Jihoon merasa suasana di sekolahnya berbeda dari biasanya. Lebih hidup dan ramai. Hal ini terjadi karena para guru sedang mengadakan rapat dan secara otomatis tak ada guru yang mengajar di kelas. Tentu saja ini yang ditunggu para siswa. Toh, Jihoon juga tak menyangkal kalau ia juga senang. Hanya sedikit senang. Ingat, hanya sedikit. Jihoon butuh ketenangan dan ia memutuskan untuk ke rooftop. Tapi, ketika ia sudah berada di rooftop, ketenangan yang ia pikirkan sebelumnya buyarlah sudah.
'Kenapa si bajingan ini ada disini juga?' -batin Jihoon
Hyunjin tersenyum ketika melihat saudara kembarnya ada disini juga. Ia segera menyuruh Jihoon untuk duduk di sampingnya. Duduk di sebuah sofa yang sudah rusak tapi masih nyaman untuk di duduki.
"Butuh ketenangan, eh?" goda Hyunjin pada Jihoon.
"Bukan urusanmu." jawab Jihoon ketus. Hyunjin tertawa. Kadang Hyunjin merasa Jihoon itu lucu.
"Aku ingin bercerita padamu." ucap Hyunjin.
"Aku selalu merasa lebih baik jika sudah bercerita padamu." lanjut Hyunjin lagi.
Jihoon masih diam. Mempersilahkan Hyunjin melanjutkan ceritanya.
"Kau tau kan bagaimana aku mencintai Karina? Bahkan aku mencintainya lebih dari apapun. Karina adalah orang yang paling tulus dan murni yang pernah aku temui dan aku sangat beruntung memilikinya. Tapi, saat Lia datang aku jadi tak mengerti dengan perasaanku. Aku merasa jika kita memiliki banyak kesamaan, kesamaan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya dengan Karina. Lia membuatku lebih hidup. Lia tak segan memberikanku apa yang belum pernah Karina berikan kepadaku. Lia terlihat sangat indah, sangat sempurna, tak ada yang tak bisa ia lakukan. Sedikitnya ia mampu menggeser posisi Karina di hatiku. Hanya sedikit. Tapi bagaimana pun tetap saja aku mencintai Karina. Sangat mencintainya." ucap Hyunjin sambil menatap pemandangan dari atas rooftop ini.
"Tapi jika boleh jujur, aku sedikit bosan dengan Karina karena hubunganku dengannya sangat monoton. Hubungan kami sebatas pegangan tangan, pelukan, cium pipi dan kening. Aku muak, aku sebenarnya ingin lebih dari itu. Tapi Karina tak pernah mau lebih dari itu. Bahkan aku sempat berpikir apakah Karina tak mencintaiku makanya tak ingin melakukan itu denganku. Sedangkan Lia, dia memberikan aku pengalaman seksual yang sangat luar biasa. Kebutuhan biologisku selalu dipenuhi olehnya. Aku juga remaja normal yang haus akan seks, Jihoon." ucap Hyunjin sambil menatap Jihoon.
Jihoon masih diam, dan kemudian membuka suara menanggapi cerita Hyunjin, "Sudah menjadi sifat dasar manusia selalu tertarik pada hal yang indah. Akan selalu ada banyak hal indah yang menarik perhatian di dunia ini dan tentu, manusia akan selalu menginginkan hal yang lebih. Begitu juga untuk urusan perasaan. Sikap yang tidak mudah puas dan belum bersyukur dengan apa yang dimiliki, seringkali menjadikan seseorang melepaskan apa yang dia punya. Selalu ada kemungkinan untuk seseorang berbuat serong, untuk mengkhianati seseorang yang mencintainya." ucap Jihoon.
"Meskipun orang baru itu mungkin saja terlihat lebih hebat, lebih menarik, lebih indah, dan lebih sempurna. Seharusnya, kau tetap bertahan dengan seseorang yang selama ini bersamamu, dia yang mungkin biasa saja, tetapi menjaga hatimu sepenuhnya. Begitulah setia bekerja." lanjut Jihoon dan beranjak dari duduknya meninggalkan Hyunjin yang mencoba mencerna kata-kata yang dilontarkan oleh Jihoon.
~~~~~~~~
Saat guru-guru sedang rapat seperti ini Karina lebih memilih ke perpustakaan. Meminjam buku atau sekedar membaca dan mencari ketenangan di sana. Karina senang sekali saat ia membaca dan bertemu dengan buku-buku. Sangat menentramkan jiwa. Tak terasa sudah 2 jam ia berada di perpustakaan dan Karina akhirnya memutuskan kembali ke kelas. Karina berjalan menyusuri koridor dan tanpa sengaja ia bertemu dengan Hyunjin."Kak Hyunjin?" panggil Karina berlari kecil menghampiri Hyunjin.
Jihoon mematung, sebelum akhirnya membuka suara membalas sapaan Karina, "Ka...karina?" Jihoon tersenyum canggung. Ya, orang yang Karina temui ini adalah Jihoon. Tetapi Karina masih saja menganggapnya Hyunjin.
"Kakak sudah makan siang? Aku bawa bekal. Ayo makan bersama." ajak Karina menarik tangan Jihoon menuju ke taman belakang sekolah. Jihoon yang ditarik hanya pasrah saja.
Saat sudah berada di taman belakang sekolah, Karina mendudukan dirinya di bawah pohon rindang. Tempat Karina biasanya membaca buku selain perpustakaan. Jihoon pun mendudukan dirinya di samping Karina yang sedang sibuk membuka kotak bekalnya.
"Ini kak, kau harus makan yang banyak agar kau selalu sehat." ucap Karina sambil menyuapkan sandwich itu kepada Jihoon. Jihoon sudah menolaknya tapi Karina memaksanya.
"Kak, kau harus memakannya, kau harus makan makanan yang bergizi agar otakmu mudah mencerna pelajaran." Karina kembali menyuapi Jihoon. Jihoon pun pasrah untuk yang kesekian kalinya.
"Entah mengapa aku merasa sekarang kau jadi lebih pendiam. Setauku kau itu orang yang sangat aktif dan cerewet yang pernah ku kenal. Sekarang aku jadi merasa lebih cerewet darimu." Karina tertawa dengan ucapannya.
'Jelas saja pendiam. Aku kan Jihoon bukan Hyunjin.' -batin Jihoon.
"Pasti kau jadi pendiam karena mengalami tekanan karena sudah kelas 12, ya?" tanya Karina lagi.
Jihoon hanya tersenyum canggung.
"Sesulit apapun itu, jangan sampai melewatkan jam makanmu. Kau, terlihat semakin kurus. Aku jadi sedih kalau kekasihku ini tak memperhatikan kesehatannya dengan baik." ucap Karina sambil mengusap pipi Jihoon yang ia kira Hyunjin. Jihoon mematung.
'Bagaimana bisa Hyunjin menyia-nyiakan orang seperti Karina? Terlihat sekali Karina ini sangat mencintai Hyunjin. Namun dengan bodohnya Hyunjin malah berpaling pada orang lain hanya Karina tidak pernah memberikan pengalaman seks untuknya. Dasar Hyunjin idiot.' -batin Jihoon.
"Terima kasih sudah sangat mencintai bajingan seperti Hyunjin." ucap Jihoon dengan mulut penuh makanan. Karina yang tidak menangkap dengan benar apa yang dikatakan Jihoon pun bertanya lagi.
"Apa yang kau katakan, kak? Maaf aku tidak mendengarnya." tanya Karina.
"Ah tidak, lupakan." jawab Jihoon tersenyum canggung. Untung saja Karina tak mendengarnya.
"Ah, baiklah. Kak, karena kau sudah menghabiskan bekalnya maka aku akan kembali ke kelas." Karina membereskan kotak bekalnya dan beranjak dari duduknya.
"Sehat selalu, kakak sayang. Aku mencintaimu." Karina mencium pipi Jihoon dan segera berlari karena malu.
Jihoon terpaku di tempatnya. Mencerna apa yang baru saja terjadi.
"Astaga apa ini? Niatku untuk tak terlibat dalam percintaan Hyunjin sepertinya akan sulit." monolog Jihoon sambil mengacak rambutnya frustasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled [END]
FanfictionTakdir seperti mempermainkan kami. Hari di mana jatuh menjatuhkan hati itu datang. Saat aku dan dia sedang dalam perasaan yang luar biasa-perasaan yang tak terkendali, takdir mempermainkan. Sejatinya karena memang perasaan itu seperti laut, jika su...