Sejujurnya aku senang berlama-lama denganmu. Menikmati setiap detik yang menemani detak jantung kita. Suaramu, manjamu, dan semua hal yang kau hadirkan membuatku merasa lebih baik. Seringkali suasana hati yang sedang tak karuan bisa tiba-tiba tenang karenamu. Semakin hari kita semakin nyaman. Dan, rasanya aku semakin terikat kepadamu. Ada rasa butuh yang membuatku semakin betah denganmu.
Namun, ada sesuatu yang tiba-tiba mendebarkan dadaku lebih kencang. Ada hal yang tiba-tiba menggoyahkan segalanya. Kata nyaman tak lagi terasa senyaman dulu. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Aku bahkan tidak bisa mempercayai diriku sendiri. Aku jatuh hati pada orang lain. Apakah perasaan ini salah? Adakah cinta yang tumbuh dari kesalahan? Atau, memang keadaan yang membuat semua ini menjadi salah. Lalu, kenapa ada cinta seperti ini?
Dan sudah dua minggu ini aku tidak menghubungi Karina. Dan sudah dua minggu ini juga aku menjalin hubungan dengan Lia tanpa sepengetahuan Karina. Aku tau aku kurang ajar. Mencintai orang lain saat aku sudah mempunyai kekasih. Tapi bagaimana lagi, aku mencintai keduanya. Aku mencintai Karina dan Lia.
Rasa cintaku pada mereka berbeda. Ketika dengan Karina aku merasa sangat nyaman, aku merasa tenang, aku merasa disayangi dan dicintai begitu tulus. Karina sangat baik dalam segala hal, dan menjagaku dengan baik. Dan aku sangat mencintainya. Sedangkan ketika dengan Lia aku merasa hidup, Lia memberikanku sesuatu yang baru yang belum pernah Karina berikan kepadaku. Dan aku juga sangat mencintai Lia. Untuk saat ini jangan menyuruhku untuk memilih. Aku akan jalani apa adanya dulu. Aku akan tetap bersama keduanya sampai aku benar-benar mengetahui perasaanku yang sebenarnya. Biarlah aku egois. Lagi pula apa jatuh cinta itu sebuah kejahatan, kan?
-Hyunjin
.
.
.Dua minggu ini Hyunjin menghilang tanpa kabar. Tiba-tiba tidak mau menjawab teleponku. Tiba-tiba mengabaikan semua pesan singkatku. Hyunjin menjadi seseorang yang seolah tidak menginginkanku. Bagaimana mungkin ini terjadi? Sementara sebelumya kita baik-baik saja. Aku masih ingat, sehari saja aku telat mengabarinya maka Hyunjin akan cemberut. Namun, saat ini semuanya terasa sangat berbeda. Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Aku benar-benar tidak mengerti kenapa orang yang kucintai tiba-tiba menjauh tanpa peduli bagaimana aku. Hyunjin menjadi asing bagiku.
Seseorang yang sebelumnya tiap hari memberikan warna di hidupku. Kini mendadak hilang dan berlalu. Dan pertanyaan-pertanyaan selalu saja menghantui kepalaku. Bagaimana kalau ternyata kau benar-benar ingin meninggalkanku? Bagaimana kalau nyatanya selama ini kamu tak pernah ingin bersama denganku? Atau, bagaimana kalau nyatanya aku saja yang serius dengan hubungan ini? Semuanya terasa semakin menusuk jantungku. Sesak sekali rasanya. Aku masih asing dengan semua perasaan ini. Ini pertama kalinya untukku mencintai seseorang.
Aku ingin kau kembali padaku. Menjelaskan kenapa semuanya menjadi kau diamkan mendadak seperti ini. Apa ada masalah yang aku lewatkan? Apa ada hal-hal yang tak kusadari sudah melukai hatimu? Aku butuh semua penjelasan itu. Semoga waktu mampu menenangkan jiwamu, membuka hatimu kembali. Semoga segala hal yang pernah kita lalui membawamu pulang kepadaku.
-Karina
.
.
.Saat ini jam istirahat, tetapi Karina memilih untuk di kelas saja. Entah mengapa rasanya ia malas untuk keluar atau sekedar membeli makanan di kantin. Namun, Hyunjin lewat di depan kelasnya. Karina melihatnya ketika ia sedang menatap pintu kelasnya itu. Karina segera berlari mengejarnya dan ternyata Hyunjinnya berhenti di taman belakang sekolah. Rupanya ia sedang memakan bekalnya. Karina tersenyum. Senang sekali akhirnya bertemu Hyunjinnya. Namun, Karina ragu untuk menghampirinya. Cukup lama Karina terpaku di tempatnya, sebelum akhirnya memutuskan untuk menghampiri Hyunjinnya.
"Ka-kak?" panggil Karina gugup. Yang dipanggil menoleh dan menghentikan acara makannya.
Karina jadi gugup dipandang seperti itu oleh seseorang di hadapannya ini dan dengan keberanian yang telah ia kumpulkan akhirnya Karina bersuara.
"Kakak, kenapa dua minggu ini kau tak mengabariku? Kau tau kan aku sangat mengkhawatirkanmu?" tanya Karina lirih sambil menundukkan kepalanya, memainkan jari-jemarinya, tak berani menatap orang di depannya ini.
"Maaf, aku sibuk akhir-akhir ini. Kau tau kan aku sudah kelas 12, aku harus belajar dengan giat dan mempersiapkan ujian kelulusanku. Aku pasti membuatmu cemas ya? Maafkan aku. Aku tak akan membuatmu cemas lagi." ucapnya tersenyum. Karina ikut tersenyum.
"Terima kasih, Kak Hyunjin. Aku tak akan mengganggumu. Aku janji tak akan mengganggu belajarmu. Semangat belajarnya, aku selalu mendukungmu." ujar Karina semangat dengan mata berbinar-binar.
"Baiklah, aku ke kelas dulu ya, kak. Jangan sampai melewatkan jam makanmu. Maaf aku sudah menganggu kegiatanmu." lanjut Karina lagi tersenyum lebar dan pergi menuju kelasnya karena jam istirahat sebentar lagi akan berakhir.
~~~~~~~~
Jihoon malas sekali rasanya, baru saja sampai rumah sudah disuguhkan pemandangan menjijikan seperti ini. Bagaimana tidak, Hyunjin dan kekasihnya sedang memakan bibir satu sama lain dengan gila-gilaan. Ewhh, sudah lelah sehabis menuntut ilmu ditambah melihat hal seperti ini. Semakin membuat mood Jihoon buruk. Hyunjin yang melihat Jihoon datang segera menghentikan kegiatannya.
"Sayang, aku menghampiri saudaraku dulu, ya." ucap Hyunjin sambil mengelus surai kekasihnya dan dibalas anggukan oleh kekasihya. Hyunjin menghampiri Jihoon ke kamarnya.
"Hei!" sapa Hyunjin. Jihoon menoleh malas.
"Kebetulan sekali kau menghampiriku. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." ucap Jihoon serius. Hyunjin mengeryitkan alisnya bingung.
"Hei bajingan, berhentilah." ucap Jihoon, Hyunjin semakin dibuat bingung.
"Hentikan semua tingkah menjijikanmu itu." Jihoon berbicara dengan raut datarnya.
"Maksudmu apa? Langsung ke intinya saja, cih. Kekasihku menunggu." jawab Hyunjin kesal.
Jihoon sungguh tak habis pikir dengan saudara kembarnya ini. Bisa-bisanya ia bersikap menjijikan seperti ini.
"Aku akan mengatakannya nanti, sana temui kekasihmu. Kekasihmu sudah menunggukan?" sindir Jihoon. Hyunjin memutar bola matanya malas.
"Yak! Kau ini! Aku sudah meluangkan waktuku menunggu kau berbicara, tapi malah tak jadi. Kasian sekali kekasihku sudah menunggu." marah Hyunjin pada Jihoon. Namun, Jihoon tak mengindahkannya sama sekali. Ia mendorong Hyunjin keluar dan menutup pintu kamarnya.
"Yak! Sialan sekali kau." Teriak Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled [END]
FanfictionTakdir seperti mempermainkan kami. Hari di mana jatuh menjatuhkan hati itu datang. Saat aku dan dia sedang dalam perasaan yang luar biasa, perasaan yang tak terkendali. Takdir mempermainkan. Karena memang perasaan itu seperti laut, jika sudah tak t...