27. Part 27

27.3K 2.7K 271
                                    

Di part sebelumnya kayaknya udah pada emosi haha, padahal belum ke konflik inti. Semisal gak sanggup utk baca konflik begini, atau males, aku gak maksa ya. Tapi di cerita ini aku pingin menantang diri sendiri dengan menulis konflik yang lebih menguras. Karena susah juga menulis cerita pernikahan yang bermasalah sementara di real, pernikahan kita baik-baik saja. Ini tantangan untuk semua penulis ketika harus menyajikan konflik yang jauh dari kehidupan real kita tapi konflik seperti ini nyata ada di banyak pernikahan.

Konflik yg menantang itu bisa jadi penyemangat untuk author melanjutkan cerita. Karena kita merasa ada tantangan baru yang harus kita taklukkan. Dari judulnya aja new episode, jadi memang benar2 bab baru kehidupan Sakha dan Alea yang harus diuji dengan permasalahan yang kerap datang. Tapi akan selalu ada pelajaran di setiap masalah, ini juga penting agar kita sama-sama belajar. Dan memang konflik tercetus karena karakter Sakha yang terlalu baik sama orang, terutama sama perempuan, dan Alea yang sering gila kerja, kenapa? Karena dalam pernikahan pengulangan kesalahan itu sering terjadi apalagi kalau udah jadi watak, banyak yg susah mengubah. Hanya saja di bab baru ini memang lebih berat. Yang aku harapkan sih kita semua bisa sama2 belajar dan mengambil pesan dari cerita ini.

Happy reading

Suasana sarapan tak sehangat biasanya. Ezar tengah digendong Delia dan diajak duduk-duduk di taman, mengamati bunga-bunga bermekaran. Sangat kontras dengan suasana hati Alea dan Sakha yang mendadak layu. Bunga-bunga cinta yang dulu mekar seakan dipaksa meredup.

Alea tak tahan lagi untuk bungkam. Ia rasa sekarang saat yang tepat untuk bertanya siapa sosok Kezia.

"Siapa itu Kezia? Semalam di mengirim pesan WhatsApp untukmu."

Sakha yang tengah mengunyah makanannya sesaat terdiam. Ia telan makanan itu lalu menatap wajah Alea yang dipenuhi rasa curiga.

"Dia teman lamaku, teman SMA." Sakha belum cek ponselnya. Dia belum membaca pesan dari Kezia.

"Dia ke sini hanya untuk bertemu denganmu? Atau murni karena pindah kerja?" Tak ada seulas senyum. Wajah itu masih tak ramah dan tatapan yang tak kalah menghunus, membuat Sakha tercenung sekian detik.

"Dia pindah ngajar di universitas tempat aku ngajar. Dan aku mohon, jangan lihatin aku kayak gitu. Kami teman dan rekan sesama dosen. Aku tahu apa yang kamu pikirkan." Sakha paham benar, Alea pastilah cemburu. Ia menduga sang istri telah membaca semua percakapannya dan Kezia di WhatsApp.

"Kalau pesannya isinya standar, aku nggak masalah. Tapi dari yang aku baca, dia curhat masalah rumah tangganya. Jelas, aku nggak bisa terima. Dulu kamu pernah dicurhati mantan mahasiswi bimbingan kamu sampai bikin gadis itu baper, sekarang kamu mengulangnya. Apa kamu nggak bisa bersikap lebih tegas? Perempuan yang sudah menikah curhat dengan suami orang seputar masalah rumah tangganya, apa itu dibenarkan?"

Sakha tak lagi berselera makan. Ia menatap Alea lebih tajam. Entah kenapa ia berada di titik jenuh dan muak dengan segala kecurigaan Alea ditambah kesibukan Alea yang sering kali tak kenal waktu.

"Ada kalanya seseorang butuh teman bicara apalagi jika pasangannya tidak bisa dijadikan teman bicara. Dan aku pun tahu posisiku. Tak ada pembicaraan lebih antara aku dan Kezia. Aku sadar benar posisiku seperti apa, jadi aku hanya menanggapi sewajarnya. Apa ada tanggapanku yang berlebihan? Kamu sudah baca isi chat itu semuanya, kan?"

Alea mencelos. Sakha hari ini begitu berbeda dengan sosok Sakha yang akan kelimpungan menjelaskan segalanya jika ada permasalahan seperti ini. Ia merasa Sakha tak lagi peduli pada perasaannya.

"Dengan kata lain kamu nggak ingin disalahkan atas sikapmu? Menerima curhat perempuan non mahram apa itu benar?"

Sakha menelan ludah. Ia tatap istrinya datar.

Dear, Pak Dosen 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang