Aku berada di depan sebuah buku yang aku ingin baca tp tak mampu ak membelinya. Hanya mampu melihat covernya dan menyentuh fisiknya, tapi tak diberi kesempatan memahami isinya. Tak mampu untuk menikmati rimbunan aksara yang teramu indahnya. Hanya mampu memandangnya dalam rak tempatnya berada. Dan hanya mampu memanggil judulnya bila rindu tiba mengutuk sepi yang terlalu tebal embusannya.
Menggigilku ingin memiliki. Namun beku waktu membiarkanku tetap pada kelaparan yang tak jua menyudahiku untuk menggapai asa atasnya. Tak hanya menyentuhnya di depan etalase toko. Ingin benar-benar menacapkan alurnya dalam ingatanku. Ingin menjadikannya bagian dari diriku. Yang mampu membentuk karakterku, mengurai mimpiku dan menjadi perobek sendiriku. Ingin menjadikannya buah bibir yang selalu membuatku tertawa bangga.
Namun nyatanya getir. Sebab dia tetap pada rumah yang tak sama dengan dimana aku berada. Bahkan jendela pun tak mampu membawaku merunut jasadnya. Ruang khayaliku terlalu sempit tak mampu melukiskan pesonanya tanpa gemerlap plastik pembungkus yang selalu mengeringkan dayaku untuk menjadi penikmat syahnya.
Aku ini penganggum yang terbantai jarak penutup. Aku ini pembaca yang tak lebih dari pengeja judul yang terpampang jelas dalam polesan wajahnya. Tak pernah benar-benar mengenal lebih dalam. Hanya temparam ingatan yang meraba pengharapan atas ejaan diksi yang kopong. Kosong dan melompong. Hingga menjelmalah abadi dia menjadi mimpi siang bolong.
***
Haloo....
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan.
Awali puasamu dengan puisi, tenang nggak bikin batal. 😊
Silakan vomment dan share sesukanya.
Salam literasi, salam puisi ❤