FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. And please do not copy my story without my permission.
Backsound: Album Dua Lipa. Martin Garrix ft Dua Lipa - Scared to be Lonely. Selena Gomez - Fetish.
ANOTHER FOREWORD: Sebelum membaca Lucky Bastard, alangkah lebih baik baca Lucky Slut dulu ya. Biar lebih mengerti. Ehehehehe.
Just read and enjoy~
PROLOG
"Bolehkah aku menggendongnya?" Permintaan itu memang bukan permintaan terburuk di dunia ini, tetapi saat keluar dari mulut Bridget, yang tidak begitu berpengalaman dengan anak kecil atau bayi sebelumnya, mengejutkan siapa pun yang berada di ruangan itu. Bridget sepenuhnya menyadari kekurangannya dalam berinteraksi dengan anak-anak, tetapi melihat keponakan keduanya yang memiliki pipi seperti puding serta tubuh layaknya bantal empuk membuatnya tak bisa menahan diri untuk menggendongnya. Setidaknya sekali saja.
Keluarganya mematung di tempat dengan mulut terkatup, tak yakin harus bereaksi seperti apa pada Bridget, mengingat pengalaman wanita itu dengan anak perempuan Lady Brussel, meninggalkan kesan canggung antara keluarga Moore dan Brussel. Ya, Bridget hampir saja menjatuhkan Lady Scarlett—puteri Lady Brussel—yang baru saja berumur beberapa bulan dari gendongannya dan atas penyelamatan dari Lord Myhill saja puteri itu masih dalam keadaan sehat hingga sekarang. Sejak saat itu, Bridget tidak pernah mencoba menimang anak siapa pun sampai akhirnya Lady Moore melahirkan putra pertamanya dengan kakaknya, Lord Moore, sang pemilik tanah Cheshire.
Suara pertama keluar dari mulut Lady Moore yang memang sedang menggendong si kecil Lucas. Lengkungan senyum di wajahnya membuat wanita cantik itu tambah menawan. Bridget tidak pernah menyesal menerima Grisell menjadi isteri kakaknya, meski masa lalu wanita itu terbilang tidak mengesankan. Kecantikan dan kebaikannya memang benar di luar bayangan siapa pun. "Tentu saja, Bridget. Mengapa tidak kau datang kemari dan menggendong Luke?" Tanyanya dari kursi yang sandarannya cukup tinggi, hampir menenggelamkan wanita bertubuh kecil itu.
"Sungguh?" Tanya Bridget memastikan Lady Moore tidak akan menyesal atas persetujuannya. Dari sisi lain di ruang baca, Lord Moore berjalan menuju isterinya yang sudah duduk tegak, bersiap memberi Lucas pada adiknya.
"Bagaimana jika kau tetap duduk di sana dan aku akan membawa Lucas untukmu?" Tawar Lord Moore sebelum mengambil Lucas ke dalam gendongannya. Seumur hidup Bridget, ia tidak pernah melihat kakak laki-lakinya bersikap se-melindungi ini. Sejak kelahiran Lucas enam bulan lalu, Lord Moore selalu meminta para pelayan rumah untuk menjaga kebersihan kamar lord kecil itu. Ia rela melanggar peraturan—yang sama sekali bukan peraturan sebenarnya—tak tertulis hanya agar dapat melihat anaknya kapan pun dan dimana pun ia mau. Bagi seorang bangsawan, anak-anak tidak seharusnya berada di ruangan yang sama dengan orang dewasa. Dan Lord Moore sama sekali mengabaikan pemandangan bodoh itu meski banyak kenalannya yang tidak setuju dengan Lord Moore.
Tidak hanya itu saja. Perhatian Lord Moore terhadap isterinya, Grisell, justru semakin meningkat, mengingat bagaimana para bidan mau pun dokter menangani masa melahirkan selama 18 jam. Lagi-lagi, Lady Moore selalu mengejutkannya dengan apa pun yang wanita itu lakukan. Lady Moore tidak menginginkan pemberi asi lain sebagai sumber asi bagi puteranya. Ia bahkan memperlihatkan Lord Moore bagaimana putera mereka menempel di dadanya dan mengingatkan Lord Moore bahwa itu bukanlah pemandangan tabu baginya. Jadi, wajar saja jika Lord Moore memberi tawaran itu pada Bridget. Ia terlalu mencintai puteranya lebih dari apa pun di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Bastard
Historical Fiction[2nd series of The Lucky series] Lord Myhill berpikir, dunia akan lebih baik jika ia tidak meneruskan garis keturunannya. Maka dari itu, ia mempunyai prinsip untuk menikmati hidup selagi ia masih bisa. Namun tampaknya alam semesta tidak menyetujui n...