41. Part 41

52.7K 4.4K 696
                                    

Hari ini Alea dan Sakha sepakat bertemu di rumah orang tua Sakha. Nara dan Argan sengaja mengundang Alea dan Ezar untuk piknik sederhana di taman belakang rumah mereka, hanya sekadar duduk di atas hamparan tikar, memanggang barbeque, dan makan bersama. Semua anggota keluarga Argan tengah berkumpul. Kiara yang pulang dari Jogja, Ardi dan Ardan yang libur sekolah, serta Sakha yang juga libur mengajar. Di kesempatan ini, Sakha akan meminta jawaban Alea.

Suasana kekeluargaan terasa begitu hangat. Ardi, Ardan, Sakha, dan Ezar bermain bola di taman yang cukup luas itu. Nara dan Alea tampak sibuk memanggang barbeque, sedang Kiara dan Argan menyiapkan es buah. Untuk sejenak Alea lupa, ia sudah tak lagi menjadi bagian dari keluarga Argan. Statusnya sudah menjadi mantan istri Sakha dan mantan menantu dari Argan dan Nara. Darah yang mengalir di tubuh Ezar yang menjadi pengikat.

Sesekali Sakha memandang lepas ke arah Alea, di saat yang sama wanita itu pun mengamati Sakha yang tertawa lebar dengan Ezar. Rasanya ini pertama kali bagi Alea melihat Sakha tertawa lepas setelah sekian tahun mereka berpisah.

Setelah barbeque matang, mereka makan bersama dinaungi atmosfer yang begitu hangat. Semua orang tampak bahagia. Begitu juga dengan Ezar. Senyum dan tawa bergantian menghias wajahnya. Ia bahagia berkumpul bersama papa mamanya, kakek neneknya, juga tante dan om kembarnya.

Hingga tiba saatnya Sakha mengajak Alea bicara di gazebo sementara yang lain masih lahap menyantap makanan mereka.

Dada Sakha berdebar. Degup jantungnya seolah berkejaran. Rasa-rasanya momen sekarang ini jauh lebih mendebarkan dibanding saat dulu dirinya meminta Alea menjadi istrinya.

Alea tergugu, menunggu Sakha bicara. Ia juga merasakan debaran yang bertalu, membuatnya salah tingkah.

"Alea, apa kamu mau membangun kembali rumah tangga bersamaku? Rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah, dan kita akan membesarkan Ezar bersama dalam satu rumah. Kita akan menjadi orang tua yang baik untuknya. Dan aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu. Aku nggak akan menyakiti kamu. Akan aku tebus semua kesalahan yang pernah aku lakukan." Sakha menatap Alea tajam. Kata-katanya meluncur tegas. Ia lebih siap dengan apa pun jawaban Alea. Kesempatan itu tak akan datang, jika ia tak mencobanya.

Alea mengembuskan napas pelan. Semalam ia bicara dengan Riana, meminta doa dari ibu tiri yang begitu menyayanginya. Ia teringat kata-kata bundanya.

"Manusia pasti pernah berbuat salah, tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia juga berhak diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Allah saja mengampuni pendosa yang berbuat dosa ketika mereka bertobat nasuha, apalagi kita yang manusia biasa. Jika kita tidak memaafkan kesalahan orang lain, artinya kita orang yang angkuh, keras hati. Memaafkan memang tidak mudah, begitu juga memberi kesempatan. Kamu bisa belajar dari pengalaman Bunda dan papamu. Andai waktu itu Bunda berpikir dangkal tentang papamu yang mungkin tak akan berubah dan kembali mengulang kesalahan, mungkin hingga detik ini Bunda tak akan sebahagia sekarang. Saat itu, Bunda melihat kesungguhan papamu. Dia benar-benar berubah dan memperbaiki diri. Alhamdulillah pernikahan kami begitu bahagia. Papamu bisa menjadi suami yang baik dan setia serta ayah yang baik untuk anak-anak. Bunda tak salah memilih."

"Alea... Apa jawaban kamu? Aku siap dengan apa pun jawabanmu." Sakha kembali bertanya karena Alea masih mematung.

Wanita itu terkesiap. Ekor matanya melirik ke arah Ezar yang melambaikan tangan ke arahnya dan Sakha.

"Papa Mama ayo main bola lagi..." Anak itu menggenggam bola. Tampak Ardi berbisik padanya dan seketika anak itu pun berbalik, bermain kembali dengan om kembarnya tanpa mengajak kedua orang tuanya lagi.

Alea mengalihkan tatapan pada Sakha yang membisu.

"Aku... Aku bersedia membangun kembali rumah tangga bersamamu."

Dear, Pak Dosen 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang