Chapter 05: Menjadi Teman

328 48 0
                                    

Karina tak mengerti, mengapa ia tiba-tiba saja dipertemukan dengan laki-laki bernama Hyunjin itu. Bahkan dengan terang-terangan, Hyunjin berusaha mendekati Karina. Sudah sekitar 2 minggu terakhir Hyunjin selalu mengirim pesan singkat pada Karina, namun sampai sekarang Karina tak pernah membalasnya. Pasalnya Karina bingung, Karina bingung bagaimana cara menghadapi seseorang seperti Hyunjin, ini merupakan hal baru bagi Karina dan Karina merasa tak nyaman dengan itu.

Saat Karina sedang melamun tiba-tiba saja ponsel di atas meja belajarnya berdering menandakan ada pesan singkat yang masuk. Karina segera mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirim pesan padanya. Saat melihat notifikasi di ponselnya, nama 'Hyunjinku💘' yang muncul. Karina menghela nafasnya, mengingat bagaimana seenaknya saja laki-laki itu padanya di pertemuan pertama mereka, menamai kontaknya sendiri di ponsel Karina dengan nama 'Hyunjinku💘' dan Karina terlalu malas untuk menggantinya.

Hyunjiku💘
|Selamat malam cantik, sudah 2 minggu, masih tak berniat membalas pesanku kah? :)
|Tapi aku tak akan menyerah, aku akan selalu mengirimu pesan sampai kau membalas pesanku.

Ah, rasanya Karina jadi pusing sendiri. Apakah dia harus membalas pesan laki-laki ini? Atau tidak usah? Tapi bagaimana pun Karina juga punya hati nurani yang bisa mengasihani siapa pun. Setelah lama bergulat dengan pikirannya sendiri, Karina pun untuk pertama kalinya membalas pesan dari Hyunjin.

Kenapa kau bersikap seperti ini?|

|Akhirnya kau membalas pesanku setelah 2 minggu selalu mengabaikan pesan dariku.
|Serius aku senang sekali. Sampai rasanya aku ingin kayang.
|Katakan padaku ini bukan mimpi, kan?

Kau membuatku jadi seperti orang jahat.|
Kenapa kau bersikap seperti ini?|
Jujur aku merasa tak nyaman.|

|Astaga maafkan aku, bukan maksudku membuatmu tak nyaman, sudah ku katakan dari waktu itu bahwa aku ingin menjadi lebih dekat denganmu. Apa tak boleh?

Karina nampak berpikir, menimbang keputusannya. Berteman? Ah ya tak ada salahnya kan untuk menerima tawaran pertemanan dari laki-laki ini. Bukan suatu kesalahankan? Akhirnya Karina memutuskan untuk menerima pertemanan dari Hyunjin.

Baiklah.|

|Baiklah untuk apa?

Kuterima ajakan berteman darimu.|

|Ya ampun Karina, kau tak bercandakan? Akhirnya aku bisa jadi temanmu. Terima kasih Karina.
|Tunggu saja sampai aku jadi kekasihmu🌚
|Pokoknya besok pagi kita pergi ke sekolah bersama.
|Tak ada penolakan.
|Aku akan menjemputmu sebagai perayaan hari pertama pertemanan kita.

YA|
TERSERAH KAU SAJA|

Karina meletakkan kembali ponselnya di atas nakas dan ia pun segera pergi tidur. Karina terlalu lelah dengan apa yang baru saja dia alami. Karina harus mempersiapkan diri untuk hari-hari selanjutnya yang mungkin akan ada kejutan baru.

.

.

.

"Karina sayang, ayo cepat turun ke bawah. Temanmu sudah menunggumu. Ayo cepat turun." teriak Ibu Karina.

Karina menautkan alisnya bingung. Teman? Setau Karina, tak ada satu pun temannya yang mengetahui rumah Karina. Karina tak pernah membawa teman ke rumahnya. Ya, paling Yeonjun yang selalu main ke rumahnya dan mungkin yang di maksud teman oleh Ibunya adalah Yeonjun.

"Iya bu, sebentar lagi." jawab Karina dari kamarnya.

Karina yang sudah rapih untuk bersiap berangkat sekolah segera turun ke bawah. Ia kasihan jika Yeonjun harus menunggunya terlalu lama. Ketika Karina sampai di ambang pintu dapur, Karina melihat sesosok laki-laki, tersenyum konyol sambil melambaikan tangannya.

"Hai, teman." sapa Hyunjin dengan senyum konyolnya.

Karina menepuk dahinya. Kenapa dia ada di sini? Astaga, kejutan macam apa ini? Saat Karina sibuk mematung di ambang pintu dapur, Ibu Karina segera menarik tangan putri semata wayangnya ke meja makan.

"Ayolah nak, cepat sarapan jika kau tak ingin terlambat." ucap Ibu Karina.

"Oh ya, nak Hyunjin mari sarapan bersama. Tak usah sungkan ya. Ini juga tante masaknya banyak kok." lanjut Ibu Karina lagi dengan senyum manisnya. Hyunjin sampai dibuat terpesona, ternyata wajah cantik dan manis Karina didapat dari Ibunya.

"Terima kasih, tante." jawab Hyunjin dengan senyum semenawan mungkin. Karina sampai kesal melihat senyum laki-laki di sebrang mejanya ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sesampainya di sekolah, Hyunjin mengantar Karina sampai di depan kelasnya. Hyunjin tak hentinya tersenyum kepada Karina, membuat Karina sedikit risih.

"Ternyata kita satu sekolah ya, aku baru mengetahui itu baru-baru ini, setelah pertemuan pertama kita saat hujan waktu itu. Aku tak menyangkanya karena aku tak pernah melihatmu sebelumnya." ucap Hyunjin masih dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

"I.. iya, aku juga." jawab Karina canggung. Karina masih asing dengan hal seperti ini. Selama ini ia tak pernah punya teman selain Yeonjun.

"Tak usah canggung seperti itu padaku ya, aku temanmu sekarang. Oh, dan ternyata kau berada dikelas 10-1 ya? Aku kelas 11-2." ucap Hyunjin sambil mengusak surai lembut Karina.

"Ihhhh.. kenapa kau semenggemaskan ini sih?" tanya Hyunjin sambil menangkup kedua pipi Karina, memutar kepala Karina ke kanan dan ke kiri.

Karina tidak kesal diperlakukan seperti ini oleh Hyunjin karena sedikit demi sedikit Karina sudah menerima kehadiran Hyunjin sebagai temannya, meskipun masih sedikit canggung. Apa salahnya kan berteman dengan Hyunjin. Kelihatannya juga Hyunjin ini orang yang sangat baik dan perhatian.

"Oh ya, dari mana kau tau rumahku?" tanya Karina yang sedari tadi ingin menanyakan hal ini pada Hyunjin namun ragu.

"Sudah ku bilang aku ingin lebih dekat denganmu. Jadi aku harus tau segalanya tentangmu bahkan alamat rumahmu sekalipun." jawab Hyunjin bangga.

"Sudah sana masuk kelasmu, belajar yang rajin ya, Karina. Hush hush hush sana masuk, aku tak akan pergi sampai kau masuk." lanjut Hyunjin sambil mendorong-dorong tubuh Karina untuk segera memasuki kelas dan Karina tertawa. Karina tertawa. Sekali lagi, Karina tertawa. Hyunjin terkejut, ini pertama kalinya Karina tertawa di depannya dan tertawa karena dirinya.

"Aku senang akhirnya kau tertawa karena aku." Hyunjin tersenyum lembut. Karina terdiam mematung.

"Baiklah, aku masuk ke kelas. Semangat belajarnya, Kak Hyunjin." ucap Karina sambil berlari masuk ke kelasnya. Bagaimana pun Karina malu tiba-tiba memanggil Hyunjin dengan sebutan 'kakak'. Hyunjin tertawa melihat tingkah Karina.

"Manisnya." gumam Hyunjin sambil tersenyum lembut.

"Astaga, bagaimana ini? Aku benar-benar jatuh cinta padamu. Kau harus bertangunggung jawab, Karina!" monolog Hyunjin sambil menarik-narik rambutnya.



Untitled [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang