pak Mario." Mario menoleh kepada salah satu karyawan Ify yang menyapanya. Linda, pengganti Sivia yang resign beberapa hari yang lalu. Mario mengenalnya karena kala itu Linda sempat datang ke rumah untuk bertemu Ify. Mengingat keputusan Sivia yang berhenti bekerja, membuat Mario juga ingin Ify melakukan hal yang sama.

"Pas sekali Bapak tiba. Itu tadi ibu Ify, Pak. Pingsan di depan gedung."

Jantung Rio berhenti dipompa. Aliran darah seakan tidak sampai pada otaknya. Oh Tuhan, apalagi ini. Tanpa berpikir panjang Mario segera mendekat ke arah beberapa orang yang menyelamatkan istrinya.

"Bawa ke mobil saya. Bawa ke sana!" Teriaknya kalap. Mengambil alih tubuh Ify yang lemah. Wajah wanitanya pucat, dan jangan lupakan darah yang banyak menempel di rok yang Ify kenakan.

"Sayang, bangun. Kamu kenapa. Ido kecelakaan, Fy, tapi kamu malah seperti ini. Aku butuh kamu. Aku butuh, bangun, Fy." Mario mengguncang badan Ify yang berada dalam gendongannya. Berharap Ify mau membuka matanya. Namun, tak memberikan reaksi apapun. Ify tetap betah dalam mode tidak sadarkan diri.

Mario meminta salah satu karyawan Ify untuk menyetir. Sedangkan dirinya duduk dibelakang dengan tubuh Ify yang tergeletak pasrah dalam dekapannya.
  Dari kantor hingga rumah sakit, hanya terdengar suara tangis ketakutan Mario akan nasib anggota keluarganya.


Udah-udah wkwkwk. Lanjutannya pan kapan. Hahaha mon maap kurang panjang nanti kalian eneg lagi huehue😂😂😂

Kunjungi dreame aku ya. Wkwkwk.

Pengen challenge komentar terseru dari kalian donk.

Hadiahnya sebuah part lanjutan rahasia. Untuk 3 orang pemenang wkwkwk. Hahahahaha. Aku tunggu sampai besok umwahh!!!!


Biologi's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang