Chapter 09: Hanya Kakak

219 44 0
                                    

Karina duduk di halte menunggu bus datang. Karina sendirian. Sendirian? Ya, sendirian. Lalu kemana Hyunjin? Hyunjin sudah menghubungi Karina bahwa ia tak bisa mengantar Karina pulang karena Hyunjin ada latihan basket dengan tim basket sekolahnya dan Karina tak masalah dengan hal itu, ia tak akan menjadi marah dan berlebihan hanya karena kekasihnya tak bisa mengantarnya pulang. Karina mengerti dunia kekasihnya itu tak hanya berputar pada Karina saja.

Seseorang yang mengendarai sepeda motor menghentikan sepeda motornya di dekat Karina. Karina sudah tahu betul siapa orang itu. Ya, tentu saja itu Yeonjun. Seseorang yang peduli pada Karina lebih dari apapun. Seseorang yang selalu mengkhawatirkan Karina kapanpun.

"Kar, ayo pulang bersama." ajak Yeonjun dari atas motornya. Karina mengangguk dan menghampirinya.

"Tapi, mampir ke taman dekat rumah dulu ya? Aku ingin memberitahumu sesuatu." ucap Karina sambil tersenyum.

"Sesuatu? Apa kau akan membayar hutang ceritamu padaku?" tanya Yeonjun. Karina mengangguk lagi.

"Baiklah, ayo. Sini, pakai dulu nih helmnya." ucap Yeonjun sambil memakaikan helm pada Karina.

🌻🌻🌻

Saat ini Hyunjin sedang latihan basket bersama tim basket sekolahnya. Hyunjin adalah Kapten tim basket. Makanya Hyunjin sangat terkenal di sekolahnya, tentunya selain karena wajahnya yang sangat tampan dan menawan ya. Hyunjin melihat Jihoon berjalan didekat lapangan menuju pintu keluar gedung. Hyunjin segera menghampirinya.

"Oy, Ji!" teriak Hyunjin. Jihoon menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Hyunjin.

"Sudah ingin pulang?" tanya Hyunjin.

"Tak usah berbasa-basi. Ada apa? Rasanya aneh ketika kau melakukan hal ini. Biasanya kan kau tak pernah peduli padaku." ucap Jihoon datar. Hyunjin tertawa, menurutnya lucu sekali kembarannya ini.

"Hahaha.. Baiklah, baiklah. Kau pulang naik apa?" tanya Hyunjin sambil tertawa. Jihoon menyipitkan matanya.

'Sungguh, ada apakah gerangan dengan kembarannya ini? Bikin takut saja.' -batin Jihoon bertanya-tanya.

"Yak! Kau membuatku takut. Ada apa denganmu?" Jihoon pura-pura menjauh menghindari Hyunjin.

"Yak! Kau ini." Hyunjin menggeplak kepala Jihoon.

"Hei, tak sopan. Aku lebih tua darimu ya!" Jihoon pura-pura merajuk. Hyunjin semakin tertawa.

"Baiklah, kau pulang naik apa?" tanya Hyunjin.

"Karpet terbang." jawab Jihoon asal.

"Eh si anjing ini ya ditanyanya." Hyunjin tertawa.

"Eh, eh, eh, congornya dijaga ya. Kasar sekali ucapannya, dapet 🌟 satu." jawab Jihoon. Hyunjin semakin tertawa.

'Ini kayaknya si Hyunjin udah gila. Dari tadi ketawa mulu.' -batin Jihoon curiga.

"Kau pulang naik apa?" tanya Hyunjin lagi.

"Naik bus. Motorku masih diservis." jawab Jihoon.

"Padahal ayah membelikanmu mobil. Mengapa tak kau pakai saja?" tanya Hyunjin.

"Nope. Aku tak mau membawa mobil kesekolah. Sangat berlebihan." jawab Jihoon.

"Yak! Kau menyindirku ya?" Hyunjin ingin menggeplak kepala Jihoon lagi tapi Jihoon dengan cepat menghindarinya.

"Ya sudah, hati-hati pulangnya." Hyunjin tersenyum pada Jihoon.

"Kau terlihat mengerikan. Tidak biasanya.  Baiklah aku pulang, mengerikan sekali melihatmu seperti ini. Hiii~" ucap Jihoon mengedikkan bahunya dan melangkahkan kakinya keluar gedung sekolah. Hyunjin tertawa melihat punggung kembarannya yang sudah menjauh.  Tak tau saja kembarannya itu kalau Hyunjin sedang kelewat senang karena sudah resmi dengan Karina. Jadilah Hyunjin seperti ini. Hahaha.

🌻🌻🌻

Karina dan Yeonjun sedang duduk di salah satu kursi taman dekat rumah mereka. Mereka nampak mengobrol dengan santai. Karina terlihat tertawa ketika Yeonjun menceritakan sesuatu yang lucu pada Karina dan Yeonjun nampaknya sadar ada sesuatu yang harus Karina jelaskan padanya.

"Nah, sekarang giliranmu. Kau ingin memberitahu apa?" Yeonjun menghadapkan tubuhnya pada Karina dan tersenyum. Karina ikut tersenyum.

"Seseorang yang kau temui waktu itu, yang waktu di kantin dan yang di rumahku." jawab Karina. Yeonjun menaruh seluruh atensinya pada Karina.

"Aku bertemu dengannya tanpa sengaja. Awal pertemuan yang sangat menyebalkan bagiku. Setelah pertemuan itu, dia selalu mencoba mendekatiku. Awalnya aku tak suka, aku menganggapnya pengganggu. Tapi, kemudian semuanya berubah. Penilaianku tentangnya ternyata salah. Dia ternyata sangat baik dan menyenangkan. Kita menjadi teman dan semakin hari, kita semakin dekat sampai menjadi sahabat. Sampai akhirnya kita..." Karina menjeda ceritanya. Yeonjun dengan seksama menunggu kelanjutan cerita Karina. Tapi diam-diam perasaannya tak enak.

"Kita sekarang sepasang kekasih." Karina menunduk malu, pipinya bersemu merah. Yeonjun terkejut dan kecewa mendengar ucapan Karina. Namun, Yeonjun segera merubah ekspresinya menjadi bahagia.

"Uuh, Jiminie sudah besar rupanya." Yeonjun mengusak surai lembut Karina.

"Selamat, ya. Cukup melihatmu bahagia, aku juga bahagia." lanjut Yeonjun tersenyum.

"Tenang saja, aku tak akan melupakanmu hanya karena aku punya kekasih, Junie-ya. Kau tetap akan menjadi seseorang yang aku sayangi. Kau sudah seperti kakak bagiku. Kakak yang selalu memperhatikanku, kakak yang selalu menyayangiku, dan kakak yang selalu melindungiku. Pokoknya kau kakak yang selalu ada untuk Karina." Karina memeluk Yeonjun. Yeonjun tersenyum getir mendengar ucapan Karina. Ia pun membalas pelukan Karina.

'Kakak? Hanya kakak rupanya.' -batin Yeonjun.

"Ayo kita pulang, sudah sore. Ini, aku membelikanmu makanan kesukaanmu. Sampai rumah dimakan, ya." Yeonjun menyodorkan paper bag kearah Karina.

"Terima kasih, Junie-ya. Kau selalu jadi yang terbaik untukku." Karina mencium pipi Yeonjun dan setelah itu tersenyum manis. Manis. Manis sekali. Namun, sayang senyum itu bukan milik Yeonjun.

'Jika aku yang terbaik untukmu, lalu kenapa kau tak memilihku?' -Yeonjun.

Untitled [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang