Chapter 13

1.9K 228 22
                                    

FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. And please do not copy my story without my permission.

Backsound: Pink Sweat$ - Body Ain't Me. Carly Rae Jepsen ft Justin Bieber - Beautiful.

CHAPTER THIRTEEN

            Salju turun lebih cepat tahun itu, cukup menyibukkan para pelayan untuk menyingkirkan salju yang menumpuk di jalan setapak maupun tangga-tangga luar rumah yang turun satu hari satu malam. Meski awan-awan di langit berkumpulan begitu dekat, sinar matahari masih mampu menembusnya. Cuaca yang begitu disukai Bridget.

            Bibirnya terlipat ke dalam saat memerhatikan kakaknya dengan Grisell tengah berjalan menyusuri jalan setapak untuk keluar dari kawasan Moore House. Tangan Grisell menyelip masuk ke dalam siku kanan Justin sementara kepalanya bersandar di lengan suaminya. Tontonan ini terlalu vulgar bagi orang yang sinis, namun Bridget mendapatinya begitu... manis. Seperti itukah yang akan Bridget lakukan setelah ia menikah nanti? Bibir bawahnya sekarang sudah tersembunyi di balik giginya.

            Kurang lebih seminggu lagi Natal akan tiba. Sayangnya, ia tidak sama sekali mendapatkan pesan maupun tanda-tanda kedatangan dari Lord Myhill. Cukup aneh jika ia memikirkan kembali apa yang telah mereka lalui bersama. Semuanya terasa begitu lama sekaligus cepat.

            Beberapa bulan yang lalu, kedatangan Lord Myhill selalu berhasil membuatnya gugup sekaligus jengkel. Pria itu selalu mengganggunya! Tidak ada kesempatan yang ia lewatkan. Dadanya terasa seperti dipukul halus dari dalam tubuhnya tiap kali Lord Myhill melayangkan pandangannya pada Bridget. Oh demi Treasure! Dua mata biru tidak hanya indah untuk dipandang berjam-jam, namun tatapannya selalu menjanjikan sesuatu. Sesuatu yang sangat ingin Bridget dapatkan. Ah! Ada apa dengannya hari ini? Ia sudah mengingatkan dirinya tiap hari untuk membatasi pikirannya tentang Lord Myhill—itu sebabnya sudah banyak tumpukan desain pakaian di ruang menggambar.

            "Lady Bridget." Suara Cornelius menyentaknya. Bridget menoleh ke samping belakang untuk melihat kepala pelayannya yang sudah berdiri di sana. "Apakah saya boleh bertanya?"

            Sangat jarang dari Cornelius mengajukan diri untuk bertanya pada Bridget. Pria ini selalu berurusan dengan Lady Moore sekarang. Sedikit ragu untuk mengantisipasi pertanyaan yang akan dilontarkan Cornelius, Bridget tetap mempersilakannya. "Tentu saja,"

            "Apakah mungkin My Lady melihat kunci kamar saya? Mr. Phee dinyatakan tak bersalah oleh Lady Hope, jadi saya pikir, mungkin saja kunci itu terjatuh," ucap pria itu seakan-akan Mr. Phee adalah seorang manusia. Hal yang dikagumi Bridget adalah bagaimana pria itu tidak mendapati nasibnya yang begitu lucu. Satu-satunya masalah yang menghantui kehidupan Cornelius sejak keberadaan Mr. Phee di rumah ini adalah kunci kamarnya yang selalu hilang!

            "Maafkan aku, Cornelius, tapi aku tidak melihatnya sama sekali. Aku akan membantumu mencarinya kalau begitu,"

            "Oh, tidak perlu, My Lady. Ini adalah masalah saya," tolak pria itu dengan suara serak. Jelas-jelas di umurnya yang sudah hampir mencapai 50 tahun ini kesehatannya menurun apalagi di musim dingin seperti ini.

            "Mengapa tidak kau istirahat saja sekarang? Aku akan mencarinya dengan Mary. Kurasa kau butuh istirahat," ucap Bridget tulus. Di wajahnya tergambar seulas senyum lebar yang menular. Cornelius teringat akan mendiang Lady Moore—sebelum Grisell—yang memiliki aura yang sama seperti Bridget. Tawaran itu menggiurkan, namun begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum Natal tiba.

Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang