Epilog

448 42 5
                                    

Karena ada Prolog, jadi ada Epilog. Heuheuheu:)

Happy reading~

Hari ini, Karina panik luar biasa saat mendengar kabar kekasihnya sakit tifus. Pantas saja lelaki itu tidak terlhat di kampus hari ini. Awalnya Karina sudah ingin merajuk pada kekasihnya karena ia sudah menunggu dua puluh menit di kantin.

Namun, saat tiba-tiba teman kekasihnya memberitahukan jika kekasihnya itu sakit tifus, Karina langsung membayar makanannya dengan cepat dan memutuskan untuk mengurungkan niatnya membaca di perpustakaan Universitas.

Bagaimana pun Karina mengkhawatirkan kekasihnya itu.

•••

"Kenapa kau tidak bilang padaku kalau sakit?!" Karina mengomel dan memberikan tatapan garang kepada kekasihnya walaupun hatinya sudah mencelos tak karuan ketika melihat kekasihnya pucat seperti ini.

"Kau ini calon dokter. Kenapa bisa sakit seperti ini sih? Kau harusnya bisa menjaga kesehatanmu. Sudah tau beban mahasiswa kedokteran itu berat. Aku khawatir setengah mati tau." omel Karina lagi.

Jihoon tertawa pelan.

Ya, Park Jihoon sekarang adalah kekasih Karina.

Jihoon terus tertawa, membuat Karina mencubit pelan punggung tangan kekasihnya itu, "Aku tidak mengatakan sesuatu yang lucu!"

Baru saja Jihoon akan menyahut omelan Karina, tiba-tiba seorang perawat menginterupsi kegiatan mereka.

"Permisi, sebentar lagi dokter akan datang untuk melakukan pemeriksaan pada pasien." ucap perawat itu seraya tersenyum.

Jihoon terbatuk sebentar, "Suster, saya di infus?" tanya Jihoon yang dijawab dengan anggukan oleh perawat itu. Setelahnya, perawat tersebut pamit dan berlalu pergi.

Karina makin panik.

"Kenapa harus disuntik?!" tanya Karina panik. Pasalnya kalau di infus otomatis di suntik, kan? Intinya ditujuk jarum juga.

Rasanya Jihoon ingin tertawa, tetapi ia tidak mau menerima resiko dipukul oleh kekasihnya ini.

Jihoon tau betul jika Karina takut jarum suntik, apalagi infus. Mengingat Ibunya Karina pernah bercerita pada Jihoon jika dulu anaknya itu masih percaya pada cerita teman-temannya semasa Sekolah Dasar jika jarum suntik merupakan senjata yang digunakan monster untuk membunuh.

Ya, jadi Jihoon pikir sekarang Karina panik dan takut jika Jihoon-nya akan dibunuh monster.

Jihoon jadi gemas, kekasihnya ini seperti anak kecil saja. Lah, tapikan memang benar jika kekasihnya ini adalah anak kecil yang terjebak di tubuh orang dewasa.

Hahahaha.

Jihoon tertawa, "Kau ini calon dokter, seharusnya kau tidak takut pada jarum suntik akibat cerita konyol teman-temanmu dulu." ucap Jihoon menirukan gaya bicara Karina yang menyinggungnya soal calon dokter.

Tuhkan Jihoon mah, mulai deh mode julidnya.

Karina mengerucutkan bibirnya.

Tidak lama kemudian, dokter datang dengan sapaan ramahnya dan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.

Karina menjerit tertahan ketika melihat jarum suntik, "Hngggg, kak Ji! Ayo pulang saja. Biar Karina yang merawat kakak. Karina janji besok kakak langsung sembuh! Asalkan kakak jangan disuntik, ya."

Untitled [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang