Chapter 20

476 53 8
                                    


It's been two years and now I'm here. I want to end this story so bad but I always procrastinate. I hope I can finish it this year. Wish me luck! 

Happy reading, my loves! This is a real short chapter, I hope you'll forgive me.


CHAPTER TWENTY

"Coventry? Aku selalu ingin ke sana, tapi Stroud selalu menahanku keluar dari sini," ucap Scarlett Ricci saat Bridget memberitahu bahwa ia berencana akan tinggal ke Coventry.

"Aku baru satu kali pergi ke Coventry saat aku masih kecil, tapi abangku selalu memastikan rumahku di sana selalu dirawat tiap tahunnya," celoteh Bridget tak seperti biasanya. Ia memerhatikan kartunya dan menyusunnya seperti yang telah dijelaskan oleh Mr. Anthony sebelumnya. Sayangnya, Mr. Anthony sudah pulang kira-kira setengah jam yang lalu, jadi pria itu tidak sempat menonton kemenangan Bridget sebelumnya.

"Kau yakin kau tidak ingin tinggal di tempat calon suamimu berkuasa?" John Adams ikut berdiskusi meski ia sudah kalah sedari tadi.

Sejak awal permainan, Mr. Hamond tidak sama sekali menganggu Bridget, tetapi sesekali ia akan menimbrung dalam diskusi dan menuai tatapan sinis dari wanita itu. Kadar alkohol dalam diri seseorang memang dapat mengubah karakter seseorang sepenuhnya seperti orang berbeda. Dan semalaman ini, Mr. Hamond tidak pernah melihat sisi Bridget yang begitu banyak bicara dan mengabaikan tata krama yang telah diajarkan oleh Miss Gillbride. Namun, pertanyaan yang diajukan John Adams membuat Mr. Hamond menoleh sedikit ke arah Bridget ingin tahu.

Wanita itu sudah duduk lebih tegak lagi. Pegangannya pada kartunya semakin mengerat saat memikirkan jawaban untuk pertanyaan tersebut. Ia tentu saja tidak ingin berada di satu tanah yang sama dengan wanita yang pernah mengambil hati Lord Myhill. Gambaran mereka berciuman malam itu masih terbayang di pikirannya dan ia tidak tahu apakah gambaran itu akan pernah hilang dari otaknya. Tapi ia yakin Coventry akan membuatnya begitu sibuk hingga ia tidak akan mengingat kejadian itu lagi. Gigitan dalam pipinya mengendor sebelum menjawab pertanyaan John Adams dengan singkat.

"Ya, aku sangat yakin," katanya tersenyum, membuat John Adams mengangkat kedua alisnya terangkat mengerut.

"Aku tak tahu soal itu. Setahuku Lord Myhill sangat senang tinggal di sini, ia sendiri yang mengatakannya padaku tempo hari," tukas Carlton Lewis yang lalu mengerucutkan bibirnya frustrasi karena kartu yang dipegangnya sungguh tak menguntungkan. Pakaian pria itu sudah tidak karuan lagi karena kekalahannya yang membuat hampir bangkrut malam ini, namun ia tetap bersikeras untuk terus bermain. Ia resah.

"Hentikan, Lewis. Lord Myhill bahkan tidak menyukaimu, ia tidak mungkin pernah berbicara padamu," tukas Scarlett Ricci dengan aksen asingnya yang kental. Wanita berambut merah itu beralih pada Bridget. "Jangan dengarkan kakek tua itu. Baiklah, aku menyerah," lanjutnya segera membuka kartunya. Mau tak mau, Carlton Lewis dan Bridget harus membuka kartunya juga.

Begitu Bridget memaparkan kartunya ke atas meja, Scarlett Ricci tersenyum miring.

"Keberuntungan pemula!" seru Carlton Lewis yangt Bridget menang untuk kesekian kalinya. Ia melempar kartunya ke atas meja dengan marah lalu beranjak dari kursinya, meninggalkan meja itu dalam keadaan mabuk yang benar-benar buruk. Scarlett Ricci hanya menggelengkan kepalanya saat melihat Carlton Lewis menabrak beberapa pelanggan lain hingga Wilmer segera turun tangan untuk membantu pria kusut itu. Ia berpaling pada Bridget yang wajahnya sudah memerah akibat banyaknya alkohol yang sudah ia tenggak.

"Kurasa sudah cukup," tukas Mr. Hamond saat Bridget hendak mengambil gelas yang masih berisi brandy. Mendengar larangan darinya, kedua alis Bridget bertaut tidak setuju. Baru saja ia ingin membuka mulutnya untuk memprotes, ia merasakan dorongan dari dalam dadanya, naik ke tenggorokannya lalu ia menutup mulutnya segera.

Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang