Chapter 18: Yang Orang-orang Sebut Cinta

155 28 0
                                    

Sejak kemarin hari kelulusannya Hyunjin belum menemui Lia sama sekali. Karena memang kemarin juga merupakan hari kelulusan Lia di sekolahnya. Lia seumuran dengan Hyunjin dan Jihoon, hanya saja beda sekolah. Hari ini waktunya Hyunjin menghabiskan waktunya dengan Lia. Hyunjin menemani Lia seharian di luar. Di tengah cuaca dingin seperti ini.

Lia sedang bertengkar dengan kakaknya dan benar-benar tidak ingin bertemu dengan sang kakak di rumah. Lia tinggal bersama kedua orang tuanya dan kakak laki-lakinya. Kakak laki-laki Lia ini bernama Jaehyun.

Sebenarnya Hyunjin sempat menghubungi kakak Lia dan kakaknya berkata jika anak bungsu di keluarganya itu salah paham. Namun, berkali-kali Hyunjin menjelaskan, Lia bersikeras menolak untuk kerumahnya. Dari pada Lianya menangis, Hyunjin memilih untuk berhenti membujuk Lia dan berkata pada kakak kekasihnya itu jika Lia baik-baik saja.

"Sayang, kau mau makan?" tanya Hyunjin seraya merangkul bahu Lia.

Si manis pun mendongak sesaat, lalu kembali memandangi jalan dengan kepalanya menggeleng pelan.

"Aku tidak lapar, sayang." jawab Lia.

"Ramen? Hotteok? Jajangmyeon? Pizza? Tteokbokki?" tawar Hyunjin pada kekasihnya.

Lia menggeleng dan mencebikkan bibirnya, "Aku tidak lapar, sayangku."

Ah baiklah, Hyunjin mengaku kalah jika sudah diberi tatapan seperti kelinci minta dipungut. Hyunjin sangat menyukai Lia, sehingga dia tidak bisa menolak ucapan ataupun permintaan dari gadis ini.

Lengan Hyunjin turun dari bahu
Lia dan bergerak meraih tangan Lia. Namun, Hyunjin sedikit terkejut saat merasakan tangan Lia yang dingin. Mendadak Hyunjin berhenti dan menaruh telapak tangannya di dahi Lia.

Agak panas.

"Sayaaaang, kesana! Aku masih ingin jalan-jalan." rengek Lia dengan wajah memelasnya.

Namun, Hyunjin berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri. Hyunjin menggeleng cepat.

"Ayo pulang kerumah. Kau kedinginan dan aku tidak ingin kau kedinginan, sayang." ucap Hyunjin dengan tegas.

"Tapi... Aku tidak mau pulang kerumahku jika kau lupa." ucap Lia menunduk.

"Kerumahku." koreksi Hyunjin.

"Lagi pula sepertinya kau demam. Kau harus istirahat dan tidur, sayang. Aku tak ingin kau sakit." ucap Hyunjin lagi.

"Aku takut jika bertemu kedua orang tuamu, selama ini aku kan belum pernah bertemu dengan orang tuamu." ucap Lia lirih.

"Tidak ada. Orang tuaku berangkat lagi ke London pagi tadi." jawab Hyunjin pada kekasihnya ini.

Lia melengkungkan bibirnya ke bawah, tetapi tetap mengikuti langkah Hyunjin menuju kerumah kekasih tampannya itu.

"Aku akan memberikanmu pelukan sepanjang hari agar kau tak kedinginan. Aku sangat merindukanmu. Kau tau, bagaimana menyesalnya aku tak bisa hadir di hari kelulusanmu?" bisik Hyunjin seraya meraih tangan Lia, menggenggamnya, dan memasukkan genggaman tangan mereka di saku jaket hitam yang Hyunjin kenakan.

Lia menunduk dan tersenyum tipis. Wajahnya memerah hingga ke telinga hanya karena hal kecil seperti ini.

"Ngomong-ngomong, karena kau tidak hadir ke acara kelulusanku, aku ingin meminta hadiah spesial darimu." ucap Lia.

"Apa itu? Katakan. Aku akan menuruti semua keinginanmu." jawab Hyunjin tertawa.

"Aku ingin itu....." ucap Lia lirih sambil menunduk dengan pipi yang sudah merona.

Hyunjin yang paham pun seketika tertawa.

"Ayo, aku juga merindukan itu." jawab Hyunjin menyeringai.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jihoon gusar sekali hari ini. Sedari tadi ia merasa tak nyaman. Ia uring-uringan di ranjangnya sedari tadi. Jihoon ingat tanpa sengaja matanya menatap mata Karina siang itu di taman belakang sekolah. Semalaman ia berpikir apa ia jatuh cinta pada Karina? Apa semudah itu hati dijatuhi. Satu pandangan saja dadanya berdetak tak tertata. Dan kemarin ia bertemu lagi dengan Karina, tetapi Jihoon sengaja diam. Bukan karena tidak merasa rindu? Apa rindu? Ah entahlah. Tapi, jika saja berani, Jihoon ingin memeluk Karina di acara kelulusan kemarin. Namun, mereka tidak punya ikatan apa-apa. Karina bahkan merupakan kekasih saudara kembarnya sendiri.

"Masa iya aku menyukai Karina? Lucu sekali." monolog Jihoon.

"Ah, tapi mungkin benar begini; apa yang terasa dihati adalah hal-hal yang ditatap mata. Dan aku merekamnya hingga terserap di dada. Lalu, orang-orang menyebutnya cinta. Hal yang sama seperti yang aku rasa. Selepas bertemu dengan Karina." monolong Jihoon menyimpulkan perasaannya sendiri seraya mengangguk-anggukan kepalanya sendiri seolah-olah membenarkan.

"Ah ya, pasti seperti itu." monolog Jihoon lagi mengangguk-anggukan kepalanya.

Semalaman Jihoon menghabiskan waktu berpikir tentang Karina. mengingat-ingat apa yang terjadi. Lalu tersenyum membayangkan senyuman Karina dan menyadari betapa indahnya perasaan saat ia jatuh hati.

'Jadi seperti ini yang dirasakan Hyunjin selama ini?' batin Jihoon seraya memegang dada bagian kirinya dan tersenyum.

Meski sejujurnya aku takut terlalu cepat menyimpulkan. Namun, keyakinan seolah sudah terkumpulkan. Yang datang pada hati ini adalah yang orang sebut dengan cinta. Yang melekat di benak ini adalah sesuatu yang orang sebut rindu. Di dadaku kini ia tumbuh merimbun, dan semakin menimbun perasaan tak menentu. Dan aku mulai percaya bahwa kau  yang hadir bukan perasaan yang biasa. Aku ingin menjaga apa yang kurasakan di malam-malam yang sunyi. Meski sendiri akan tetap kunikmati.

Tidak ada yang bisa menerka kapan cinta memilih jatuh pada seseorang. Namun bukankah saat ia terasa kita selalu punya alasan untuk menjaga? Hanya saja tidak semuanya bisa dikatakan. Meski dikatakan atau tidak, perasaan suka tetaplah perasaan suka. Saat perasaan itu jatuh di hatimu. Kau selalu diberi pilihan. Membiarkan perasaan itu tetap terpendam di hati. Atau menyatakannya kepada seseorang yang membuatmu jatuh hati.

-Jihoon

.
.
.
.
.
.
.
.
.

hjin

hjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤💬...disukai oleh Ayen, lucas.yukhei dan 45 lainnya
hjin Terima kasih banyak, sayang. You always make me fall in love deeper❤  @lia.jisuch

Komentar di nonaktifkan

Untitled [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang