CHAPTER 12

2K 208 13
                                    

NORMAL POV

Kongpop memandang lesu kamar Arthit dari balkon kamarnya. Hari ini dan seterusnya mungkin Kongpop kehilangan mataharinya, kesempatan untuk melihat pujaan hatinya semakin kecil.

Terkadang dia ingin merutuki sifat sok pahlawan walau dia tidak pernah berpikir ingin menjadi pahlawan ataupun disanjung sanjung.

Kongpop berpikir walau tak bisa melihatmu lagi tapi dia berharap sang mataharinya merasakan perhatian kecil yang diberikannya tanpa harus tahu siapa dia, biarlah dia menjadi pengagum rahasianya saja.

Tak ingin membuang waktu Kongpop berlari menuju kedai makan yang selalu dikunjunginya tiap pagi dan memesan pesanan yang sama untuk Arthit.

KONGPOP POV

Seperti biasa aku meletakkan bungkusan yang aku beli ini di depan pintu kamar P'Arthit. Tak lupa aku menuliskan memo untuknya :

jangan lupa tersenyum matahariku 😍😘(Love KP)

" Aku mencintaimu Phi " kataku pelan sambil menyentuh pintu kamar P'Arthit, seolah P'Arthit bisa mendengar perkataanku.

Aku melangkah dengan perasaan berat menuju kampus. Hari ini ada kuliah pagi dan aku sangat malas mengikuti kuliah tapi hidupku takkan tenang sehari saja karena teman temanku pasti tidak akan pernah berhenti menghubungiku. Terkadang kekhawatiran mereka terlalu berlebihan.
.
.
.

Apa mataku tak salah lihat ? saat aku membuka loker, sebuah tag nama tertulis namaku terselip diantara buku bukuku. Aku diam sesaat, tidak mungkin May mengembalikannya padaku, tag nama ini masih baru. Siapa yang meletakkannya didalam ? P' Arthit ? hanya nama itu yang terbesit di otakku. Bolehkah aku berharap? Aku pun tersenyum dengan pikiranku ini. Akhirnya aku bisa melihat matahariku lagi.

ARTHIT POV

Hari ini aku bangun lebih awal, tidak biasanya sih hanya aku ingin melihat reaksi Kongpop saat melihat tag namanya ada di dalam loker. Memikirkan senyuman dia, aku sudah salah tingkah. Ck, aku seperti perempuan yang diam diam sedang jatuh cinta dengan pangeran kampus. Aghhh, pikiran bodoh macam apa ini ?! menyebalkan !! sambil memukul pelan kepalaku karena frustasi.

Saat aku membuka pintu kamarku, sebuah bungkusan yang sama terletak di depan pintu. Dia mengirimkanku lagi bungkusan yang sama seperti kemaren dan sebuah memo kecil berwarna merah jambu yang membuatku tidak berhenti untuk tersenyum. Orang yang menarik pikirku. Aku menoleh kekanan dan kekiri mencari keberadaannya tapi lorong dorm masih sepi. Siapa pun kau terima kasih.

Senyumanku tidak pernah luntur sampai aku tiba di kampus. Apalagi saat ini dihadapanku Kongpop sedang memegang tag namanya dengan senyuman yang membuatku ikut tersenyum juga. Kongpop tidak melihatku yang terus mengamati gerak geriknya dari balik ruang lokernya hingga dia meninggalkan tempat itu.

Hari ini kebahagiaanku berlipat ganda tanpa terasa aku sudah berada didalam kelas yang disambut dengan tatapan nakal keempat sahabatku ini. Dasar gila.

" Oho, Arthit mendapat parcel lagi " goda sahabatku yang paling berisik Bright.

" Ciye ciye, yang dapat parcel dari penggemar rahasia " giliran Knott yang menggodaku.

" 'Jangan lupa tersenyum matahariku' oho co cweet cuit cuit " diam diam Prem mengambil memo kecil itu dari tanganku dan membacanya lantang. Tentu saja dia tidak akan lupa menggodaku.

" Diamlah " kataku kesal tapi tak bisa menyembunyikan senyuman di wajahku ini. Aku yakin kedua pipiku sudah memerah seperti tomat.

" Kemana Arthit kami yang jutek ? " Bright bertingkah sok dramatis sambil mengguncang bahuku. Kepalaku jadi pusing karena ulahnya.

My Sunshine, ArthitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang