19. Part 19

59.5K 5.7K 137
                                    

Maaf baru update lagi. Aku masih ujian. Abis ini aku gak bisa upadate sampai tanggal 30. Setelah ujian, insya Allah normal lagi updatenya.

Oya aku udah pernah bahas nama adik2 Alea dari pernikahan Diandra-Rayga belum ya di sini? Kalau udah pernah, tolong ingatkan. Aku udah cek tapi belum nemu, kayaknya aku belum pernah bahas nama mereka, kalau nama adik2 Alea dari pernikahan Aldebaran-Riana sih udah.

Happy reading...

Sakha termenung di kamar, memikirkan permasalahan yang mendera rumah tangganya. Ia sudah mencoba mengetuk pintu kamar tamu, berharap Alea mau membuka pintu, tapi tak ada jawaban apapun. Saat Sakha mencoba memanggil namanya, meminta waktu Alea sedikit saja untuk bicara, Alea masih bertahan dengan keinginannya untuk menyendiri. Sakha tak bisa memaksa. Ia berikan waktu untuk Alea menenangkan diri. Ia harap, hati Alea akan sedikit terbuka untuk memaafkannya.

Terkadang Sakha ingin mencurahkan isi hatinya pada ayah dan mamanya, tapi ia sadar, bercerita tentang permasalahan yang tengah ia hadapi, sama saja memberi tahu pada orang tuanya bahwa rumah tangganya sedang dalam keadaan tak baik. Ia tak ingin membuat orang tuanya khawatir.

Sungguh serba salah. Ia hanya bisa berharap esok saat bangun sahur, istrinya mau berbicara dengannya.
Sakha tak bisa memejamkan mata. Ia menyesal telah membuka celah untuk wanita lain agar bisa dekat dengannya. Ia tahu, tak seharusnya ia menanggapi curahan hati mahasiswi bimbingannya. Jauh di hatinya yang terdalam ia tak berniat apapun kecuali menyemangati Lira agar segera menyelesaikan skripsinya. Ia tak menduga, akhirnya akan jadi sedemikian runyam. Ini pelajaran untuknya untuk tidak sembarangan berinteraksi dengan perempuan non mahram, sekalipun orang tersebut adalah mahasiswi bimbingannya.

Di saat yang sama, Alea juga tak bisa tidur. Ia menangis sesenggukan, merasa cinta Sakha tak lagi utuh untuknya. Ia merasa apa yang ia rasakan tidaklah berlebihan, sekalipun ada yang berpendapat apa yang dirasakannya sudah melebihi batas kewajaran. Sakha tidak berselingkuh. Ia hanya menjadi teman curhat Lira dan mengajaknya buka puasa bersama. Tetap saja, Alea tidak bisa menerimanya. Ia tak bisa menerima jika di hati Sakha ada sedikit tempat untuk perempuan lain, meski bukan cinta. Namun jelas, di antara mahasiswi bimbingannya yang lain, Lira memiliki tempat tersendiri. Ia takut, bagaimana jika perasaan Sakha kembali terombang-ambing dan terpikat pada perempuan lain? Ia merasa, cinta Sakha mungkin belumlah kuat untuknya. Hati laki-laki itu masih mudah goyah. Alea berpikir jika suatu saat Sakha bertemu perempuan yang lebih segalanya darinya, bisa saja Sakha akan meninggalkannya.

Malam berlalu tanpa kepastian. Dua raga itu terpisah di ruang yang berbeda meski tautan hati masih ada. Hingga saat sahur pun keduanya masih menjaga jarak. Sakha berusaha mengajak Alea berbincang, berbasa-basi sekedar menanyakan menu yang Alea masak, tapi wanita itu menjawabnya dengan sangat dingin dan datar, bahkan enggan menatap sang suami.

Sungguh tak enak menjelang akhir Ramadhan harus bersitegang begini. Sakha tak ingin masalah ini berlarut-larut, tapi sepertinya Alea belum bisa ikhlas memaafkannya.

Waktu berlalu tanpa sesuatu yang berarti bagi Sakha. Ia mengerjakan aktivitas seperti biasanya, sahur dan sholat Subuh di Masjid. Sepulang dari Masjid, ia melihat Alea membereskan rumah, menyapu lantai dan membesihkan kaca lemari maupun jendela, sesuatu yang jarang ia lihat.

Keduanya masih saling diam, tak bertegur sapa. Sakha berusaha mendekat. Belum juga bicara, Alea langsung berlalu meninggalkannya. Laki-laki itu mengembuskan napas frustrasi. Entah bagaimana cara untuk meluluhkan hati Alea.

Ia kembali berjalan mendekat ke arah Alea yang tengah mengelap kaca lemari di dapur.

“Alea...”

Wanita itu tak merespons bahkan berpura-pura tak mendengar panggilan Sakha.

Dear, Pak Dosen 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang