4.Perubahan

2.4K 93 5
                                    

Kayra Syakila Gunawan POV

Pagi dunia, hari ini aku kembali menginjakkan kakiku di kelas tercinta, yakni delapan A. Setelah mengalami libur semester dua minggu lamanya, kini aktivitasku kembali seperti semula, hidup di lingkungan pondok. Aku sangat bahagia pagi ini, entah kenapa setelah liburan itu aku merasa aku menjadi lebih terbuka pada dunia, tidak ada lagi Kayra yang pendiam, kini haya ada Kayra si periang.

Meskipun selama tiga bulan ini papaku sedang bertugas, aku tetap bahagia saja menerimanya, selain karena sudah terbiasa, papaku juga bilang, “Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, keadaan akan tetap sama, aman dan terkendali seperti saat ini”. Oke, mungkin itu memang kalimat penenang yang selalu papaku bilang, tapi aku percaya bahwa papaku pasti akan baik-baik saja, dan akan selau begitu. Lupakan sejenak masalah rumah,  karena saat ini bel masuk telah berbunyi.

Saat bel tanda masuk itu berbunyi dua kali, tandanya guru akan segera memasuki ruangan. Teman-temanku yang masih diluar kelas berduyun-duyun masuk karena jam pertama hari ini gurunya sedikit killer,  namun saat guru itu masuk, beliau tidak sendiri, melainkan bersama satu anak baru. Aku ingat ucapan nabila kala itu.

“Nah kan bener, kantin i am coming,” ucap Nabila karena ucapannya tempo lalu itu benar. Aku hanya menjawabnya dengan gumaman. Setelah anak itu memperkenalkan diri, kini kelas kembali kondusif karena proses belajar mengajar belangsung.

“Kay, kayaknya si anak baru itu ngeliatin kamu terus,” bisik Nabila disampingku.
Aku menoleh sebentar ke arah anak baru itu, tetapi aku dapati anak itu tengah fokus dengan bukunya. “Mana ada, orang dia liatin bukunya tuh, perasaan kamu aja kali,” bisikku balik pada Nabila.

Nabila menganggukan kepalanya. “Oh iya ya, perasaan aku aja kali ya,” balas Nabila yang hanya aku jawab dengan gumaman lagi.
Kini aku dan Nabila kembali fokus dengan pelajaran yang tengah diterangkan oleh guru pengampu.

Tett.. tett.. tett..

Bel istirahat telah berbunyi, ini tandanya, nabila akan menagihku untuk membayarkan makanannya.  Aku menyuruhnya untuk memilih sendiri makanan yang akan ia beli untuknya dan untukku juga, sedangkan aku hanya duduk menunggunya di meja kantin.

“Aku pesen mie ayam sama es jeruk gapapa kan?,” tanya Nabila saat ia baru saja datang setelah memesan makanan.
“Gapapa.” jawabku.
Ketika mie ayam beserta es jeruk yang kami pesan datang, kami segera menyantapnya. Disela-sela kami makan, tiba-tiba ada yang menarik kursi disampingku. Sontak aku mengalihkan pandanganku ke samping. “Maaf bikin kaget, hanya mau lebih dekat aja.” ucap orang itu, yang kuketahui, ia adalah Aksa Mahesa. Anak baru yang satu kelas denganku.

“Eh Aksa. Mau makan juga?,” tanya nabila tanpa canggung. Sedangkan aku hanya diam tanpa menanggapi. “Ah enggak, baru juga makan tadi. Mau kenalan aja sama kalian, bolehkan?,” tanya Aksa. Aku melihat kearah Nabila sedangkan Nabila mengedipkan matanya seolah mengisyaratkan ‘iya’. “Boleh.” jawabku singkat.
“Aku Aksa Mahesa, kamu?,” aksa mengulurkan tangannya, yang mau tak mau aku menerimanya dengan canggung. “Kayra syakila gunawan” . Aksa hanya berdehem. “Aku nabila yarina atmojo.” sahut Nabila setelah menjabat tangan aksa.
“Boleh minta nomor whatsApp kalian kan?.” tanya Aksa yang dibalas anggukan dari Nabila, kemudian dengan lihai, Nabila membacakan nomornya, lalu aku setelahnya.

Tidak ada percakapan selanjutnya, karena aku dan Nabila kembali menyibukkan diri dengan makanan kami. Sampai akhirnya bel masuk berbunyi, kami bertiga masuk kelas bersama.

Ternyata bukan hanya perasaan Nabila saja, kalau Aksa sedari tadi memperhatikanku, aku juga merasakannya. Berulang kali aku berusaha fokus pada guru yang tengah menjelaskan materi didepan, tapi tidak bisa. Aksa memang memperhatikanku.

“Baiklah, pelajaran hari ini sampai disini dulu anak-anak, karena lima menit lagi bel pulang akan berbunyi. Kalian boleh bersiap-siap untuk pulang.” ucap guru pengampu pelajaran terakhir hari ini.

Di perjalanan pulang, aku kembali memikirkan yang tadi mengganggu konsentrasiku di kelas. “Bil, tadi ngerasa Aksa emang perhatiin aku deh.” ucapku. “Makanya, jangan pake perasaan. Pake logika.” balasnya.

Aku berdecak kesal karena Nabila menirukan jawaban andalanku itu. “Sudahlah, temen baru kita itu.” ucap Nabila saat aku dan ia sampai di pondok.

Malam ini, setelah aku selesai membersihkan diri dan menyiapkan buku pelajaran untuk hari besok. Ponselku berbunyi dari atas nakas samping kasur. Ternyata ada satu pesan whatsApp dari nomor baru.

“Assalamu’alaikum cantik”

“Ngga ada foto profilnya, siapa si iseng banget.” Gumamku lirih, namun terdengar oleh sepasang telinga sampingku.
“Siapa Kay?.” Tanya Nabila. Aku hanya mengendikkan bahu, dan mengabaikan pesan itu. “Paling cuma orang iseng.” sambung Nabila lagi.
Aku menganggukkan kepalaku, setuju dengan perkataannya.

Karena besok tidak ada tugas, dan aku dengar simpang siur besok akan pulang lebih awal dari biasanya, aku dan Nabila bersepakat untuk pergi ke toko buku lagi.

“Kay, besok kalo kak Nathan ikut gapapa kan?.” tanya Nabila hati-hati.
Aku hanya berdehem sebagai jawaban, lalu beberapa saat kemudian ponselku kembali berbunyi.

“Kok cuma diread doang sih? Ga dibales”

Aku mengerutkan keningku, siapa gerangan orang ini. Tanpa pikir panjang, aku mengetikkan balasan untuknya.

“Maaf, siapa ya? Jangan macem-macem, yang jelas!”

"Aku Aksa. Kamu lupa?"

Ah, aku baru ingat. Aksa memang meminta nomorku tadi siang.


Astaghfirulloh, maaf Sa, aku lupa”

“Bil, ternyata Aksa yang kirim pesan tadi,” kataku pada Nabila.
“Oh aksa, barusan juga Aksa kirim pesan ke aku.” respon Nabila acuh.

“Its ok. Besok sekolah pulang awal, kamu gaada rencana mau kemana gitu?”

“Iya kalo beneran. Ada”

“Wah, mau kemana? Ikutt boleh ga? Aku ditinggal orangtuaku ke rumah nenekku di Bogor, aku males di rumah sendirian”

“Bil, Aksa minta mau ikut ke toko buku” ucapku lag, terdengar seperti rengekan anak kecil.
“Ya gapapa, emang apa salahnya?,” tanya Nabila balik. Aku berfikir, benar juga. Tidak masalah sebenarnya, toko buku kan umum, siapa saja boleh mengunjungi.

“Aku mau ke toko buku sama nabila, aku fikir itu akan membosankan untu sekelas cowo macam kamu”

Tanpa menunggu lama, Aksa segera membalasnya.
“Oke besok aku ikut. Akumah seneng-seneng aja kalau ada kamu”

“Hm. Iya”

“Jangan lupa save  nomor aku ya, biar bisa lihat update.an mu”

“Ok”

“Ok, selamat malam dan selamat beristirahat cantik”

Aku melirik jam diponsel, ternyata benar, jam sudah menunjukkan pukul 22.10 wib. Aku melirik Nabila yang tampaknya masih melakukan chatting dengan kak Nathan. “Jangan kemalaman ya Bil main hpnya.” ucapku sebelum bergelung kedalam selimut dan bersiap menyambut mimpi.

🐣🐣🐣🐣🐣

Meskipun cerita ini sudah complete/tamat, semoga kalian menghargai saya dengan vote dan coment ya.

Alhamdulillah part ini selesai direvisi pada rabu,03juni2020
.
.

Salam hangat dari saya

#Rabu,12juni

He Is My Soldier [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang