Chapter 4

2.7K 312 29
                                    

FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. And please do not copy my story without my permission. 

Genre: Historical Romance

Backsound: Zayn & Zhavia Ward - A Whole New World. Ed Sheeran and Justin Bieber - i don't care. BTS ft. Halsey - Boys with Luv. Bruno Mars - Too Good to Say Goodbye. Taylor Swift - Out of the Woods and I Know Places. Taylor Swift ft. Brendon Urie - Me!

Just read and enjoy~


CHAPTER FOUR

            "Ya Tuhan," Mary tidak berani bergerak begitu ia melihat Bridget tengah digendong Lord Myhill menuju ruang tamu yang kosong. Ia baru saja hendak menjemput majikannya bersama Herman, pengawal yang seharusnya menjaga kakak beradik itu selama berkuda. Ia tengah mencari Herman yang hilang entah kemana dan berakhir menemukan majikannya dalam keadaan tak sadarkan diri dalam gendongan Lord Myhill. Pria itu membawa Bridget masuk ke dalam ruang tamu tanpa mengatakan apapun, bahkan mungkin tidak menyadari keberadaan Mary sama sekali.

            Ia menempatkan Bridget ke atas sofa panjang yang empuk sebelum memutuskan untuk membuka lapisan paling luar pakaian wanita itu yang tampak menyesakkan. Untunglah selama perjalanan pulang, Bridget sempat sadarkan diri dengan menggumamkan beberapa kata yang tidak dimengerti Lord Myhill. Keringat dingin sudah membasahi wajah Bridget sehingga rambut pirangnya menempel di sekitar pipi serta leher jenjang wanita itu. Ia mengerang saat Lord Myhill menopang punggungnya dengan tangan sebelah kiri karena pria itu hendak melepaskan jaket hitam yang dikenakan Bridget.

            "Milord, apa ada yang kau butuhkan?" Suara Mary menuai anggukan cepat.

            "Sebuah selimut, air mineral dingin, kain bersih—yang banyak, salep serta brandy, tolong," ujar Lord Myhill kembali membaringkan Bridget ke atas sofa. Mary menuruti perintah Lord Myhill dengan segera keluar dari ruang tamu untuk mengambil semua yang dibutuhkan pria itu. Mata Lord Myhill memerhatikan banyaknya kancing atasan gaun yang dikenakan Bridget dan berpikir bahwa membukanya satu per satu akan membuang waktunya.

            Ia merogoh ke dalam sepatu bot yang ia pakai, berharap kali ini ia membawa pisau kecil yang sering ia sembunyikan di dalam sana. Sialnya, ia tidak merasakan keberadaan pisau tersebut sama sekali. Ia melirik Bridget, terjaga saat wanita itu kembali mengeluarkan erangan lain, kelihatan kesulitan bernafas. "Tolong aku, kumohon," bisik Bridget dengan tangan yang terjulur pada lengannya. Pria itu menelan ludah, memerhatikan pakaian Bridget memang kelihatan tak mengenakan.

            "Persetan," gumamnya menyingkirkan tangan wanita itu dengan lembut ke sisi tubuh wanita itu sendiri. Tangan besarnya memegang bagian atas pakaian Bridget lalu menarik nafas dalam-dalam lebih dulu. Wanita itu sayup-sayup membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah sosok Lord Myhill di atas tubuhnya tengah meraba-raba pakaiannya, lebih tepatnya di bagian dada. Ia tak bisa lagi bereaksi selain menggumam permintaan tolong yang tak bersuara. Menarik nafas terasa begitu sulit seolah-olah pernafasannya menolak udara masuk ke dalam tubuhnya hingga kepalanya terasa lebih pening lagi. Ia harus segera lepas dari korset yang ia kenakan. Terdengar suara robekan kain yang disusul dengan robekan lainnya hingga Bridget berhasil menarik udara lebih tenang dibanding sebelumnya.

            Setelan berkuda yang dirancang sedemikian rupa hancur sudah di tangan Lord Myhill. Mata pria itu menyusuri kulit perut Bridget yang seputih awan tanpa berani menyentuh kulit itu dengan tangannya sendiri. Buah dada Bridget segera ia tutup dengan jaket wanita itu agar jika tiba-tiba Bridget tersadar, ia tidak akan malu. Tidak ditemukan tanda-tanda luka di bagian atas tubuhnya namun ia melihat bekas luka lama yang melintang dari sisi perut sebelah kiri hingga ke belakang. Kedua alis gelapnya berkerut marah.

Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang