Happy reading...
Alea mengantar Zahra hingga ke depan pintu. Di genggaman perempuan berjilbab itu tergantung satu paper bag berisi gamis dan kerudung.
“Makasih ya, Zahra, atas kunjungannya.”
Zahra tersenyum. Ia melirik sejenak sosok pria yang ada di dalam butik dan tatapan laki-laki itu menyasar hingga ke arah dirinya dan Alea.
“Sama-sama Alea, kapan-kapan kita jalan bareng, ya. Kangen nonton film bareng sama kamu.” Zahra menggenggam kedua tangan Alea.
“Siap. Aku juga kangen jalan bareng kamu.”
“Ya, udah aku pamit dulu ya. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam.”
Alea masuk kembali ke dalam. Revan yang tengah melihat-lihat sepatu dan tas koleksi terbaru butik seketika menoleh Alea yang berjalan ke arahnya.
“Gimana? Kamu suka nggak model sepatu dan tasnya?” tanya Alea.
Revan mengangguk, “Suka banget. Ini modelnya anak muda banget, tapi juga ada sisi elegannya. Jadi meski dipakai oleh mamah muda atau ibu-ibu senior sekalipun, ini masih sangat pantas.”
Alea tersenyum sumringah, “Alhamdulillah kalau kamu cocok sama modelnya.”
“Oya, Lea...” Revan menimbang-nimbang sejenak. Apa tak apa jika menanyakan hal ini. Dia hanya penasaran dengan Zahra. Wajahnya bisa begitu mirip dengan mantan tunangannya.
“Iya, Revan, ada apa?” Alea memicingkan matanya.
“Ehm... Zahra itu memang asli Purwokerto?”
Alea bisa membaca ada rasa ingin tahu yang begitu besar di wajah Revan.
“Setahuku, Zahra dari kecil sudah di Purwokerto. Kalau lahirnya di Bandung. Ibunya kan asli Bandung. Ayahnya asli sini. Kenapa emangnya?”
Revan segera menggeleng.
“Nggak.. Cuma aku pernah mengenal seseorang yang wajahnya mirip banget sama Zahra.” Revan sedikit gelagapan.Alea manggut-manggut dan tersenyum.
“Ohh... Ehem kayaknya kamu penasaran.” Alea tersenyum meledek.
Wajah Revan sedikit memerah.
“Dia itu mirip banget sama mantan tunanganku, Lea. Aku nggak berani untuk mendekati perempuan dalam waktu dekat ini. Aku pernah gagal menikah. Aku juga pernah patah hati, jatuh cinta pada perempuan yang akhirnya memilih menikah dengan laki-laki lain.” Kata-kata itu meluncur tegas. Ungkapan perasaan dari bilik hatinya yang terdalam.
Alea membisu. Ia sangat mengerti bahwa penuturan Revan barusan ditujukan untuknya. Ia tak tahu harus berkata apa.
“Oya, aku mau lihat-lihat gamis dulu, ya.” Revan tersenyum tipis, lalu melangkah menuju deretan gamis.
Alea mengamati langkah Revan sekilas lalu memperhatikan salah seorang pengunjung yang tengah memilih-milih gamis.
“Rancangannya bagus, cantik, bahannya juga adem. Saya sudah tiga kali beli gamis di sini. Kalau boleh tahu owner-nya siapa, ya? Katanya dia yang merancang. Jadi penasaran.” Seorang ibu paruh baya bertanya pada salah satu karyawati.
“Iya ini gamis hasil rancangan owner butik ini. Owner-nya ada di sana.” Salah seorang karyawati menunjuk Alea.
Alea tersenyum dan mengangguk pada pelanggan tersebut. Sang pelanggan mendekat ke arah Alea dan menatapnya takjub.
“Ini owner dan desainernya? Masya Allah, cantik banget. Pantes aja baju rancangannya bagus-bagus. Yang merancang, cantik begini.” Ibu tersebut menatap Alea penuh kekaguman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Pak Dosen 2 (Completed)
RomanceRank #1-lifestory 29/05/2020 Rank #1-kehidupan 23/02/2020 Rank #2-lifestory 23/06/2019 Rank #2-kuliah 11/08/2019 Untuk lebih memahami cerita ini silakan membaca Dear Pak Dosen dan Adira terlebih dahulu. Sesekali Sakha melirik gadis yang dulu ia julu...