Part 1

7K 180 6
                                    

      Bruk!
      Seseorang menambrakku, aku dan dia terjatuh. Dengan segera ku berdiri.

      “Kamu tida apa-apa?” Tanyaku kepada perempuan berseragam SMA dengan jilbab putih yang dia kenakan.

      Kulihat dia mengusap siku tangannya, wajahnya masih bersembunyi di balik jilbab yang dia kenakan.

      “Kamu tidak apa-apa?” Tanyaku lagi.

      Dia mendongkak. Aku terpana melihat parasnya. Kulitnya putih bersih, bulu matanya lentik dan wajahnya teduh. Tunggu! Astagfirulloh, apa yang aku pikirkan? Sadar Azmi!

      “Maaf, saya jalan terburu-buru jadi tidak sengaja menabrak.” Ucapnya membuyarkan lamunanku.

      Aku terkesiap. Dia berdiri dan mengibas-ngibaskan rok nya yang kotor. Oh iya, kenapa anak SMA ada disini?

      “Lain kali hati-hati.” Ujarku.

      “Iya, sekali lagi maaf. Em, mau tanya ruangan dosen Hanif dimana ya?” Tanyanya polos.

      Aku mengeryit. Anak SMA mencari Pak Hanif? Apa memang pesonanya begitu kuat sampai anak SMA saja mendekatinya? Tidak ada yang menampik kalau Pak Hanif Ashabil, seorang dosen termuda di universitas ini merupakan laki-laki yang perfec. Semua kriteria laki-laki idaman ada pada dirinya, itu menurut Mahasiswi di sini. Entahlah aku tidak mau tahu, lagian itu bukan urusanku. Tanpa berpikir jauh, aku pun menunjukkan ruangan dosen yang mengajar mata kuliah statistika itu.

      “Kamu jalan saja lurus, nanti ada ruangan sebelah kiri tertulis nama dosen Hanif Ashabil.” Jelasku.

       Dia tersenyum. Ada yang berdetak lebih kencang di dalam sana. Kenapa denganku?

      “Terima kasih. Permisi.” Ujarnya berlalu.

      Aku hanya mengangguk. Sepertinya perasaanku tidak karuan. Apa karena penolakan yang ku dapat dari Arumi membuatku seperti ini?

      Oh ya, perkenalkan namaku Muhammad Azmi Haidar. Biasanya aku di panggil Azmi. Aku adalah Mahasiswa semester 6 jurusan Manajemen di Universitas ternama di kota ini. Ayahku seorang Guru SMA dan Ibuku punya usaha catering, katakan aku hidup berkecukupan. Bukan berarti kaya. Walau pun begitu, aku di didik untuk mandiri. Sejak duduk dibangku SMP aku terbiasa berniaga. Berjualan pulsa juga menjajakan camilan buatan ibu. Dan dari itulah sekarang aku punya sebuah usaha kios jual beli pulsa, memang tidak besar tapi untung dari kios itu cukup untuk makan sehari-hariku. Selain itu, aku punya kios Fotokopi di depan SMA tempat Ayahku mengajar. Kios Fotokopi itu bermodalkan dari uang Ayah. Awalnya aku menolak, tapi Ayah mengatakan itu bekal untukku. Karena 9 dari 10 pintu rejeki itu ada dari berniaga atau berdagang. Sistem yang aku terapkan adalah bagi hasil dengan Ayah, aku anggap ayah penanam modal di usaha fotokopi yang aku jalani. Sedangkan untuk kios jual beli pulsa, aku merekrut seorang karyawan. Dengan aktivitas di kampus yang cukup padat, kecil kemungkinanku untuk menjalankan usaha jual beli pulsa seorang diri.

      Keseharianku biasa saja, seperti Mahasiswa pada umumnya. Kuliah dan berjualan. Tidak ada yang spesial, hingga aku bertemu denganya. Cempaka Arumi, perempuan yang berhasil menggetarkan hatiku. Dia Mahasiswi semester 2, aku bertemu pertama kali saat dia masih menjadi Mahasiswi baru. Awalnya aku kira dia cuek. Tapi saat dia menjadi anggota Rohis muda, sipat aslinya terlihat. Ramah dan supel, itu yang aku nilai darinya. Untuk urusan roman picisan, sebut saja aku payah. Bukan tidak pernah jatuh cinta, kalau hanya sekedar cinta monyet anak remaja, aku pernah merasakannya. Tapi, cukup aku pendam tanpa berani untuk aku ungkapkan. Dan, baru kali ini aku merasa yakin dan mantap dengan perasaanku, hingga aku berani mengajukan diri untuk berta’aruf dengannya. Sudah cukup lama aku memperhatikan Arumi, dan aku mantap untuk menjadikannya istri.

Menikah Muda #Wattys2019 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang