DE VERGADERING

737 109 73
                                    

Sorot mega merah di ufuk barat semakin menggelap, burung-burung yang menghiasi langit sore telah kembali ke sangkar masing-masing, orang yang berlalu lalang menghentikan aktivitasnya yang padat dan bersiap-siap untuk pulang.

Felisya, biasa disapa Feli. Perempuan manis itu tengah duduk santai di tepi jendela kamarnya, Feli memasang earphone kemudian memutar beberapa lagu kesukaannya. Dari atas sini, Feli memerhatikan orang-orang yang akan kembali pulang ke rumah dan menutup hari yang melelahkan.

Tiba-tiba saja ada yang menarik paksa earphone-nya hingga terlepas.

"Mama!" serunya terkejut. "Mama bikin aku kaget tau! Kenapa Mama nggak ketuk pintunya dulu?" Alis Feli sedikit mengerut dan ia mengembungkan pipinya.

"Udah Mama ketuk, Sayang. Kamunya aja yang nggak denger," ucap Veni sambil meletakkan nampan berisi segelas susu dan kue cokelat buatannya di atas nakas. "Mama heran deh, sama kamu. Kenapa sih, kamu suka banget duduk di sini? Bahaya, Nak. Nanti kalau jatuh gimana? Kenapa kamu nggak ada takut-takutnya, hm?"

"Hehehe... Mama khawatir banget sih, Feli udah gede, Ma." Feli menerawang ke arah luar jendela. "Aku suka aja di sini. Rasanya menenangkan.... "

"Ya udah, terserah kamu aja. Tapi tetap hati-hati, ya. Jangan kebanyakan bengong! Kamu sekarang mandi, Mama mau pergi ke mini market dulu, jajan di kulkas udah mau habis," terang sang mama.

Feli hanya mengangguk dan mengulas senyum tulus sebagai balasan, Feli memerhatikan langkah sang mama hingga bayangannya menghilang di balik pintu.

"Pfft, buahahaha!"

Suara gelak tawa terdengar menggelegar di penjuru ruang kamar.

"Bener kan, apa kata gue? Pasti dimarahin lagi!" Seruan tiba-tiba dari sosok makhluk tampan yang bertengger manis di atas lemarinya, ternyata dari tadi mereka ada yang perhatikan. "Gue udah ingetin, tapi masih aja keras kepala," lanjutnya.

Dinko, makhluk astral tampan yang selalu mengganggu Feli.

Ralat.

Menjaga Feli lebih tepatnya.

Dinko turun dari lemari, kemudian berbaring di atas tempat tidur Feli dengan santai lalu menutup matanya rapat.

Feli menatap Dinko malas. "Bisa nggak sih, lo nggak muncul sehari aja? Nggak bosen apa, tiap hari gangguin gue mulu?" omel Feli.

"Yah, sayangnya nggak bisa," ucap Dinko singkat sambil tersenyum lebar dengan mata yang masih tertutup. Dan hal itu malah semakin membuat Feli jengkel sendiri.

"Ck, gue mau mandi!" seru Feli kesal.

Dinko membuka mata perlahan lalu menatap Feli. "Ya, terus? Lo ngasi kode biar dimandiin?" jawab Dinko santai.

"Setan gila! Gue mau lo keluar dari kamar gue, bego!" balas Feli semakin jengkel.

"Kalau mau mandi ya mandi aja. Ngapain suruh gue keluar? Gue ngantuk," ucap Dinko sambil menutup matanya kembali.

"Argh! Kenapa sih, gue harus ketemu setan kayak lo?" geram Feli sembari melangkahkan kakinya menjauh meninggalkan Dinko yang berbaring di ranjangnya. Feli menarik handuknya yang tergantung di belakang pintu kamar dengan kasar.

"Yang kayak gimana? Pangeran jin yang tampan abis, maksud lo?" tanya Dinko percaya diri lalu terkekeh geli. Makhluk itu menggeleng pelan melihat sikap Feli yang tidak pernah berubah sejak awal mereka bertemu. Cepat marah.

Feli pura-pura tidak mendengar ucapan Dinko, ia meninggalkannya begitu saja.

Feli selesai mandi 20 menit kemudian. Feli pikir Dinko akan pergi karena dimarahi seperti itu tadi, ternyata tidak. Dia melihat Dinko yang terlelap di tempat tidurnya.

Feli melangkahkan kakinya ke meja rias, ia mengambil hair dryer kemudian mulai mengeringkan rambutnya. Feli berdiri di dekat jendela dan kembali memerhatikan jalan raya.

Feli merasa ada yang menepuk halus kepalanya, Feli mendongak dan mendapati Dinko di belakangnya tersenyum manis.

"Gue pergi dulu, ya. Ada yang harus gue urus, nanti gue balik lagi," jelas Dinko.

Feli hanya diam lalu kembali meluruskan pandangannya ke luar jendela.

Dinko memanggil lagi sebelum keluar. "Feli?"

Feli pun menoleh. "Apa lagi, sih?"

Dinko mengeluarkan smirk jahilnya lalu berkata, "By the way, body lo boleh juga kalau lagi mandi."

Sedetik kemudian Dinko sudah menembus pintu kamar Feli.

Feli mencerna kalimat itu beberapa saat sebelum berseru, "DASAR SETAN GILA! AWAS YA SAMPAI LO BALIK LAGI, GUE KASIH MENYAN BARU TAU RASA LO! DINKO JOROK, DINKO KURANG AJAR, GILAAA!"

Tiba-tiba saja, pintu itu terbuka dan mamanya berdiri di sana dengan raut wajah panik dan kaget.

"Astaga, Nak! Kamu bicara sama siapa? Siapa yang gila?" tanyanya kian panik.

Pandangannya meneliti setiap sudut kamar Feli, memastikan bahwa tidak ada orang lain yang menyusup.

Kemudian Veni mengingat sesuatu, lalu ia menatap Feli dengan wajah jengah. "Jangan bilang, kamu bertengkar lagi sama Dinko?"

Straight.

Feli hanya diam dan menunduk, ia tersenyum kikuk menatap kedua kakinya yang menggosok lantai pelan, ia merasa malu sendiri karena teriak-teriak tidak jelas dan ketahuan oleh mamanya.

Veni hanya menggeleng pelan, lalu berbalik pergi meninggalkan Feli yang masih menunduk.

Veni tahu betul bahwa Felisya termasuk anak indigo, Veni juga tahu kalau putrinya memiliki sahabat dari dunia lain. Feli sering menceritakan Dinko, bagaimana wujud dan perlakuan makhluk itu, bahkan kedudukan Dinko sebagai anak raja dari bangsa jin. Awalnya, Veni hanya mengira bahwa putrinya ini hanya memiliki imajinasi yang terlampau tinggi hingga dia bisa mengarang cerita seperti itu. Tapi seiring berjalannya waktu, Veni berpikir, tidak mungkin anak normal dari usia empat tahun sudah bisa bercerita tentang dunia gaib dan isinya sedetail itu.

Feli saat masih kecil juga bercerita bahwa di rumah mereka sekarang ini, mereka tidak tinggal berdua.

Sejujurnya, dulu Veni khawatir dengan potensi yang dimiliki Feli.
Tapi sekarang, setelah Feli berusia 17 tahun, Veni sudah terbiasa dengan sikap Feli yang sekilas terlihat aneh jika dilihat dari pandangan manusia normal.

Veni juga berusaha mendengarkan setiap cerita Feli tentang dunia gaib, karena Veni mengerti satu hal; tidak semua teman Feli bisa menerima Feli apa adanya. Bagaimana kalau Feli tidak punya teman berbagi? Bagaimana jika tak ada yang mau mendengar cerita Feli yang dianggap tabu oleh kebanyakan orang?

Karena itulah Veni membuka diri sebagai teman berbagi Feli, meski terkadang dia sedikit takut dengan hal-hal yang berbau gaib.

***

Love, Lf🌸

DE WRAAK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang