"Selamat pagi, Peli!" teriak bocah laki-laki itu. Dia berdiri di samping tempat tidur Feli sambil memegang mobil-mobilan kecil, mainan barunya."Hm ...." Feli menggeliat kecil, kemudian menyadari siapa yang menyapanya barusan. "Bocis? Tumben kamu yang bangunin, biasanya 'kan si Kampret."
"Pangelan Dinko minta Bocis bangunin Peli. Pangelan lagi ada ulusan," ucapnya cedal.
"Lagi?" tanya Feli, yang sebenarnya tak memerlukan jawaban.
Ia menghembuskan nafas berat. Menatap sejenak mobil-mobilan yang dipegang Bocis.Perasaan gue pernah liat mainan itu, pikir Feli. Ah, mungkin emang pernah, Bocis kan sering bawa mainan baru.
"Padahal gue mau cerita tentang mimpi gue," gumam Feli.
"Celita ama Bocis aja cini. Bocis dengelin kok," Bocis nyengir lebar.
Feli hanya tersenyum kecil pada Bocis, kemudian menggeleng pelan. Raut wajah Bocis berubah murung, menatap Feli dengan tatapan sendu.
"Feli tau Bocis pasti dengerin, tapi Bocis masih kecil. Nanti Bocis nggak paham," Feli mencoba memberi Bocis pengertian. "Feli mandi dulu, ya. Nanti pulang sekolah kita main lagi, oke?"
Bocis tersenyum lebar dan mengangguk antusias.
Dasar anak-anak, batin Feli.
Feli pun beranjak dari tempat tidurnya, membuka gorden lalu menuju kamar mandi.
30 menit kemudian..
Dia berdiri di depan cermin besar dengan sisir merah muda di tangan sebelah kanan. Alisnya hampir menyatu, Feli menatap hampa bayangannya di cermin, entah apa yang sedang ia fikirkan.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 6.45, dia harus segera berangkat jika tidak ingin berurusan dengan guru BK.
Feli keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga dan mendapati Mamanya yang sedang duduk santai dengan majalah di tangannya dan secangkir kopi hangat di atas meja yang masih mengeluarkan uap.
"Ma, Andra kok belum jemput, ya?" tanya Feli sambil meraih tangan sang mama kemudian menciumnya.
"Astaga! Mama lupa kasih tau kamu, kata Tante Lesta, Andra demam dari semalam," terang mamanya.
"Yah, tuh anak kenapa lagi, sih?" gerutu Feli. "Ya udah deh. Feli ke rumah Andra bentar ya, Ma."
Mamanya tersenyum dan mengangguk.
"Assalamu'alaikum," salam Feli.
Mamanya pun menjawab, "Wa'alaikumussalam, Nak."
Feli melangkah menjauh meninggalkan halaman rumahnya. Dia jalan kaki menuju rumah Andra karena rumah mereka memang dekat, rumahnya dan rumah Andra hanya terpisah dua rumah tetangga sebagai penengah.
Sesampainya di depan rumah Andra, Feli melihat Tante Lesta-mamanya Andra. Perempuan cantik nan anggun itu sedang menyirami bunga di taman mini halaman rumah.
"Pagi, Tante," sapa Feli.
Lesta memutar badan saat Feli menyapanya. Ia tersenyum sumringah menyambut Feli. "Eh, Feli. Pagi juga, ada apa, Nak?"
"Mama bilang Andra demam dari semalam. Boleh Feli masuk sebentar nggak, Tan?" tanya Feli to the point.
"Oh, iya. Dia emang lagi down, Fel. Makanya Tante suruh dia istirahat dulu." Ia kembali menyirami bunga-bunganya. "Kamu masuk aja, Fel. Dia udah bangun kok."
Feli tersenyum sopan. "Makasih, Tante."
Feli memasuki rumah Andra, kemudian melihat pintu kamar Andra terbuka.
Feli masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia mendapati Andra yang sedang terbaring di bawah selimut dan membelakanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DE WRAAK [END]
Mystery / ThrillerFelisya Samantha, biasa dipanggil Feli. Perempuan ini memiliki Six Sense atau indra keenam. Sejak dia kecil, dia sudah bisa melihat dan merasakan kehadiran makhluk dari dunia lain yang tidak bisa dideteksi oleh manusia pada umumnya. Dia memiliki leb...