Pencet bintangnya dulu!!!!
Yang nungguin angkat keteknya???😆😆
Perhatian! Isma tidak menerima koment next or lanjut!
"Aku mundur alon-alon mergo sadar aku sopo."
Ify sampai geleng-geleng kepala melihat dua orang laki-laki berbeda generasi yang sedang berkaraoke ria. Ntah apa yang merasuki putranya saat ini. Bertemu dengan Mario semakin membuat tingkah anehnya terlihat. Mario benar-benar mengubah Ido.
Dan lagu apa itu? Sejak kapan pria berkemeja abu-abu dengan celana bahan hitam itu menyukai lagu dangdut. Apalagi berjoget ria bersama sang putra sekarang.
Ido dengan santainya menggoyangkan pinggul mengikuti gerakan ayahnya. Asyik sekali bocah itu. Baru kali ini Ify melihat sisi lain Ido. Dan juga sisi lain Mario.
"Bunda, ayo goyang bareng Ido bareng ayah."
Ify menggelengkan kepala menolak. Cukup melihat saja membuatnya pening seketika. Apalagi ikut memutar-mutar kepala layaknya Ido sekarang.
Kehebohan ayah dan anak itu terus berlanjut hingga 3 lagu dangdut selesai mereka nyanyikan.
"Habis ini main apalagi, Bunda?"
Ify akan menyudahi acara bermain Ido. Hari sudah beranjak maghrib. Tak mungkin jika harus bermain lagi. Apalagi Ido sudah mencoba banyak permainan di mall ini. Mulai dari time zone, bola, sampai karaoke bareng ayahnya, hingga kini mereka menghabiskan makan di cafetaria bersama.
"Kita pulang ya, sudah mau malam ini."
Ido nampak kecewa namun, tetap mengiyakan perkataan Ify.
"Ayah, mau ikut ke apartemen Bunda gak? Bareng Ido nanti kita nyanyi lagi di sana aja."
Mario melirik Ify sekilas, nampak sekali keberatan di wajah wanita itu. Namun, yang namanya Mario mana peduli.
"Mau, nanti Ayah ikutin Ido sama bunda."
Ido bersorak gembira, sangat kontras dengan wanita yang menikmati makanannya itu menghela nafas lelah. Percuma jika melarang.
"Habiskan makanmu, Ido."
Masih dengan wajah berseri-seri ia mulai menyantap lagi makanannya. Ido rasanya sudah tak sabar. Apalagi saat tangan ayahnya mengelus puncak kepala Ido dengan lembut. Ido tak pernah merasa sebahagia ini. Meski, papa Cakka sering melakukan hal yang sama, namun, dengan ayah Mario terasa berbeda.
Hal itupun tak luput dari wanita yang berada di seberang dua laki-laki berbeda generasi itu. Tak dipungkiri perasaan bahagia perlahan menyusup relung hati Ify.
Setiba di apartemen hari sudah petang, adzan maghrib berkumandang hingga ke telinga mereka. Mario menawarkan untuk sholat berjamaah bersama. Sempat membuat Ify shock. Namun, menerima juga.
Ify serasa ingin menangis saat lantunan bacaan sholat keluar dari mulut Mario. Tak menyangka hal yang dulu sangat tidak mungkin ia impikan kini terjadi. Mario menjadi imam sholatnya.
"Ayah, kapan nikah sama bunda sih. Ido udah pengen tinggal bareng. Terus sekolah di UGM."
Mario tak bisa menahan senyumnya. Anaknya masih mengingat perkataan asal yang ia lontarkan beberapa minggu yang lalu. Tentang tempat sekolah terbaik di Jogjakarta. Hah, padahal lulus TK aja belum anaknya ini. Udah mau sekolah di UGM saja. Meskipun baru 5 tahun, namun waktu seolah cepat berlalu. Dia sudah mempunyai putra saja. Padahal usianya masih 25 tahun. Tapi, dia sama sekali tidak menyesal. Setidaknya Ido-lah yang mengikatnya dengan Ify.

KAMU SEDANG MEMBACA
Biologi's Father
RomanceMASA PERALIHAN SUDUT PANDANG. JADI JANGAN HERAN KALO POVNYA ACAKADUL. BACA SILAHKAN! YANG GAK MAU BACA YOWESS TIDAK MEMAKSA. Lima tahun Ify hadapi penderitaannya seorang diri. Hingga kemudian, seseorang pembawa penderitaan baginya hadir tanpa meras...