21. Part 21

85.1K 5.5K 173
                                    

Waktu berjalan begitu cepat. Bumi masih berputar dan mentari terbit dari timur. Lebaran pertama untuk Alea dan Sakha begitu berkesan. Pertama kali mereka merayakan Idul Fitri sebagai suami istri.

Sejak kehadiran Lira menguji rumah tangga mereka dan menyulut kesalahpahaman antar mereka, hubungan keduanya semakin harmonis. Baik Sakha maupun Alea sama-sama belajar untuk lebih menghargai satu sama lain. Rasa cinta keduanya semakin kuat.

Sakha tak pernah lagi menanggapi chat dari mahasiswi atau rekan perempuan yang membahas hal tidak penting atau hal pribadi. Ia hanya menanggapi chat yang memang membahas urusan penting. Saking takutnya kehilangan Alea dan tak ingin ada lagi kesalahpahaman di antara mereka, Sakha selalu memberi tahu Alea isi chat dari rekan perempuan. Alea menghargai usaha Sakha. Ia bisa merasakan laki-laki itu begitu takut kehilangannya, kehilangan kepercayaan darinya.

Alea belajar untuk lebih memanage waktunya, membagi dengan adil antara pekerjaan dan perannya sebagai istri. Ia berusaha untuk selalu pulang lebih awal dan memasak menu makan malam untuk sang suami. Sekali waktu Alea dan Sakha menyempatkan diri untuk liburan berdua atau sekedar menginap di vila atau hotel di Baturaden, honeymoon untuk kesekian kali karena hingga detik ini belum ada tanda-tanda kehamilan pada Alea.

Malam ini Sakha pulang telat karena harus menghadiri seminar di universitas lain tapi masih dalam satu kota. Alea menyambut kepulangan Sakha dengan dress bermotif bunga dan aroma parfum vanila yang menguar. Menu makan malam tersaji di meja. Sakha sangat bersyukur semakin hari Alea semakin mengerti bagaimana menjalankan peran sebagai istri. Sakha juga berusaha untuk menjadi suami yang baik dan memahami istri. Ia tak segan membantu Alea mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan terkadang menyiapkan surprise kecil untuk Alea.

Keduanya belajar bahwa dalam pernikahan rasa saling menghargai dan memahami itu sangatlah penting. Dua pribadi tak akan pernah sama, yang ada hanyalah saling mencocokkan diri dan menjadikan perbedaan itu sebagai warna yang akan saling mengisi dan melengkapi.

Seusai Sakha mandi, keduanya menikmati makan malam bersama yang rasanya tak kalah romantis dari makan malam di luaran. Alea berusaha semaksimal yang ia bisa untuk menyajikan menu-menu favorit Sakha. Ia ingin membahagiakan Sakha bermula dari hal-hal sederhana yang bisa ia lakukan. Sakha akui, masakan Alea semakin bertambah enak dari waktu ke waktu.

Selesai makan malam keduanya berbincang di ruang tengah. Alea berbaring dan menyandarkan kepalanya di pangkuan Sakha, sementara jari-jari Sakha mengusap lembut rambut istrinya.

“Sayang...” ucap Alea lembut.

“Ya...”

“Tadi siang aku ketemu Adira, perutnya semakin besar. Rasanya pasti bahagia banget ya dikasih kesempatan untuk hamil. Aku kapan ya nyusul?”

Sakha terdiam sesaat. Jari-jarinya masih aktif mengusap helai demi helai rambut Alea yang beraroma mint.

“Sayang...” Alea bangun dari posisinya dan duduk di sebelah sang suami.

“Iya...”

“Kok kamu diam aja?” Alea mengerucutkan bibirnya.

Sakha tersenyum. Wajah Alea tampak begitu menggemaskan saat tengah merajuk manja.

Insya Allah, besok, lusa, atau nanti adalah giliranmu untuk hamil.” Sakha bicara begitu yakin.

“Aamiin. Orang-orang sudah mulai banyak yang nanya, udah isi belum? Kapan hamil? Kok belum isi juga?” Alea menghela napas kecewa.

Sakha tersenyum sekali lagi.

“Nggak usah dipikirin. Kalau ada yang nanya, kapan hamil? Jawab aja nanyanya sama Allah, jangan sama saya. Lha yang berhak untuk ngasih kehamilan itu Allah. Manusia cuma bisa usaha dan doa.”

Dear, Pak Dosen 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang