Apa yang kita jalani hari ini tak pernah kurencanakan. Tiba-tiba saja waktu mempertemukan kita. Kamu dan aku entah mengapa menjadi begitu dekat. Aku berusaha memahami sifatmu yang masih asing untukku. Begitupun kamu, yang dengan senang hati menerima duniaku. Kita dua orang tak sehobi. Aku suka hal-hal yang sepi, tidak begitu suka keramaian. Sementara kamu lebih suka hal sebaliknya. Kamu suka hal-hal yang heboh, sesuatu yang meriah. Dan entah mengapa perbedaan diantara kita justru menyatukan kita.
Aku tidak pernah berpikir akan menjadi kekasihnya. Tak pernah juga berharap akan menjadi seseorang yang menemaninya makan sebagai sepasang kekasih. Aku dan dia hanya berteman, sebelumnya. Sebelum akhirnya kami saling menyadari. Ada hal yang mengikat kami. Perasaan yang tumbuh melalui proses panjang. Perasaan yang berawal dari perkenalan tak terduga, tanpa disengaja. Kemudian memilih berteman. Hingga akhirnya kami sepakat menyebutnya dengan sahabat. Setelah sekian lama, tanpa kami sadari, hari ini aku dan dia sudah menjadi begini saja.
Sampai akhirnya . . .
"Maafkan aku, aku.." laki-laki tampan itu berusaha menjelaskan sesuatu padaku. Tapi aku tak ingin mendengar penjelasannya, ini begitu menyakitkan. Sehingga aku langsung memotong ucapannya.
"Hentikan, hentikan, tolong hentikan. Aku tak ingin mendengarnya. Kau jahat." ucapku padanya seraya menahan air mataku agar tak tumpah. Aku pun memilih untuk berlalu meninggalkannya.Takdir seperti mempermainkan kami. Hari dimana jatuh menjatuhkan hati itu datang. Saat aku dan dia sedang dalam perasaan yang luar biasa, perasaan yang tak terkendali. Takdir mempermainkan. Karena memang perasaan itu seperti laut, jika sudah tak terkendali, akan menghancurkan.
-Karina
Hai teman-teman, selamat menikmati ceritanya ya. Cerita ini terinspirasi dari novel karya Boy Chandra. Ada beberapa kalimat yang aku kutip dari situ. Fyi, Boy Chandra itu salah satu penulis kesukaanku. Cara penyampaiannya dia dalam menulis itu simple tapi ngena gitu hehe~
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled [END]
FanfictionTakdir seperti mempermainkan kami. Hari di mana jatuh menjatuhkan hati itu datang. Saat aku dan dia sedang dalam perasaan yang luar biasa, perasaan yang tak terkendali. Takdir mempermainkan. Karena memang perasaan itu seperti laut, jika sudah tak t...