Chapter 18

3.2K 256 71
                                    

FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. And please do not copy my story without my permission.

Backsound: Album Harry Styles - Fine Line. Album Selena Gomez - Rare. Michaela Slinger - Flux.
iKon - Hug Me. 

Just read and enjoy~


CHAPTER EIGHTEEN

Ya Tuhan, batin Hope tak tahan mengerang. Dari balik tembok dekat anak tangga teratas, Hope memakukan kakinya di sana, tak berani mengambil langkah lebih untuk turun ke bawah. Pemandangan yang ia lihat dari atas sini hampir memberinya serangan jantung. Apapun alasan Josephine hingga ia berani memberi ciuman pada Lord Myhill tidak akan ia terima. Penampilan dan pembawaannya sepanjang makan malam tadi berhasil mengelabui Hope—dan ia tidak suka saat seseorang berpura-pura pada siapapun!

Wanita berumah tangga itu melingkarkan tangannya pada leher Lord Myhill dalam satu kedipan mata seolah-olah pelukan itu adalah yang terakhir untuknya. Mulut Hope tak bisa ditutup sama sekali sebelum detik berikutnya Lord Myhill menarik diri dan mendorong halus Josephine. Ia akhirnya bisa bernafas. Saat ini Hope hanya berharap Bridget tidak melihat kejadian ini dan mungkin Lord Myhill tidak perlu menyinggung masalah ini pada siapapun. Hope akan menganggap ini tidak pernah terjadi.

"Josephine!" hardik Lord Myhill marah sekaligus terkejut. Pria itu masih menahan kedua tangan Josephine dalam genggamannya, menahan agar Josephine tidak mendekatinya lebih dari itu. Kedua alisnya bertaut begitu curam. "Apa-apaan yang kau pikirkan? Kau wanita bersuami dan sudah mempunyai satu anak, demi Tuhan!"

"Itu—itu adalah ciuman terakhir dariku, George," gumamnya gemetar. "Aku—maafkan aku. Aku hanya berpikir bahwa kita tidak akan bertemu lagi sejak Mr. Anthony sangat tidak menyukaimu dan kau akan menikahi Lady Bridget. Dan ini adalah ciuman perpisahanku untukmu,"

Temannya sudah gila. Kata-kata yang keluar dari mulut Josephine tidak masuk akal sama sekali baginya. Ia tidak akan memberi ciuman atau hubungan intim terakhir pada Lady Alessandra jika mereka tidak bisa lagi berteman di masa depan. Mata Lord Myhill menyipit, berusaha mengolah ucapan Josephine, tetapi ia masih gagal untuk mengerti. "Apa?"

Reaksi George berbanding terbalik sama sekali dari apa yang Josephine harapkan. Ia mengira George akan membalas ciuman itu demi menghargai hubungan mereka di masa lalu, menyelesaikannya sekarang dan selamanya. Apakah ia benar-benar sudah tergantikan oleh Lady Bridget? Selama ini ia mengira dirinya akan selalu menjadi orang yang akan selalu dicari oleh George. Dan ia salah. Sosok yang selalu mengaguminya sudah tidak ada lagi dalam diri George dan ia merasa begitu kehilangan. Apakah selama ini ia selalu membohongi dirinya sendiri? Apakah sebenarnya ia mencintai George? Josephine terdiam. Kenyataan ini terlalu sulit untuk diterimanya.

"Jo? Apa kau baik-baik saja?" Lord Myhill menempatkan kedua tangan Josephine kembali pada kedua sisi badan wanita itu. Hanya setelah Lord Myhill bertanya, wanita itu kembali bernafas. Ia sedikit takut dengan tatapan Josephine padanya yang sepertinya baru saja menyadari sesuatu dan itu seperti mimpi buruk.

"Aku sebaiknya pulang," tukas wanita itu tiba-tiba lalu segera membuang muka dari Lord Myhill. "Terima kasih sudah menemukan sapu tanganku," lanjut Josephine.

"Jo." Lord Myhill tidak bisa membiarkan pertemuan mereka berakhir seperti ini. Mereka membutuhkan penyelesaian yang jelas. Wanita itu kembali menengadah dengan mata yang sudah berair. Demi nenek moyang Stroud. Sebelum mengutarakan isi hatinya, Lord Myhill menarik nafas dalam-dalam. "Aku mengharapkan hal-hal baik selalu terjadi padamu. Kau wanita baik, begitu juga Mr. Anthony—yah mungkin sedikit. Kalau begitu, selamat tinggal," ucap Lord Myhill tersenyum tipis lalu dengan canggungnya, ia memberi tepukan halus pada lengan Josephine.

Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang