Felisya mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha untuk menyadarkan dirinya bahwa apa yang ia lihat saat ini bukanlah ilusi atau pun mimpi. Dia hanya sedang berada di dunia gaib, bukan dunia mimpi.
Manik mata tegas sekaligus menenangkan itu masih menatapnya lekat dengan senyum simpul yang entah apa artinya. Feli dan Radit masih bergeming dengan jarak beberapa meter sebagai pemisah.
Dinko melipat tangan di dadanya—di samping Feli—sembari menatap mereka berdua bergantian dengan malas karena kesunyian yang ada. Jengah, akhirnya pangeran itu membuka suara, "Liat-liatan aja terus sampe bulu mata kalian rontok."
Radit mengalihkan atensi ke arah Dinko, kemudian menggaruk tengkuknya dengan senyum kikuk. Sedangkan Feli seperti tak terusik sama sekali dengan komentar Dinko, ia masih menatap Radit dengan tatapan heran dan kaget.
Dinko mendengus kemudian menoyor kepala gadis itu hanya dengan jari telunjuk sambil berkata, "Biasa aja liatinnya! Kayak nggak pernah liat orang ganteng."
Feli mendelik dan spontan tangannya menjambak rambut Dinko di bagian samping lumayan keras, namun segera ia lepas karena pangeran jin itu menjauhkan tangannya dari sana. Sang pangeran histeris sendiri karena menyadari mahkotanya yang hampir jatuh. "Nggak usah banyak omong! Nggak ngerti suasana banget jadi setan!" ketus Feli menghadap muka masam di sebelahnya.
"Dasar cewek! Bisanya jambak-jambakan doang," ejek Dinko sambil mengusap-usap rambutnya yang dijambak tadi.
"Mau lagi?" ketus Feli yang dibalas gelengan cepat dari Dinko.
"Ehm!" Deheman Radit sukses mengembalikan atensi Felisya dan Dinko, mereka menoleh secara bersamaan dan seketika tersadar bahwa masih ada orang lain di sana.
Feli mengutarakan kebingungannya dengan bertanya langsung tanpa basa-basi. "Kenapa lo bisa ada di sini?" tanyanya pada lelaki bermata cokelat gelap jauh di depannya, dengan diselingi sedikit rasa gugup yang menyelinap di hati kecilnya.
Radit mengulum senyum lalu mendekat ke arah di mana Feli dan Dinko berdiri. Ia menghentikan langkahnya beberapa meter di depan Feli, hanya memberikan sedikit jarak. Lelaki jangkung itu menatap wajah Feli yang sedikit menegang. "Karena gue emang seharusnya di sini," jawabnya tenang.
Kernyitan samar terbit di antara kedua alis Felisya, menandakan bahwa ia masih belum mengerti.
Dinko pun menambahkan, "Dia termasuk Toranus Argano."
Kekagetan Feli tercetak jelas, dapat diketahui dari mulutnya yang terbuka lebar dengan mata membulat sempurna—kaget—karena mendengar pernyataan Dinko barusan. Berlebihan memang, tapi begitulah Felisya Samantha.
Ya. Raditya Allred Adipama. Lelaki yang berhasil membuatnya bisa merasakan cinta di SMA, yang mampu membuatnya bahagia tidak karuan, yang berhasil membuatnya jatuh dan cinta tanpa rencana, berasal dari dunia yang berbeda dengan dunianya. Dia satu dunia dengan Dinko, dunia gaib. Dunia yang tengah Felisya kunjungi saat ini.
Dinko mengangkat dagu Feli perlahan agar mulut gadis itu tertutup. Gadis dengan rambut sepinggang itu kini terlihat seperti manusia yang lebih rendah dari makna bodoh—dihadapan lelaki yang ia sukai.
Mengerjap karena berhasil memikirkan kemungkinan konyol, Feli pun tiba-tiba terbahak dan menepuk pundak Dinko beberapa kali dengan cukup keras. "HAHAHA! Lawakan lo bisa banget! Hahaha...."
Dinko mengernyitkan alisnya sembari mencoba menghentikan pukulan gadis itu. "Heh! Siapa yang ngelawak? Gue serius," ujar Dinko mencoba meyakinkan.
Feli kembali membatu dengan ekspresi datar, tak berkedip menghadap Radit. Mendapat perhatian penuh dari gadis itu, Radit pun mengangguk membenarkan apa yang Dinko jelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DE WRAAK [END]
Mystery / ThrillerFelisya Samantha, biasa dipanggil Feli. Perempuan ini memiliki Six Sense atau indra keenam. Sejak dia kecil, dia sudah bisa melihat dan merasakan kehadiran makhluk dari dunia lain yang tidak bisa dideteksi oleh manusia pada umumnya. Dia memiliki leb...