FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. And please do not copy my story without my permission.
Backsound: Album Taylor Swift - 1989. Album Bruno Mars - 24K Magic. Queen - Love of My Love. Taylor Swift ft. Brendon Urie - Me! John Mayer - New Light.
Just read and enjoy~
CHAPTER TWO
"Memalukan," desah Lord Moore pada dirinya sendiri saat ia tengah melepaskan cravat putih yang terikat di lehernya. Ia berpikir pertemuan antara Mr. Hamond dan Bridget akan membuahkan hasil. Adiknya memang tidak sepenuhnya menolak pendekatan yang akan dilakukan oleh Mr. Hamond, namun keengganan yang ditahan olehnya cukup nampak. Ia seharusnya membahas mengenai pertemuan itu dengan Bridget sebelum menyetujui permintaan Lady Bermouth untuk menjodohkan Mr. Hamond dengan adiknya. Pertemuan itu bahkan tidak membutuhkan waktu lebih dari setengah jam untuk diselesaikan karena Bridget segera meminta permisi untuk beristirahat, menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak tertarik pada Mr. Hamond. Ah, apa sebenarnya yang telah Lord Moore pikiran? Ia seharusnya tidak mengambil langkah sendiri.
"Hey," Suara lembut Grisell muncul dari belakang tubuhnya, memberi kejutan menyenangkan bagi Lord Moore. Istrinya mengambil cravat yang sudah dipegangnya itu ke atas meja terdekat kemudian perhatian wanita itu kembali padanya. Dengan kepala tertunduk, Lord Moore memerhatikan Grisell memainkan tali leher kemejanya. "Tidak perlu dipikirkan. Kurasa Bridget belum sepenuhnya siap. Kau tidak bisa memaksa kehendakmu pada siapapun, termasuk adikmu," bisik Grisell yang mengusap-usap kedua lengan berotot Lord Moore di balik kemeja putih berlengan panjang itu.
"Aku tahu," desah Lord Moore kembali. Ia mengangkat tangannya ke wajah lalu memijat ceruk kedua matanya dengan ibu jari dan telunjuk. "Bridget sudah menginjak umurnya yang 23 tahun. Mengapa ia menunda-nunda pernikahannya sendiri?" Lord Moore mengedip, memperlihatkan mata cokelatnya yang sarat akan kekhawatiran seorang kakak terhadap adiknya. Mungkin Lord Moore takut jika Bridget lebih memilih melajang seumur hidup karena adiknya yang satu itu, meski dikerumuni banyak pria, tidak sama sekali menunjukkan minat pada salah satu diantaranya. Ia mencari-cari jawaban di mata biru Grisell yang memperlihatkan rasa iba padanya dan berakhir mengagumi cantiknya kedua mata yang selalu tertuju padanya. Pupil hitam Grisell membesar, menyisakan iris biru gelap yang hampir tipis.
Dengan gerakan halus, Grisell melingkarkan tangannya di belakang tengkuk Lord Moore. "Kau terlalu memikirkannya, Justin. Percayalah, Bridget akan menikah di waktu dan dengan orang yang tepat. Tidak perlu buru-buru," gumam Grisell memberi senyum meyakinkan. "Lagipula, Mr. Hamond tidak akan cocok untuk Bridget. Pria itu pendiam, begitu juga dengan Bridget. Mereka akan menjadi pasangan yang buruk," lanjutnya memainkan rambut Justin.
"Mengapa kau bisa begitu yakin?" Tanya Lord Moore meraup pinggul Grisell dengan serakah, menarik tubuh wanita itu agar menempel dengannya. Istrinya tidak menjawab, tetapi melotot padanya karena tidak ingin dibantah sehingga suara tawa keluar dari Lord Moore. Grisell selalu menyukai tawa yang dikeluarkan Justin, baik itu tawa asli, sarkastik atau mengejek. Ia menyukai segalanya tentang Justin.
Wanita itu menjinjit, mencondongkan kepalanya pada Justin hingga bibir mereka bertemu hanya untuk dua detik. Grisell tahu bahwa hanya dengan ciuman kecil seperti ini dapat memancing Lord Moore untuk membawanya lebih daripada itu. Pria itu sudah tidak lagi terkejut akan ciuman-ciuman singkat itu. Terkadang, ia tidak percaya bahwa ia sudah menikah meski 2 tahun sudah terlewati tanpa terasa. Dan ia tidak hanya sekadar menikah dengan wanita biasa, ia menikah dengan Grisell, mantan seorang pelacur. Sebodoh apa Lord Moore hingga ingin merusak reputasinya dengan menikahi seseorang yang mempunyai latar belakang yang tidak begitu menyenangkan untuk dibahas?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Bastard
Narrativa Storica[2nd series of The Lucky series] Lord Myhill berpikir, dunia akan lebih baik jika ia tidak meneruskan garis keturunannya. Maka dari itu, ia mempunyai prinsip untuk menikmati hidup selagi ia masih bisa. Namun tampaknya alam semesta tidak menyetujui n...