Yeondong-daero, Gangnam-gu, Seoul, Korea Selatan.Seorang gadis berdiri di halte sambil menatap langit gelap. Ya, ini sudah malam dan malam ini pun tetesan air dari langit di atas sana jatuh membasahi kota yang terkenal ramai ini. Namun, keramaian itu seperti hilang seketika, karena nyatanya mereka lebih memilih bergelung di bawah selimutnya di cuaca yang dingin seperti saat ini. Karina, panggilan singkatnya, berdiri termenung di halte tersebut menunggu hujan reda. Bodohnya ia tak membawa mantel atau payung. Tapi bukan sepenuhnya salah Karina juga pikirnya, karena pagi tadi langit terlihat begitu cerah tak menampakkan akan turun hujan. Niat ingin menuju ke perpustakaan pusat di Gangnam, ia malah berakhir di halte ini menunggu hujan reda.
"Sebentar lagi pasti hujannya reda." katanya bermonolog, sambil menatap langit untuk kesekian kalinya.
"Hujan seperti ini biasanya bertahan lama."
Merasa ada yang menyahut ucapannya, Karina menengok ke sebelahnya yang ternyata ada seorang laki-laki yang mungkin sebaya dengannya. Dia menatap datar orang itu dan kembali menatap langit.
"Kau sedari tadi disini? Tanpa mantel?" tanya orang itu. Karina tak menggubrisnya, ia masih menatap langit, lebih tepatnya ia menghindari berkomunikasi dengan orang ini.
"Tak memakai mantel pada cuaca seperti ini pasti dingin." ujar orang itu. Namun, Karina masih tak menanggapinya.
"Kau mau kemana?" ujar orang itu. LAGI. Karina berpikir apa dia tak jengah? Padahal Karina sedari tadi tak menanggapinya.
"Kau butuh tumpangan? Hujan seperti ini biasanya bertahan lama, apalagi kau tak memakai mantel dan tak ada payung. Kau bisa sakit. Kebetulan aku bawa mobil, barangkali kau mau ikut. Aku ingin ke perpustakaan." ujarnya sambil tersenyum.
Merasa mendengar kata 'perpustakaan' yang merupakan tujuannya, atensinya mulai teralihkan. Akhirnya Karina menatap orang itu.
"Perpustakaan?" tanya Karina. Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.
"Iya, aku ingin kesana. Kenapa? Kau juga ingin ke perpustakaan pusat? Ayo ikut denganku saja." ucap orang itu antusias. Tapi Karina hanya mengernyit nampak berpikir. Namun, tiba-tiba sebuah tangan menggenggam tangannya dan menariknya.
"Sudahlah, tak usah berpikir terlalu banyak. Tujuanmu kesanakan? Ayo." orang itu menarik lengan Karina menuju mobilnya.
Di dalam mobil Karina hanya diam menatap ke jendela memperhatikan jalan. Sungguh, ia tak tau harus apa. Ia bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang lain. Ia tipe orang yang kaku dan canggung serta pemalu. Jadi ia merasa bingung menghadapi situasi seperti ini. Rasanya sangat asing baginya yang tak banyak berinteraksi dengan orang lain.
"Namamu siapa?" tanya orang itu memecah keheningan di antara mereka. Karina menengok kearahnya, Karina hanya terdiam.
"Aku bertanya namamu siapa kau malah diam saja. Ah baiklah, tak ada cara lain."
Tiba-tiba orang tersebut menarik tangan Karina, menyatukannya untuk berjabat tangan.
"Namaku Park Hyunjin, panggil saja Hyunjin, atau boleh kakak. Kurasa kau lebih muda dariku." ucap orang tersebut yang ternyata bernama Hyunjin.
Karina masih terdiam mengerjapkan matanya, ia merasa berat untuk berbicara. Dengan sangat membutuhkan perjuangan melawan ketakutannya sendiri akhirnya Karina bisa mengatakan,
"Aku Yu Jimin, panggil saja Karina." ucap Karina dengan gugup.
"Nama yang indah, senang berkenalan denganmu Karina. Ku harap kita bisa berteman dengan baik." orang itu -Hyunjin- tersenyum dan kembali fokus mengemudi. Karina hanya diam tak menanggapi.
Setelah beberapa menit dalam perjalanan akhirnya sampai lah mereka di perpustakaan pusat Gangnam. Karina melepas sabuk pengamannya dan mengucapkan terima kasih. Ia membuka pintu mobil untuk keluar namun tiba-tiba Hyunjin menarik lengannya.
"Kemarikan ponselmu!" ujar Hyunjin terkesan memerintah. Karina hanya diam. Dalam hatinya, 'Apa-apaan orang ini? Baru kenal sudah seperti ini.'
"Ku bilang kemarikan ponselmu!" perintah Hyunjin.
Akhirnya Karina memberikan ponselnya pada Hyunjin. Hyunjin segera mengambil ponsel Karina, ia terlihat serius menatap ponsel Karina dan seperti sedang mengetik sesuatu pada ponselnya dan pada ponsel milik Karina.
"Ini ponselmu." Hyunjin memberikan ponsel Karina dan Karina menerimanya. Namun, tiba-tiba ponsel Karina bergetar menandakan ada sebuah panggilan masuk. Namun dengan nomor 'tidak diketahui'. Karina mengeryit bingung. Hyunjin tersenyum melihat Karina.
"Itu nomor ponselku. Harus kau simpan pokoknya. Ah, tapi aku tak percaya padamu. Pasti tak akan kau simpan, sini aku saja yang menyimpannya." Hyunjin merampas ponsel milik Karina. Karina hanya pasrah saja. Tapi sebenarnya ia merasa bingung.
"Nah, sudah. Ini ponselmu." Hyunjin mengembalikan ponsel Karina ke tangan Karina. Karina menatap ponselnya dan melihat ada sebuah panggilan masuk dengan nama 'Hyunjinku💘'. Karina membulatkan matanya. 'Apa-apaan ini?' pikirnya. Saat ia ingin memprotes, tiba-tiba pemuda tersebut sudah berbicara mendahului Karina.
"Karina, maaf aku tak jadi ke perpustakaan. Tiba-tiba saudara kandungku mengirim pesan menyuruhku lekas pulang. Katanya ibu khawatir. Jadi kau sendiri saja ya yang masuk kesana dan hati-hati. Kau cepatlah masuk, ini pakai payungku. Jangan pulang larut malam." ucap Hyunjin. Karina hanya mematung, ia mengangguk dan keluar dari mobil milik Hyunjin.
"Oh iya, jangan bengong begitu. Kau semakin menggemaskan. Aku berangkat, sampai bertemu lagi Karina." ucap Hyunjin antusias dan melajukan mobilnya. Karina hanya diam, ia sungguh sulit mencerna kejadian ini.
'Apa-apaan ini?' batin Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled [END]
FanficTakdir seperti mempermainkan kami. Hari di mana jatuh menjatuhkan hati itu datang. Saat aku dan dia sedang dalam perasaan yang luar biasa, perasaan yang tak terkendali. Takdir mempermainkan. Karena memang perasaan itu seperti laut, jika sudah tak t...