Chapter 11: Aneh

214 34 0
                                    

Terlalu pagi sebenarnya untuk memulai keributan tapi entahlah, hal ini tak berlaku untuk saudara kembar ini. Mereka bertengkar karena hal sepele. Selalu seperti itu. Hal kecil selalu dibesar-besarkan dan berakhir berbaikan setelahnya. Kekanakan sekali memang mereka ini.

"Yak! Kenapa kau merubah warna rambutmu menjadi coklat. Mengikutiku ya?" Jihoon memberi tatapan membunuh pada saudara kembarnya.

"Suka-suka lah, rambutku ini, kenapa kau yang repot. Huh?" Hyunjin yang pada dasarnya tak pernah mau mengalah pun membalas Jihoon tak kalah sengit.

"Bukan itu maksudku. Kau tau kan kita kembar? Jika warna rambut kita sama bagaimana orang lain akan membedakannya? Aku malas orang-orang selalu mengira aku itu kau. Padahal kau lebih cocok rambut blonde." Jihoon mengacak rambutnya frustasi.

"Memangnya kau saja yang malas ketika orang-orang salah mengenali kita. Aku juga malas ketika orang-orang menganggap aku itu kau. Jelas-jelas aku itu lebih tampan darimu. Kenapa kau berlebihan sekali sih. Lalu, kenapa tidak kau saja yang merubah warna rambutmu, huh?" Hyunjin membalasnya dengan menyebalkan.

Jihoon menghela nafasnya, mencoba mengontrol emosinya. Susah memang bicara dengan Hyunjin. Tak akan ada ujungnya. Harus ada salah satu yang mengalah.

"Kau tau kan rambutku bermasalah karena aku sering mengganti warna rambutku. Aku tak mau itu terulang lagi. Maka dari itu aku tak mau mengganti warna rambutku lagi." jawab Jihoon dengan lembut.

Setelah mengatakan itu Jihoon pergi meninggalkan Hyunjin. Jihoon pergi menuju ke kamarnya. Menghindari pertengkaran dengan saudara keras kepalanya itu, yang sialnya kembarannya.

🌻🌻🌻

Hyunjin menuju ke supermarket dekat rumahnya. Ia harus membeli camilan. Karena stok camilannya sudah habis. Ini tidak bisa dibiarkan. Jika tak ada camilan, Hyunjin akan mati kelaparan. Terdengar berlebihan? Tapi itulah kenyataannya. Meskipun Hyunjin sangat suka sekali makan dan dengan porsi yang berlebihan. Nyatanya itu tak mempengaruhi proporsi tubuhnya. Proporsi tubuhnya tetap ideal dan jangan lupakan enam kotak di perutnya.

Ketika Hyunjin sedang memilih camilan yang akan dibelinya tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dan orang itu sedang membawa kopi di tangannya. Sialnya Hyunjin terkena tumpahan kopi itu. Ini panas, serius. Saat Hyunjin ingin memarahi sang penabrak, orang itu lebih dulu meminta maaf.

"Maafkan aku, maaf, aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku terburu-buru jadi aku menabrakmu." ucap orang itu dengan raut wajah panik.

Hyunjin tertegun. Ia tak jadi marah ketika melihat wajah orang itu.

"Pasti panas ya. Aaahh, bagaimana ini? Bodohnya aku." ucap orang itu lagi yang semakin panik.

"E-eehh tak apa. Sungguh tak apa." Hyunjin tersenyum. Orang itu menatap Hyunjin takut. Merasa bersalah.

"Aku tak apa, sungguh. Kau tak usah panik seperti itu. Lucu sekali." Hyunjin tertawa.

"Su-sungguh?" tanya orang itu takut, dengan mata berkaca-kaca. Hampir menangis. Hyunjin mengangguk.

"Oh ya, siapa namamu?" tanya Hyunjin.

"Aku Choi Jisu, panggil saja Lia." jawab orang itu.

"Aku Hyunjin." Hyunjin tersenyum sangat manis sekali. Lia pun ikut tersenyum.

"Hyunjin-ssi, kau pakai jaket kakakku saja dulu. Lepas bajumu, berikan padaku. Biar aku cuci." ucap Lia.

Hyunjin sebenarnya tak masalah, ia bisa mencucinya sendiri. Tapi Hyunjin ingin lebih mengenal orang ini. Hyunjin jatuh pada pesona orang di depannya ini dan akhirnya Hyunjin mengikuti ucapan Lia.

Untitled [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang