MISVERSTAND

111 15 0
                                    

Arga tengah berbaring santai menonton tv di rumah Andra setelah sholat zuhur. Lelaki dengan rambut sedikit ikal itu lebih memilih diam sebentar lagi di rumah sahabatnya karena di rumahnya juga sedang tidak ada orang. Mama papanya sedang di luar kota karena tuntutan pekerjaan. Daripada ia kesepian, ia lebih memilih menginap dan bermain di rumah Andra.

Andra duduk di tepi meja yang menghadap tv, dengan Arga yang berbaring di atas sofa di belakangnya. Di depan mereka, terdapat beberapa cemilan ringan sebagai teman menonton.

Saat mereka sedang memerhatikan televisi yang beberapa meter di depannya, Arga seketika teringat kejadian waktu Feli pingsan tanpa sebab, ia masih bingung karena gadis itu tidak sadarkan diri selama tiga hari, namun tak dinyatakan koma bahkan menderita penyakit apa pun. Meski Feli sudah menjelaskan sewaktu ia bangun hari itu, namun tetap saja tidak bisa ia pikirkan dengan logikanya. Bagaimana bisa roh keluar-masuk sesukanya?

"Ndra," panggil Arga yang menatap kepala bagian belakang lelaki berambut pirang itu.

"Hm," jawab Andra namun masih tetap menatap layar.

"Yang waktu Feli pingsan tiga hari itu, gimana sih? Nggak paham-paham deh, gue," ujarnya.

Andra menengok ke kanan untuk menatap wajah lelaki yang sedang rebahan di belakangnya. "Emang kenapa nanyain itu?"

"Nggak pa-pa. Cuma otak gue belum bisa nerima aja alasannya begitu," jawab Arga.

Andra mengalihkan muka ke depan lalu mengambil salah satu snack yang ada di atas meja. Sembari membukanya, ia berkata, "Gini deh, gue tanya sama lo. Lo percaya dunia gaib nggak? Lo percaya kalau ada makhluk hidup yang berbeda dimensi dengan kita, tapi bisa hidup beriringan?"

Tak ada jawaban beberapa detik. Sampai akhirnya Arga menjawab, "Percaya. Terus kenapa?" tanyanya balik.

"Feli itu punya indera ke enam. Temannya nggak cuma dari dunia kita, tapi dari dimensi lain juga dia ada kenalan. Intinya kemaren itu, kalau ibarat kata, dia di 'ajak main' ke rumah temennya ini."

Arga diam menyimak.

Andra pun melanjutkan, "Dulu pas masih kecil, dia sering cerita kalau kita berdua main, temannya dari dimensi lain itu ikut bergabung. Dia sering cerita ke gue kalau ada kenalan baru, ada kejadian janggal, dan lain-lain. Tapi, semakin dewasa, dia udah jarang cerita ke gue. Gue nggak tau dia cerita ke siapa sekarang, atau mungkin dia nggak cerita apa-apa lagi sama siapa pun."

Arga menyela, "Kenapa nggak cerita ke elo lagi?"

"Gue yang larang sih, dulu. Waktu SMP," ujar Andra kemudian memasukkan cemilan ke mulutnya.

Arga mengernyitkan alis. "Kenapa lo larang?"

"Takut," jawab Andra singkat.

Arga baru saja hendak tertawa, tapi dia urung karena merasa tidak enak.

"Lo nggak mikirin kalau seandainya dia nggak punya teman berbagi selain lo?" tanya Arga lagi.

Andra menelan makanan ringannya. "Ya, gimana? Gue nya takut, masa harus gue paksain buat denger? Gue rasa kenyamanan gue lebih penting dari kenyamanan orang lain."

Tidak ada yang salah, sih. Bukannya Andra tidak mau menjadi teman yang baik dan berguna, hanya saja, apa ia harus menekan rasa ketidak-nyamanannya saat harus mendengar cerita mistis yang jelas-jelas Andra musuhi dari seseorang yang memiliki six sense?

DE WRAAK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang