Cie cie yang kemaren gregetan gak bisa buka part 15. Wkwk maafkan dakuhh
Butuh waktu lama untuk bikin part ini, jadi isma butuh vote dan koment yang mendukung.!!!
Tandai typo, apabila mau ngasih masukan tentang penulisan isma juga boleh. Xixixi
Happy reading😆😆😆❤️❤️❤️
Sebulan berlalu sejak bertemunya anggota Alexander dengan Ido, Ify kembali memulai aktifitasnya menjadi pemimpin perusahaan cabang Jogjakarta. Mario masih menepati janjinya hingga saat ini, begitulah Ify mengartikan. Ia kembali menata hidup, seperti sebelum kedatangan pria itu. Bekerja dan bekerja. Ia pun belum berkunjung ke Jakarta. Selama putranya belum merengek, Ify usahakan untuk terlebih dahulu fokus pada pekerjaannya. Mengingat Jakarta, Ify sangat senang sekali kala sang ayah sekarang sudah mau menggunakan salah satu aplikasi pengubah ketikan menjadi suara. Ify belum tahu apa yang menjadi penyebab ayah mau menggunakannya, entahlah selama ini Ify berinteraksi dengan sang ayah hanya lewat tatapan. Ify bisa melihat, kala mata tua itu sedang sedih, ataupun bahagia.
Pak Hariawan memang tak mampu lagi untuk berbicara, pengobatan yang dijalani masih saja belum membuahkan hasil. Hampir enam tahun Ify menantikan ayahnya itu sembuh.
Ah, Ify jadi merindukan orang tercintanya itu. Di waktu jam segini biasanya sang ayah akan menemani Ido bermain. Telephone aja kali, ya. Ify rindu. Hidup dari kecil bersama sang ayah, membuat tingkah manjanya kadang keluar tak tahu tempat. Hanya saja Ify berusaha menahan selama beberapa tahun ini.
Seraya memegang ponsel, Ify juga memeriksa beberapa berkas di mejanya. Panggilannya diangkat dan suara melengking putranya terdengar.
"Halo, Bunda. Ini bunda, 'kan?"
"Iya, Sayang, anak bunda apa kabar? Bunda rindu Ido."
Ify memainkan bolpoint di tangannya. Tersenyum tatkala sang putra menjawab dengan semangat bahwa ia juga merindukannya dan tak lupa rengekan agar ia segera pulang.
Masih mendengarkan Ido berceloteh. Ify juga mendengar suara asisten rumah tangga menyerukan nama anaknya.
"Den Ido itu ayahnya datang?"
"Ayah, Nek? ayah pasti bawain Ido kura-kura. Ido ketemu ayah dulu, ah."
Mendengar percakapan dua orang di seberang sana. Hatinya mendadak gelisah, tiba-tiba panggilannya pun diputus sepihak. Rasa penasaran Ify semakin menjadi. Ify mencoba menelpon ulang ke ponsel kakaknya lagi.
"Halo?" Kali ini ART-nya yang menjawab.
"Bi, kenapa diputus? Ido ke mana?"
"Itu, Non, den Ido nemuin ayahnya."
Dahi Ify mengernyit bingung. "Ayah siapa, Bi?"
"Tuan Mario, Non," Wanita pekerja itu menjawab takut-takut. Ia tahu kalo anak majikannya ini amat sensitif dengan nama itu.
"Deketin ponselnya ke mereka, Bi."
Apa-apaan ini? Apalagi yang harus dihadapi olehnya. Kenapa lelaki itu tak menepati ucapannya. Mario benar-benar brengsek. Apa lagi yang sedang direncanakan oleh pria itu. Dan bagaimana dengan perasaan keluarganya, terutama ayahnya.
Samar-samar Ify mendengar suara Ido berseru, ia juga dapat mendengar suara Mario dengan ceria menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ido. Tanpa pikir panjang, ia segera memutuskan sambungan. Suara orang di seberang sana berganti dengan deru nafasnya yang memburu. Ify marah, marah sekali dengan sifat semena-mena Mario. Berulang kali mengatur nafas, berusaha meredam emosi yang bersemayam dalam dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biologi's Father
RomanceMASA PERALIHAN SUDUT PANDANG. JADI JANGAN HERAN KALO POVNYA ACAKADUL. BACA SILAHKAN! YANG GAK MAU BACA YOWESS TIDAK MEMAKSA. Lima tahun Ify hadapi penderitaannya seorang diri. Hingga kemudian, seseorang pembawa penderitaan baginya hadir tanpa meras...