Chapter 21

985 116 20
                                    

NORMAL POV

Masih pagi Arthit sudah membuat Prem pusing  dengan tingkah kekanakan dan jawabannya yang tidak masuk akal karena itu Prem memilih meninggalkan ruang kuliahnya sejenak. Apalagi rasa lapar yang sejak tadi pagi ditahannya.

" Sial " umpat Prem sambil berjalan ke arah kantin.

Tadi pagi setelah Prem yang sengaja mendengarkan apa yang dibicarakan Kongpop dan Wad, niatnya ingin langsung menemui maba itu namun diurungkan karena Knott tiba tiba menghubunginya jika mereka ada tugas kuliah yang harus segera diselesaikan. Akhirnya Prem melupakan sarapan paginya.

Untung hari masih pagi dan suasana kantin tidak ramai jadi tak perlu antri dan berebut meja.

" Bi, pesan seperti biasa " ucap Prem pada Bibi penjual makanan dan membayarnya langsung.

Prem duduk di meja yang biasa kelimanya berkumpul, kedua tangannya aktif mencari informasi tentang Kongpop dan keluarga Suthiluck di aplikasi pencarian. Tak ada yang menarik hanya beberapa foto, karir dan berita tentang tuan Suthiluck yang memiliki istri cantik, dua anak putri yang sudah menikah dan dikaruniai anak tapi foto dan berita tentang putranya tidak ditampilkan.

" Aneh " gumam Prem.

Tidak mungkin dirahasiakan jika tidak terjadi sesuatu, itulah yang dipikirkan Prem.

Merasa sia sia, Prem pun menutup aplikasi pencarian dan menikmati sarapannya yang tertunda. Yang Prem ketahui sekarang keluarga Suthiluck itu sangat tertutup dengan media.

Prem yang tengah menikmati sarapannya harus terusik dengan dering ponsel miliknya, tertera nama Knott dilayarnya. Prem mengabaikan panggilan itu. Untuk hari ini Prem ingin bolos kuliah.

Namun tak jauh dari tempatnya segerombolan senior tingkat dua asik bergosip tentang dosen baru yang akan mengajar di fakultas mereka.

" Aku dengar ada dosen baru bahasa inggris yang menggantikan Ms. Priya "

" Tadi aku sempat lihat wajahnya tampan juga "

" Aduh gantengan siapa dia atau Kongpop nih hahaha " 

" Kalau aku sih masih gantengan Kongpop tapi sayang sudah tunangan dengan P' Fon senior fakultas kedokteran "

Prem hanya mendengarkan sambil bergumam disela makannya. Namum sebuah nama terlintas saat salah satu senior tingkat dua menyebut nama Fon. Prem teringat dan buru buru menghubungi Fon tapi satupun panggilannya tidak diangkat.

" Kemana sih Fon jam segini ? " dumel Prem karena Fon susah sekali dihubungi.

" Permisi, aku boleh duduk di sini " sapa sebuah suara asing menurut Prem.

Prem melihat sekitarnya dan masih ada meja yang kosong. Prem pun kesal.

" Tapi meja lain masih ada yang kosong " ujar Prem datar.

Namun sosok itu bukannya pergi tapi mendudukkan dirinya di depan Prem dan mulai makan dengan tenang. Prem ingin sekali mengusir orang asing yang ada di depannya tapi dering ponsel miliknya menghentikannya.

FON

Prem langsung mengangkat panggilan Fon.

" Halo " sapa Prem.

" Kita bisa ketemuan sekarang ? " Prem berharap Fon menyanggupinya.

Prem langsung beranjak dari bangkunya menuju tempat yang di tuju oleh Fon. Orang asing yang dihadapan Prem hanya menatapnya sekilas lalu melanjutkan makannya lagi.

Prem dan Fon masih terlibat percakapan seru melalui ponsel. Prem yang tengah berlari tak menyadari jika ada dua maba yang berjalan dari arah berlawanan.

My Sunshine, ArthitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang