He Is My Soldier [SUDAH TERBIT]

1. Lingkungan Baru

Menulis, menulis dan menulis adalah hobi bagi kayra. Tidak, mungkin bukan hobi lagi. Menulis baginya adalah segalanya, segala apapun ia tuangkan lewat tulisan. Namun bukan kayra namanya jika ia akan terus mengembangkan kemampuannya dalam bermain pena. Ya, kayra adalah anak yang sedikit introvert. Menurut kayra, teman terbaik yang selalu setia menemani dan mendengarkan cerita hidupnya adalah pena dan buku kecil miliknya, kemana-mana kayra selalu membawa dua benda sakral tersebut.

“Mau lanjut dimana SMP nya, sayang?,” tanya ayah si gadis pemilik dua benda sakral itu. Tantra namanya, ia tetaplah sosok seorang ayah yang lembut dan penyabar dibalik sikap tegasnya disaat bertugas, beliau juga tetaplah seorang pemimpin rumah tangga sekaligus seorang ayah yang bertanggungjawab dalam mengayomi dan mendidik istri serta anaknya.

“Kayra masih bingung pa, menurut papa saja bagaimana?,” jawab gadis itu sembari menghampiri ayahnya yang tengah bersantai di ruang tengah. Manusia tertutup di depan antero jagat raya. Namun, lain lagi ketika di hadapan kedua orangtuanya, gadis itu akan menjadi sosok yang periang lagi terbuka.

“Bagaimana kalau kamu di pondokkan saja nduk? Mamamu ini belum bisa sepenuhnya mengajarimu taat beragama. Memang, selama ini mama berusaha mengajarimu untuk taat dan lebih mendekatkan diri kepada Allah, tapi mama menginginkan kamu lebih baik dari mama dan papa, sayang,” sahut Mira selaku ibu dari gadis kecil itu. Ia ikut menimbrung suami dan anaknya yang tengah melakukan deep talks mengenai sekolah yang akan anaknya tempuh selanjutnya, sambil membawa beberapa kue kering yang dipadukan dengan teh hangat kesukaan suaminya.

“Ma, kalau anak satu-satunya kita ini di pondokkan, lalu siapa yang akan menemani mama? Papa kan bisa saja sewaktu-waktu mendapatkan tugas dan dengan terpaksa harus meninggalkan mama, mama mau sendirian? Emang mama ngga butuh temen di rumah?,” selama ini memang Mira selalu ditemani anak gadisnya saat suaminya itu tiba-tiba ditugaskan. Memang begitulah resiko menjadi istri seorang abdi negara, harus rela berbagi suami dengan negara, pun harus rela menjadi istri kedua, setelah senjata. Tapi, hal itu tidak jadi masalah bagi Mira, karena baginya Tantra adalah pria idaman semua wanita, termasuk dirinya. Beruntung sekali ia bisa memiliki pria itu seutuhnya.

Kring.. kring.. kring..

Jam beker kesayangan Kayra melakukan tugasnya sebagaimana setiap harinya. Tepat pukul 02.30 wib Kayra terbangun karena jam yang ia peluk dalam tidurnya. Jam yang selalu ia bawa kemana-mana dikala ia tidak tidur di rumah. seperti pagi ini, Kayra memulai harinya dengan suasana yang berbeda. Bagaimana tidak berbeda, hari ini adalah hari pertamanya setelah bermalam di bumi pondok.

Lingkungan baru yang membuat ia lagi dan lagi kesulitan beradaptasi. Baginya, ia tidak butuh pengalaman baru, ia cukup dengan pengalamannya selama ini di lingkungan asrama tentara, meskipun tidak banyak, tapi ia merasa cukup dengan itu.

Kayra sendiri yang notabene adalah anak dari seorang Tentara Nasional Indonesia yang selama ini hidup di lingkungan penuh dengan nuansa hijau khas tentara serta ibunya merupakan anggota aktif persit yang rutin mengadakan acara persit mau tak mau harus meninggalkan putri semata wayangnya sendiri di rumah, berbeda sekali dengan ibunya yang cerewet dan supel, Kayra justru adalah anak yang tertutup dan tidak suka banyak bicara, ia hanya mengandalkan buku dan penanya, tetapi kini ia dituntut untuk berevolusi menjadi anak yang terbuka seperti teman-temannya di lingkungan barunya, yakni di pondok.

“Ayo anak-anak bangun nak, waktunya kalian persiapan untuk sholat tahajud. Ayo bangun, ambil air wudhu lanjut dengan sholat tahajud berjama’ah,” itu suara ibu pondok yang tugasnya adalah membangunkan anak-anak pondok untuk melakukan sholat tahajud.

“Bangun mbak, nanti dimarahi ibuk pondok kalau telat jamaahnya, denger-denger si ibuk galak tau,” ucap teman sekasur Kayra yang membangunkan Kayra sembari menepuk pelan punggungnya.