Burung berkicau menyambut pagi yang cerah ini, diiringi suara sepatu militer yang berlarian di pagi hari. Setelah siap dengan seragam putih abu-abu yang menempel ditubuh gadis yang barusaja lulus dari sekolah menengah pertamanya, gadis itu bergegas berangkat menuju sekolah barunya.
“Selamat pagi,” sapa Kayra pada seseorang yang duduk dibangku depan kelas.
“Pagi kembali.” balasnya singkat.
“What are you doing now?,” sapa Kayra lagi pada seseorang yang duduk satu meja dengannya.
“Haelah, gaya banget lu. Bukannya salam, malah pake Bahasa Inggris.” jawabnya sewot.Kayra mengulaskan senyum kudanya ke arah orang itu, ”Hehehe, afwan.”
Nabila memanyunkan bibirnya. “No problem, silahkan duduk Kayra Syakila Gunawan.” kata Nabila sembari menyilahkan Kayra untuk duduk di sampingnya.“Terimakasih.” balas Kayra setelah membungkukkan badannya sambil tersenyum.
Kini Kayra lebih sering mengumbar senyumnya, seperti yang Nabila katakan kalau Kayra tersenyum, ia akan terlihat lebih cantik dan manis. Maka dari itu, Kayra berusaha untuk sering tersenyum.
Senyum juga ibadah kan?Setelah Nabila mengatakan kalau ia pergi ke toilet sebentar, Kayra bingung harus melakukan apa. Sekarang masih terlalu awal untuk teman-teman barunya berangkat.
Kayra tidak menyangka ia bisa sekolah di sekolah favoritnya di kota kelahiran SMANSA Harapan Bunda.Akhirnya setelah tiga tahun merantau mencari ilmu di luar kota Yogya, kini Kayra kembali tinggal di asrama tentara, tempat tinggalnya selama ini.
Tidak banyak ingatan yang Kayra ingat dari sini, karena dulu ia hanyalah siswa sekolah dasar yang sibuk dengan bermain bersama anak sesama tentara—anak kolong sebutannya. Ia hidup di lingkungan loreng sedari kecil, ia terbiasa dengan melihat loreng dimana-mana, begitulah kehidupannya disana.Flashback on
“Semoga kita bertemu lagi ya Kay,” ucap Aury sambil merangkul pundak kecil Kayra.
“Iya semoga ya Ry." balas Kayra sembari membalas rangkulan Aury.
“Setiap pertemuan pasti berakhir dengan perpisahan, tapi setiap perpisahan tak selalunya menyedihkan bukan?,” sahut Sybilla
“Iya, aku cuma menangis haru.” jawab Kayra sembari mengusap airmatanya.Tak perlu dipertanyakan, Kayra menitikkan airmatanya karena sedih. Sedih harus berpisah dengan teman-temannya. Apalagi ia sudah akrab dengan teman-teman sekamar di pondoknya.
Hari ini adalah hari perpisahan.
Hari perpisahan sekolah, maupun perpisahan pondok.
Untuk acara perpisahan sekolah telah terselenggara. Semuanya lulus, dan satu sekolah merayakan kebanggan itu.Kayra merasa biasa saja ketika acara perpisahan sekolahnya, ia merasa nothing special. Meskipun lagi dan lagi ia menjadi juara paralel utama.
Berbeda dengan situasi saat ini, di pondok kesayangannya ini, Kayra merasa enggan berpisah dengan teman pondoknya. Tapi apa mau dikata, waktunya telah usai. Tiga tahun telah berlalu, dan kini saatnya menuju jenjang selanjutnya. Putih abu-abu tujuannya.Putih biru telah berlalu, ya berlalu.
*****
“Bagaimana keputusannya nduk? Mau lanjut dimana?,” tanya ayah Kayra sembari mengusap rambut Kayra.
“Emm, Kayra mau nerusin di sekolah favorit disini aja pa,” jawab Kayra singkat
“SMAN 1 Harapan Bunda?,” tanya ayah Kayra sekali lagi.
“Iya, seratus untuk papa,” jawab Kayra sembari memberikan satu jempolnya.
“Baguslah kalau begitu, tidak perlu kos. Di laju saja,” sambung ibu Kayra sembari mengulurkan secangkir kopi untuk suaminya.
“Terimakasih ma,” ucap suaminya.Mira hanya tersenyum lalu duduk di samping Kayra, sembari mengusap lembut rambut anaknya.
“Anak mama sudah besar, sudah mau punya menantu sebentar lagi,” ucapnya disertai kekehan kecil.
“Ah apaan si mama. Masih lama,” jawab Kayra sambil terkekeh juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Soldier [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[ PART TIDAK LENGKAP, VERSI LENGKAP DAN SUDAH DI REVISI HANYA ADA DI VERSI CETAK ] Mari saya ajak berkelana dengan kisah cinta seorang abdi negara versi saya:) .. ƥƥƥƥ .. Kisah cinta yang dimulai dari sebuah pengkhiana...