Chapter 02: Peduli

525 70 0
                                    

Karina melirik jam tangannya, 'Wah, sudah pukul 22:00 KST. Aku sudah 3 jam berarti di perpustakaan ini.'

Karina merapihkan buku-buku yang telah dibacanya ke rak tempat buku tersebut dan ia segera berjalan keluar menuju ke halte untuk pulang. Sudah setengah jam Karina menunggu bus tapi belum nampak juga. Namun, tiba-tiba seseorang mengendarai sepeda motor berhenti di depannya. Karina tak mengenali orang itu, sebab orang itu memakai helm full face (menutup seluruh wajahnya).

"Karina." panggil orang itu. Karina menautkan alisnya, ia sungguh tak dapat mengenali orang ini. Sang pemanggil tertawa, ia melepas helmnya.

"Astaga, kau tak mengenaliku? Jahat sekali kau tak mengenali teman baikmu sendiri." ucap Yeonjun pura-pura merajuk. Ya, sang pengendara sepeda motor itu bernama Yeonjun, teman baik Karina sejak Taman Kanak-kanak. Karina tersenyum melihat tingkah teman baiknya itu.

"Ku tebak kau dari perpustakaan?" tebak Yeonjun sambil melangkah mendekati Karina. Karina masih tersenyum.

"Iy.." belum sempat Karina menyelesaikan ucapannya, Yeonjun sudah memotongnya. "Tak usah dijawab, aku sudah tau jawabannya." ujarnya sambil mengusak surai lembut milik Karina. Karina tertawa.

"Kau mengenalku dengan baik." ucap Karina disertai kekehan kecilnya.

"Ayo ku antar pulang. Sudah larut, jarang sekali bus melintas di waktu seperti sekarang ini." tawar Yeonjun pada Karina. Karina nampak menimbang keputusannya. Yeonjun mengerti apa yang sedang Karina pikirkan.

"Kau takut merepotkanku, kan? Ya ampun, Jiminie~ Seperti kita baru mengenal saja. Ayo ikut saja." Yeonjun tertawa saat mengatakannya, ia berusaha untuk menenangkan Karina dengan tawanya.

"Jadi, kau mau kan?" tanya Yeonjun memastikan. Karina mengangguk sebagai jawaban.

.
.
.
.
.
.
.

Hyunjin sampai di rumahnya, ia segera menuju kamarnya di lantai atas. Tapi sebuah suara menginterupsi langkahnya.

"Dari mana kau?" tanya orang itu. Namun, Hyunjin tak mengindahkannya dan kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

"Yak! Tak sopan sekali kau pada yang lebih tua. Ku tanya kau dari mana?" tanya orang itu lagi.

Hyunjin menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Kau berisik sekali sih. Kau bilang lebih tua? Asal kau ingat ya, Kita kembar, hanya lebih tua 5 menit. Lagi pula aku mendengarnya, hanya saja aku ingin segera sampai di kamarku. Aku lelah." jawab Hyunjin pada Jihoon, hyungnya. Hyung yang hanya beda 5 menit darinya, hyung yang sangat mirip dengannya, hyungnya yang bernama Park Jihoon dan Hyunjin tak pernah memanggil Jihoon dengan sebutan Hyung karena menurutnya mereka hanya beda 5 menit, sangat berlebihan.

Jihoon menghela nafasnya. Ia tak pernah marah ketika Hyunjin tak memanggilnya hyung, ia juga tak pernah marah dengan sikap adiknya ini karena ia sangat menyayangi Hyunjin.

"Setidaknya kau hampiri Ibu dulu, beritahu jika kau sudah pulang. Ibu sedari tadi menunggumu. Ia mengkhawatirkanmu." ujar Jihoon dan segera pergi ke kamarnya setelah mengatakannya. Sedangkan Hyunjin hanya terpaku di tempatnya nampak berpikir.

.
.
.
.
.
.
.

Yeonjun menghentikan sepeda motornya di depan rumah Karina. Karina turun dari motor Yeonjun, melepas helmnya dan memberikannya pada Yeonjun. Yeonjun yang melihat surai indah milik Karina berantakan segera merapihkannya.

"Terima kasih, Yeonjunie." ucap Karina tulus. Yeonjun hanya mengangguk sambil tersenyum menanggapinya.

"Orang tuamu tak ada dirumah lagi? Mengurus bisnis ke Amerika lagi?" tanya Yeonjun. Karina tak heran jika Yeonjun tau semuanya, Yeonjun sangat mengenalnya, bahkan keluarganya. Karina hanya mengangguk mengiyakan.

"Ini untukmu." Yeonjun menyodorkan paper bag pada Karina. Karina mengeryit bingung, "Ini apa?" tanya Karina.

"Aku tau kau belum makan dan pasti sangat lapar. Aku juga sangat tau kau tipe orang yang tak ingin merepotkan orang lain dan kau tak mungkin menyuruh asisten rumahmu untuk memasak selarut ini. Jadi, aku membelikanmu makanan. Jangan lupa dimakan, aku tak ingin kau sakit." ucap Yeonjun panjang lebar.

Karina terharu, dari dulu Yeonjun selalu menjaga dan memperhatikannya. Bahkan saking terharunya Karina sampai menangis.

"Yak! Mengapa kau menangis? Apa aku salah bicara? Atau kau tak suka makanannya? Mau aku belikan makanan yang lain?" tanya Yeonjun panik. Karina menggeleng masih menangis. Yeonjun makin bingung.

"Terima kasih kau selalu mengkhawatirkanku." ucap Karina menangis sesegukan.

'Dasar anak kecil.' batin Yeonjun.

"Ya ya ya tak usah sungkan, seperti baru mengenal saja. Sudah sana masuk rumahmu, aku akan menunggu di sini sampai kau masuk." ujar Yeonjun.

Karina mengangguk dengan berlinangan air mata. Karina makin terharu, sungguh. Padahalkan rumah Karina tepat disamping rumah Yeonjun. Tapi Yeonjun selalu seperti ini, tak akan pulang sampai Karina benar-benar masuk ke rumahnya. Karina melangkahkan kakinya masuk ke rumahnya, setelah berada di ambang pagar rumahnya, Karina berbalik. Terlihat Yeonjun melambai padanya sambil tersenyum. Karina balas tersenyum dan melanjutkan langkahnya memasuki rumahnya.





Hallo yorobun ..

Di sini Hyunjin marganya ku ganti jadi Park ya untuk keperluan cerita ini. Hyunjin (Stray Kids) dan Jihoon (Treasure) juga aku bikin jadi anak kembar di cerita ini (maret boy hihihi). Semoga kalian suka sama ceritanya.
Jangan lupa vote dan comment ya, karena vote dan comment dari kalian merupakan suatu apresiasi dan membuatku semakin semangat untuk nulis.

Untitled [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang