8.Bukan Papa

4.9K 342 37
                                    

Mario menatap bangunan megah dihadapannya, rumah mewah dengan dua lantai. Gerbang rumah ini terbuka, menandakan sang pemilik tengah berada di dalamnya.

Dulu sekali ia pernah mengunjungi rumah ini, beberapa tahun silam. Dan menurutnya tidak berubah. Kecuali taman bermain yang berada di antara bunga-bunga. Dulu taman ini belum ada.

Sebuah bola menggelinding ke arahnya yang berada di depan gerbang. Lalu disusul suara telapak kaki mendekat.

Netranya menangkap seorang anak kecil yang menatapnya. Dia Ido, buah hatinya yang dulu sempat ia tinggalkan. Mario tak bodoh, ia sangat mengenali anaknya, karena beberapa tahun silam ini ia sengaja menyuruh sang anak buah untuk menyelediki segala hal tentang Ify

"Haii," ucapnya kikuk, beginikah ia mau dipanggil ayah,

"Om siapa?"
Mata bulat itu menatapnya penuh tanya.

"Om papa kamu," jawabnya lugas tak bertele-tele. Juga tak peduli dengan keterkejutan Ido.

"Nggak, papa Ido Papa Cakka. Bukan om. Jangan ngaku-ngaku."

Mario tersenyum miris, tak menampik hatinya sedikit nyeri meskipun sebelumnya ia tahu bahwa ini akan terjadi.

"Loh ini papa sayang,"

Ido menggeleng.

"Nggak om bukan papa. Papa Ido papa Cakka."

"Bentar lagi papa akan jadi papa kamu. Papa akan menikahi mama kamu. Dan kita akan hidup bahagia."

Muka anak itu mulai memerah, menahan tangis.

"Jangan rebut mama dari papa. Atau om Ido tembak!"

Mario terkekeh, anaknya ini sungguh lucu. Sangat mirip mamanya.

Ia melangkah mendekat. Namun Ido segera melarikan diri. Berteriak seakan hendak ada yang menjahatinya.

Mario menghela napas. Ini akan susah.

Tepat di depan teras dapat ia melihat seorang wanita menampakan diri. Memeluk Ido memberikan keterangan. Hal itupun tak luput dari pandangannya. Ia bisa menangkap jika putranya itu tengah mengadu. Sampai suatu ketika mata wanita itu menatapnya.

....

Ify keluar dari dapur dengan segelas susu coklat kesukaan Ido yang berada di taman depan untuk bermain. Baru saja ia membuka pintu utama, anaknya berteriak seolah tengan dikejar penjahat. Apa ada penculik, rasa khawatir menyergapnya.

"Bunda. Hiks.."

Wanita dengan daster selutut tersebut menunduk melihat anaknya itu bersimbah air mata.

"Ido kenapa sayang?"

Ia berjongkok menyejajarkan tingginya dengan sang anak.

"Ada yang jahat, bunda?!"

"Penjahat?"

"Iya, om itu. Om itu mau rebut mama dari papa bunda,"

Pandangan Ify mengikuti arah telunjuk anaknya. Hingga tak sengaja matanya bertemu dengan mata tajam milik Mario yang bersedekap, dengan senyum miringnya.

"Ido masuk dulu, ya. Biar bunda marahin om itu. Susunya diminum bunda udah taruh di meja."

Tanpa banyak kata, Ido menurut.

Ify bangkit dari posisinya, lalu melangkah menghampiri pria yang sekarang menjadi kliennya.

"Haii, honey.."

Ify memutar bola matanya jengah.

"Mau apa anda kesini, mr?"

"Mau ketemu anakku, apalagi?"

"Anakmu? Maaf tuan Alexander yang mana anak anda?"

Ify menatap pria di depannya ini dengan tidak terima.

"Ido, siapa lagi? Revido Ryansyah Alexander putra Mario Alexander."

Emosi Ify kembali melonjak. Dengan penuh penekanan ia berujar.

"Percaya diri sekali anda. Ingat dia Revido Hariawan. Bukan anak anda! Lebih baik sekarang anda pergi!"

Mario tersenyum remeh. Wanita di depannya ini ternyata ingin bermain-main.

"Oh ayolah sayang. Beginikah kelakuanmu dengan ayah dari anakmu? Ingatkan siapa diriku, Mario Alexander. Mudah bagiku mengetahui semuanya,"

"Pergi dari hadapan saya!"

"Oh nona, beginikah kelakuanmu dengan klien bisnismu."

"Asal anda tahu, saya sudah memutuskan kerjasama itu!"

Double apdet semoga bisa menemani hari kalian




Biologi's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang