7. Milikmu Seutuhnya

99.8K 7.1K 279
                                    

Sebelum masuk ke cerita, saya mau kasih pengumuman, kalau selama bulan puasa, cerita ini updatenya malam. Tapi mohon maaf kalau slow update atau mungkin nggak bisa setiap hari update karena bulan puasa biasanya lebih sibuk dari biasanya. Contoh, tiap sore mesti nyiapin buka puasa. Moga kita bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya di bulan Ramadhan untuk hal2 positif. Nulis & baca wattpad jadi selingan saja.

Oya mau ngingetin juga, dari awal cerita, sudah diingatkan ini konten dewasa, silakan bijak memilih bacaan dan jangan menyalahkan author jika kalian merasa nyasar karena dari awal sudah diingatkan. Meski ada warning konten dewasa, tidak akan ada adegan eksplisit atau berlebihan di cerita ini. Saya akan tetap menjaga nggak keluar jalur. Tapi bagi pembaca yang senang menghakimi, menilai cerita dari sudut pandang yang sempit, atau merasa paling suci dan menganggap romantic scene di sebuah cerita adalah sesuatu yg kriminal dan dosa, silakan cari cerita lain yang menurut anda sempurna. Namanya cerita pernikahan pasti ada part romantisnya. Hanya yang perlu digarisbawahi, saya tidak akan menuliskan part eksplisit dan berlebihan, sewajarnya saja.

Mohon maaf juga jika kadang saya harus mengambil tindakan tegas untuk pembaca yang menurut saya banyak maunya, banyak resenya, dan menghambat atau menurunkan mood saya dalam menulis. Tujuannya adalah agar saya tidak terganggu dan mood saya tetap terjaga.

Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan dan kekurangan baik dari segi cerita maupun komentar/sikap saya pribadi. Mudah2an ibadah puasa kita nanti berjalan lancar aamiin.

Part ini super pendek, jangan protes!
Happy reading....

Sakha mengerjap. Diliriknya sang istri yang masih terlelap. Sakha melirik jam dinding, sudah jam empat, sebentar lagi adzan Subuh berkumandang. Ia terbiasa mandi pagi sebelum Subuh. Sebelum bergegas ke kamar mandi, dipandanginya wajah lelah yang seolah terpejam tanpa dosa. Rasanya masih saja tak percaya, seseorang yang dulu kerap bertengkar dengannya kini resmi menjadi pendamping hidupnya.

Diusapnya rambut Alea pelan. Senyum itu terulas seraya mengamati wajah cantik Alea begitu menelisik. Sakha menghentikan aksinya ketika teringat bahwa ia akan berangkat menuju Masjid dekat hotel untuk sholat berjamaah di sana. Ayahnya selalu mengajarkan bahwa laki-laki utamanya sholat berjamaah di Masjid. Berusaha istiqomah untuk selalu sholat berjamaah di Masjid tentu bukan perkara mudah. Namun dia selalu mengusahakan yang terbaik.

Seusai mandi, Sakha berganti kemeja. Adzan Subuh sayup-sayup terdengar syahdu. Sakha mendekat ke arah Alea yang belum jua terbangun. Diusapnya rambut itu sekali lagi.

"Sayang... Bangun. Sholat dulu..."

Alea masih saja terpejam. Sakha berbisik lirih.

"Sayang... Subuhan...."

Alea membuka mata perlahan. Wajah tampan Sakha mendominasi penglihatannya.

"Sayang...." ujar Alea lirih.

"Subuhan dulu. Aku mau ke Masjid, ya. Kamu juga jangan lupa sholat Subuh." Sakha tersenyum lembut.

Alea mengangguk. Ia tak asing melihat laki-laki bangun pagi dan sholat Subuh di Masjid. Ia sering melihat ayah kandung maupun ayah tirinya melakukannya.

Sakha beranjak dan mengulas senyum sekali lagi.

"Ya udah aku ke Masjid dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Sakha berjalan keluar kamar dan masuk ke dalam lift yang membawanya menuju lobi. Sementara Alea bersiap untuk sholat Subuh.

Sakha sholat Subuh di Masjid terdekat. Seusai sholat, Sakha mengikuti kultum yang membahas tentang kewajiban suami dalam menafkahi keluarga.

Selesai sholat, Sakha menyempatkan waktu membeli serabi bundar yang dibakar di atas tungku. Pagi-pagi makan serabi hangat rasanya bisa jadi pilihan manis untuk mengawali hari ini bersama Alea.

Setiba di kamar hotel, Alea baru saja selesai mandi. Sebenarnya ia jarang mandi pagi-pagi buta. Namun karena ia tengah menjalani honeymoon spesial bersama suami, ia ingin tampil semenawan mungkin di depan Sakha.

Alea mengenakan dress santai tapi tetap cantik dan seksi, menampilkan paha mulus bagai porselen dan menonjolkan kulit sehatnya. Ia mengoles lotion ke paha dan kakinya membuat Sakha tak sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari aksi sang istri yang cukup menggoda.

Rasanya Sakha tak bisa lagi menahan hasrat yang ia kubur paksa sejak semalam. Tanpa Alea duga, Sakha mendorong tubuh Alea yang tengah duduk di ujung ranjang hingga terhempas di kasur. Sakha menindihnya pelan dengan tatapan sayu dan seringai menggoda.

"Tadi malam kamu ningggalin aku tidur."

"Maaf, aku kecapaian..." Alea tersenyum dan menatap wajah tampan itu lekat.

Alea menelusuri garis pipi suaminya dengan jari-jarinya. Laki-laki yang sudah lama bertahta di singgasana hatinya akhirnya resmi menjadi imamnya. Sungguh kisah cinta itu mengalir begitu saja, terajut dalam serangkaian pemikiran yang menganggap bahwa ikatan cinta itu rasanya tak mungkin terjalin. Namun permusuhan mereka sejak kecil menjadi catatan sejarah yang justru pada akhirnya menyatukan mereka di pelaminan.

Sakha terpaku pada lembutnya sentuhan jari-jari Alea. Ia tak pernah menyangka ada di titik ini. Sakha mendaratkan kecupan di kening Alea. Kening yang dulu ia katakan 'nonong', rupanya nonong itu mampu memberikan kedamaian luar biasa ketika ia mengecupnya. Kecupan itu menurun ke pipi, pipi yang dulu ia sebut tembem. Selanjutnya ia mengecup bibir ranum Alea, bibir tipis yang dulu ia sebut ceriwis. Nyatanya bibir itu kini serasa candu dan mampu membuainya dengan setiap pagutan, lumatan, dan cumbuannya yang membangkitkan gejolak gairah yang tak terbendung. Tubuh Alea yang seksi dan indah menjadi candu lain untuk Sakha. Tubuh yang dulu ia sebut mungil, sungguh tak terbayangkan bagi Sakha akan menjadi senikmat ini kala ia sentuh dan kecup.

Gelora cinta kedua semakin membubung diiringi setiap sentuhan dan kecapan nikmat yang seakan membungkam keangkuhan keduanya di masa lalu. Mereka menyadari, saling mendamba, saling membutuhkan, dan saling menginginkan satu sama lain. Lenguhan dan erangan nikmat seolah menjadi cara lain bagi keduanya untuk bercerita bahwa mereka begitu menikmati aktivitas panas yang saat ini mereka lakukan. Pagi ini, Alea menyerahkan segalanya pada Sakha. Menyerahkan sesuatu yang sudah ia jaga selama ini, harga matinya sebagai perempuan. Ia serahkan pada laki-laki yang memang berhak untuk itu. Ia serahkan pada pasangan halal yang memang memiliki hak untuk merenggutnya. Meski seks pertama cukup menyakitkan untuk perempuan, Alea kesampingkan rasa itu. Baginya memberikan sesuatu yang utuh dan memuaskan Sakha adalah kebahagiaan untuknya.

Dua insan yang dulu acap kali berdebat, bertengkar, dan saling memojokkan, kini berkerja sama dengan sangat apik di ranjang, saling memberi kepuasan.

Seusai melalui moment yang begitu intim dan panas, Sakha memeluk erat tubuh Alea. Ia daratkan kecupan berulang di wajah Alea. Alea tersenyum dalam dekapan suami.

"Makasih, sayang. Aku bahagia banget. Terima kasih kamu sudah menjaganya untukku."

Alea menangkup pipi Sakha. Ditelisiknya wajah tampan yang menyejukkan itu.

"Aku juga bahagia banget. Aku telah menjadi wanitamu seutuhnya. Suatu kebanggaan dan kehormatan bagi perempuan untuk menyerahkan kesuciannya pada laki-laki yang memang berhak."

Sakha mendaratkan kecupan di kening sekali lagi.

"I love you...." bisik Sakha

"I love you too..." balas Alea dengan senyum terlukis.

Keduanya berpelukan, saling berbagi kehangatan sekaligus transfer segala rasa.

Hari ini keduanya seakan tak bosan mengulang kembali adegan panas yang mulai detik itu menjadi sesuatu yang paling favorit bagi keduanya, lebih enak dibanding makanan terlezat di dunia sekalipun, lebih nikmat diantara kenikmatan lain yang pernah ada.

Mereka hanya akan habiskan dua malam saja honeymoon di hotel karena Sakha belum bisa mengambil cuti panjang. Selepas ini, mereka akan memasuki kehidupan rumah tangga yang sebenarnya, awal dari perjuangan yang akan lebih panjang. Keduanya akan sama-sama belajar dan berlayar bersama hadapi riak gelombang entah kecil maupun besar.

******

Maaf part pendek bgt, yang penting udah nyelesein sesi manis honeymoon. Ini aku sempetin banget. Semalam pulang kul, sampai rumah malam. Pagi ini aku akan berangkat kul lagi sampai sore.

Kalau ngeluh pendek, nulis sendiri aja biar puas.✌️. Hargai usaha author yang udah memangkas waktu istirahatnya untuk ngetik.

Dear, Pak Dosen 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang