ARTHIT POV
Seusai penyambutan maba tadi, aku mengajak keempat sahabatku bersantai di taman kampus. Sejak tiba di kampus aku mencari sosok anak laki-laki yang pernah aku temui waktu awal interview 2 minggu lalu, mataku mengawasi semua calon maba, siapa tahu dia ada di sana tapi aku tak menemukannya.
Apa dia tidak lulus atau sama sekali tidak jadi interview. Hhhh, ada rasa kecewa jika itu benar, padahal aku ingin bertemu dengannya lagi.
Moodku semakin buruk setelah acara penyambutan maba, bagaimana nantinya saat kegiatan sotus berlangsung, semua karena si 0062, Kongpop itu. Sepertinya dia itu suka jadi sok pahlawan mau cari perhatian semua orang.
Aku harus mengatur emosiku bila berhadapan dengannya nanti. Aaghhh, aku benar-benar kesal melihat wajahnya yang berani menentangku tadi karena geram mengingat kejadian tadi tanpa sadar aku mengacak rambutku.
" P'Arthit ... Phi ... "
"Arthit...arthit...arthit...ARTHIT !!!!.." lamunanku tersadar setelah keempat sahabatku membentakku.
" Hey Arthit, ada apa denganmu ? " aku menatap Knott yang bertanya dengan pandangan bingung, Knott hanya menggeleng melihat tingkahku yang menatapnya bingung.
" Kalian tidak tahu saja, Arthit lagi memikirkan kesayangannya 0062 " ejek Bright padaku karena kesal aku tendang kakinya di bawah meja, tidak kuhiraukan ringisannya.
" Arthit, ada N'Piwi, dari tadi dia memanggilmu ? " aku menoleh ke arah yang ditunjuk Knott padaku. Aku menemukan gadis cantik berdiri disamping mejaku sambil memegang sebuah bekal kalau tidak salah. Aku tersenyum seadanya dan kulihat semburat merah menghiasi kedua pipi putihnya.
" Sawadeeka P'Arthit dan phi yang lain " N'Piwi memberikan wai pada kami.
" Sawadee " jawabku dan keempat sahabatku.
" Ada apa nong ? " tanyaku walau tidak penasaran dengan sikapnya ini, selama setahun dia terus berusaha mengungkapkan perasaannya dengan memberiku bekal, bersikap ramah bahkan mengajakku jalan-jalan tapi tak pernah aku hiraukan.
Aku sudah lelah menolaknya tapi dia gadis yang keras kepala.
" Phi aku membuatkanmu bekal, dimakan ya phi " katanya malu-malu aku melirik bekal yang disodorkannya lalu Bright menyikut lenganku, aku menatap Bright jengah.
" Tidak masalah Phi kalau P' Arthit belum bisa menerimaku, aku akan sabar menunggu Phi, aku permisi dulu ya sawadeeka Phi " aku menerima bekal itu dan tersenyum manis, kasihan juga dia sudah lelah memasaknya, sayangkan gak ada yang makan pikirku.
" Terima kasih " ujarku sebelum dia pergi meninggalkan meja kami dan membalasnya dengan sebuah anggukan.
" Ehm ... ehm .... ehm " aku melirik tanpa minat pada Bright yang ada di sampingku saat dia akan bicara, aku langsung memotongnya.
" Diamlah Bright. Nah, untukmu saja " aku mengerti maksud Bright dan memberikan bekal itu padanya.
" Memalukan " ejek Toota menyindir Bright, aku rasa urat malu sahabatku ini sudah hilang entah kemana.
" Oh ya, Arthit, apa kau belum bisa menerima N'Piwi jadi kekasihmu ? " tanya Prem padaku, reaksiku hanya diam menanggapinya.
" Tak usah kau jawab aku tahu kok jawabannya " dasar Prem, jika tahu kenapa tanya lagi, aku menatapnya malas.
" Jangan bilang kau tertarik pada Kongpop itu, aku akui dia sangat tampan, dia sungguh tipeku " Toota tampak mengaggumi si 0062, memang benar si 0062 tampan.
' Eh, aish kenapa aku ikutan memujanya. TIDAK !! ' teriakku dalam hati tanpa sadar memukul pelan kepalaku.
" Kenapa lagi dirimu, Arthit. Nah ini aku pinjamkan buku ini untuk membantu memukul kepalamu mungkin otakmu bisa kembali ke tempatnya lagi " Bright menyerahkan buku literatur padaku yang tebal, aku menatap buku itu lalu menatap Bright tanpa peduli aku ambil buku itu lalu aku pukul saja kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine, Arthit
RomanceKong bertemu dengan Arthit lagi saat Sotus berlangsung. Kong melihat Arthit berbeda dengan Arthit yang dulu pernah ditemuinya saat akan mendaftar di fakultas teknik. Seiring waktu perasaan cinta tumbuh dalam hati Kong untuk Arthit, tapi Arthit bingu...