17. Part 17

56.5K 5.4K 153
                                    

Malam ini Sakha tak bisa tidur. Ia memikirkan undangan makan malam dari calon suaminya Lira. Sakha tak tahu ada apa gerangan Respati mengundangnya makan malam. Ia memutuskan untuk menerima undangan itu karena Respati ingin membicarakan sesuatu yang penting.

Esoknya Sakha benar-benar memenuhi undangan makan malam Respati. Ia melaju menuju restoran hotel tempat Respati menginap setelah selesai Tarawih. Pada Alea, ia jujur mengatakan bahwa ia diundang makan malam oleh Respati, calon suami Lira, mahasiswi bimbingannya.

Alea sempat mengernyit, heran kenapa calon suami mahasiswi bimbingannya mengundang Sakha. Sakha menduga bahwa ini ada kaitannya dengan skripsi Lira yang akhir-akhir ini terbengkalai atau mungkin ada masalah pribadi Lira yang Lira enggan menceritakan, jadi Respati lah yang akan menceritakan. Alea percaya pada Sakha dan tidak berpikir macam-macam.

Respati menunggu Sakha di lobi hotel, lalu keduanya berjalan beriringan menuju restoran hotel.

Atmosfer mendadak kaku. Dua laki-laki janjian makan malam dan keduanya belum mengenal satu sama lain. Mereka memesan beef steak untuk menu makan malam dadakan ini.

"Terima kasih Pak Sakha sudah mau memenuhi undangan saya. Langsung saja, Pak, saya mengundang Bapak memang ada sesuatu yang ingin saya bicarakan."

Sakha mengamati sang calon suami mahasiswi bimbingannya ini penuh tanda tanya. Satu yang ia tangkap, laki-laki ini tidak semenakutkan apa yang dibicarakan Lira. Tampangnya memang gahar dengan brewoknya, tapi dia tampak gagah dan berwibawa, mengingatkannya pada sosok ayahnya semasa muda. Sakha kerap melihat album foto lama saat kecil dulu.

"Begini, Pak, orang tua saya dan Ibu Lira sepakat untuk menjodohkan kami. Kalau semuanya lancar, insya Allah kami menikah setelah Lebaran. Namun ada sesuatu yang mengganjal. Saya tidak pernah merasakan Lira cinta sama saya. Sebenarnya saya tidak memaksanya, tapi saat saya tanya apa keputusannya, apa dia menerima lamaran saya, dia diam saja. Saya artikan dia menerima. Dan setelah itu, ibu Lira menghubungi saya, meminta saya ke rumahnya. Ternyata ibu Lira menemukan diary Lira yang tertinggal. Dalam diary itu, dia banyak sekali menuliskan nama anda. Ibu Lira meminta tolong saya untuk bicara dengan anda dan menasihati Lira sebagai dosen pembimbingnya agar dia fokus pada skripsinya dan juga tidak lagi memberikan perhatian lebih pada Lira, karena anda sudah beristri."

Respati mengembuskan napas sejenak. Ia sebenarnya tak enak hati mengutarakan semua. Ia takut menyinggung perasaan Sakha. Hanya saja ia rasa, ia harus mengungkapkan semua yang mengganjal di hatinya. Ibu Lira belum bisa bepergian jauh karena masih harus benar-benar memulihkan kondisinya pasca sakit. Sedang jika berbicara lewat telepon, rasa-rasanya kurang sopan.

Sakha mengernyit, "Perhatian berlebih? Saya hanya ingin memberikan semangat untuk Lira. Saya harap anda tidak salah paham."

"Saya berusaha untuk tidak salah paham. Sampai akhirnya waktu saya menelepon dia dan menanyakan nomor telepon anda, dia marah-marah. Dia bilang, hanya Pak Sakha yang bisa memahaminya dan memberikan semangat. Ia bercerita kemarin Bapak bahkan mengajaknya buka puasa, minum wedang ronde dan makan pisang goreng. Mungkin niat Bapak hanya untuk menyenangkannya, memberikan support. Tapi Lira mengartikan lain. Dia bilang, dia menyukai Bapak. Maaf banget, saya terpaksa mencari tahu nomor Bapak lewat teman Lira. Saya mengenal salah satu teman Lira."

Respati berusaha untuk tetap tenang meski ada kecemburuan yang tiba-tiba datang. Dosen pembimbing calon istrinya ini masih muda, tampan, dan berkharisma. Tak heran jika Lira jatuh cinta padanya.
Sakha terdiam sejenak. Ia tak menyangka, support, semangat, dan perhatian yang ia berikan untuk Lira yang kehilangan semangat mengerjakan skripsi telah diartikan lain oleh Lira.

"Maaf, Pak, saya sebenarnya nggak punya niat macam-macam. Saya tak menyangka apa saya lakukan diartikan lain oleh Lira. Saya tak pernah berpikir bahwa Lira akan jatuh cinta sama saya. Dia tahu saya sudah menikah. Ke depan, saya akan menjaga sikap saya untuk tidak lagi membuat Lira salah paham."

Dear, Pak Dosen 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang