Chapter 15

1.9K 226 10
                                    

FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. And please do not copy my story without my permission.

Backsound: Gracie Abrams - Mean It. Sasha Sloan - Dancing with Your Ghost. 88 Rising, Joji, Rich Brian & AUGUST 08 - Midsummer Madness.


CHAPTER FIFTEEN

            Membaca novel roman picisan tidak sama sekali membantu Bridget mengalihkan pikirannya dari Josephine. Terkadang ia iri pada Hope yang mudah sekali melupakan atau mengabaikan sesuatu. Ia membutuhkan kelebihan itu sekarang. Tidak seharusnya ia memikirkan masa lalu Lord Myhill yang tidak ada hubungannya dengan masa kini. Pria itu sudah membuat dirinya jelas bahwa Josephine hanyalah seorang teman dan tidak lebih.

            Ia menarik laci meja membacanya, tempat ia menaruh beberapa kertas berisi desain gaun pernikahannya. Jenis-jenis kain yang diberikan Lord Myhill dapat mewujudkan desain gaun pernikahannya menjadi nyata. Bibir bawahnya bersembunyi di balik gigi atasnya saat memikirkan dirinya akan mengatakan 'aku bersedia' untuk pria yang terpaksa menikahinya karena keadaan dan hanya tertarik padanya secara fisik—ia tahu itu dengan jelas.

            Otaknya kembali mengingatkan Bridget akan makan malam tadi. Saat ia pamit dari ruang makan, Lord Myhill mengejarnya dalam beberapa langkah sebelum Bridget mencapai tangga menuju lantai dua. "Bridget, tunggu,"

            "Maafkan aku, My Lord, mungkin aku akan memberikan kejutanmu besok. Tiba-tiba aku merasa tidak enak badan," ucap Bridget segera, ia bahkan tidak repot-repot berbalik menghadap Lord Myhill yang hanya berjarak dua langkah darinya.

            "Persetan dengan kejutan itu," umpat Lord Myhill terdengar sepenuhnya jengkel.

            Nada suara pria itu menyulut sesuatu dalam diri Bridget. Ia ingin berbalik dan meneriaki Lord Myhill betapa ia tidak menyukai fakta bahwa Lord Myhill masih mendatangi teman baiknya itu. Tetapi ia tidak punya alasan kuat mengapa ia harus bereaksi seperti mereka memiliki hubungan yang spesial. Jadi ia berdeham. "Aku akan menemuimu besok dan membahasnya. Kepalaku pening," tipunya segera menaiki tangga yang membawanya ke kamar.

            Untungnya, Lord Myhill mengabulkan permintaannya meski tak menyahut.

            Tidak, Bridget tidak segera tidur setelah Mary membantunya mengganti pakaian malamnya ke gaun tidur. Susu yang dibawa Mary belum sama sekali ia sentuh padahal ia sengaja meminta susu itu agar ia cepat terlelap. Entah mengapa minuman itu tampak memualkan.

            Sorot tatapan mata hijau gelap itu mencerminkan harapan saat sedang memerhatikan garis desain gaun terakhir. Potongan seperempat lengannya pasti akan menimbulkan kontroversi. Potongan bagian dadanya dan punggungnya dibuat bagaikan cadar yang menggantung pada dua bahu—seperti jubah sepinggang depan-belakang. Gaun utamanya dibuat pas dengan tubuh si pemakai dengan rok yang sedikit mengembang berhiasan pernak-pernik mengilap. Seperti inilah yang ia bayangkan saat seorang dewi Yunani mengenakan gaun. Ia juga ingin merasa seperti dewi di hari pernikahannya.

            Pernikahan yang tidak menjanjikan hal-hal yang Bridget harapkan selama ini. Ketika pria itu mengatakan bahwa hubungannya dengan Josephine bukanlah urusan Bridget, ia tahu dirinya bukanlah pengecualian. Pria itu masih membatasi dirinya dengan Bridget. Dan mereka akan menghabiskan waktu bersama seumur hidup. Apakah ini risiko menikahi seorang pemain wanita? Bridget tak yakin. Ia tahu Lord Myhill tidak se-brengsek itu.

Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang