Ify berjalan dengan tenang ke arah ruangannya, sapaan para karyawan ia jawab dengan senyuman. Sedang malas mengeluarkan suara, ia memilih mode melempar senyum saja.
Sudah seminggu semenjak kepulangannya dari kota kelahirannya. Ia harus kembali menjalani rutinitas menjadi seorang pemimpin di sini. Bertemu klien, memeriksa berkas, rapat dengan para divisi dan karyawan. Sampai terjun langsung ke pabrik yang akan ia pantau. Segalanya harus Ify bisa.
"Sivia, apa jadwalku hari ini?"
Tanyanya pada seseorang yang berada di balik meja kerja depan ruangannya. Itulah Sivia, sekretaris pribadi ayah yang sekarang beralih menjadi sekretarisnya."Pertemuan dengan Alexander Group Fy, selepas makan siang," jawab Sivia seraya melihat jadwal Ify yang sudah ia rancang di ponselnya. Sivia memang tak memanggil Ify dengan boss ataupun ibu seperti kebanyakan bawahannya. Ify melarang akan hal itu. Sivia adalah teman Shilla, yang dulu ia panggil dengan Univi melihat matanya yang sipit bak orang Korea. Ify semakin tak habis pikir, saat Sivia juga memutuskan menikah dengan Alvino Jhonatan, salah satu kliennya. Alvin juga sipit. Ify sampai tak bisa membayangkan bagaimana rupa mata anak mereka nanti. Dengan enteng wanita menjawab akan cantik seperti ibunya.
Bossnya itu mengangguk kemudian segera beranjak ke ruangan. Merasa ada yang beda, Ify mengurungkan niat. Malah beralih menatap Sivia.
"Eh Vi, bentar-bentar. Kok kamu pucat? Kamu sakit?"
Sivia terlihat gelagapan mendengar pertanyaan yang diajukan oleh wanita di depannya. Benar kan ada sesuatu. Ify semakin curiga juga khawatir. Ia menempelkan punggung tangannya pada dahi Sivia. Memeriksa keadaan wanita itu.
"Gak panas tuh tapi wajah kamu kok pucet?"
Bukannya menjawab, Sivia malah menarik Ify menuju ruang kerja. Mendudukan dengan paksa sang bos di sebuah sofa tunggal.
"Jadi apa yang terjadi?" Ify menatap Sivia menuntut.
"Aku... Aku hamil," ucapnya gugup seketika membuat kaget sekaligus senang. Ternyata produksi bayi Korea berhasil juga.
"Via kamu serius? Ya allah akhirnya kakakku yang satu ini berisi juga," serunya senang, memberikan pelukan hangat pada wanita itu.
"Oh iya berapa bulan?"
"Baru 2 minggu, Fy, doakan ya semoga sehat."
"Aminn. Hai, baby, kenalin ini aunty Ify, jangan nakal ya di dalam sini."
Ify mengelus perut Sivia, dalam hati ia berharap semoga kebahagiaan juga segera menghadiri rumah tangga kakaknya.
"Oke, Via, kalo gitu kamu harus istirahat. Jangan mudah capek. Kamu boleh pulang jika udah lelah oke. Atau kamu mau mengambil cuti? Aku beri izin!"
Sivia menghela nafas, nambah lagi satu orang yang membatasi ruang geraknya setelah sang suami dan ibu mertua. Kini adik sekaligus bos mudanya pun seperti itu. Padahal Sivia adalah tipe orang yang tidak bisa diam di satu tempat saja. Namun, ia tetap mengangguk mengiyakan. Terpaksa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Biologi's Father
Storie d'amoreMASA PERALIHAN SUDUT PANDANG. JADI JANGAN HERAN KALO POVNYA ACAKADUL. BACA SILAHKAN! YANG GAK MAU BACA YOWESS TIDAK MEMAKSA. Lima tahun Ify hadapi penderitaannya seorang diri. Hingga kemudian, seseorang pembawa penderitaan baginya hadir tanpa meras...