Mencari Ibu Pertiwi

292 32 2
                                    

Aku mencarimu, Ibu pertiwi
Di dalamnya tangisan terpendam anak-anak penjuru negeri
Usia yang kelewat hijau itu tak menghalangi
Tubuh-tubuh kecil kurus untuk membanting tulang
Siang-malam demi melawan kelaparan
Yang menyibukkan mereka hingga mereka tak ada waktu
Duduk-duduk manis mencari ilmu

Aku mencarimu, Ibu Pertiwi
Dari bulir-bulir sebesar batu
Yang mengalir di tubuh liat coklat para pekerja bangunan
Mereka menghabiskan hari bekerja untuk pembangunan
Namun, entah upah mereka cukupkah untuk menikmati kemajuan

Aku mencarimu, Ibu Pertiwi
Di antara ribuan aksara pemain kata
Mereka memperbudak warta untuk jadi senjata
Agar bangsa mereka berjaya
Padahal kita terlahir dari ibu yang sama
Lalu bangsa mana yang mereka tinggikan dan rendahkan?
Apakah lagi-lagi soal warna kulit dan bentuk mata?

Aku mencarimu, Ibu Pertiwi
Di drama yang disuguhkan para jaksa dan pengacara
Ada ribuan tangis orang tak punya
Yang buta hukum dan peraturan
Tapi berhak atas keadilan
Rupa muram peradilan
Yang ringan ke atas, berat ke bawah
Membuat para fakir harta lari tunggang langgang
Agar jauh dari jeratannya
Maklum masih uang yang bisa bicara

Aku mencarimu, Ibu Pertiwi
Di ribuan tulisan para warganet
Yang hilir mudik di tanganku tiada henti
Dengan beribu bahasa hewan
Yang entah siapa yang mengajarkan

Aku mencarimu, Ibu Pertiwi
Di padang lapangan hijau
Dengan pemandangan para lelaki berebut bola
Nampak susah payah
Keringat bercucuran bukan karena lelah
Namun tubuh harus pasrah
Jadi permainan dan hiburan pada pedagang kemenangan
Tubuh kekar mereka harus rela jadi meja judi
Tempat setumpuk kartu diputar dan uang diedar
Suara supporter pun digadaikan
Karena mereka harus kebobolan untuk menang
Harus tersingkirkan dari liga untuk bertahan

Aku mencarimu, Ibu Pertiwi
Di derasnya tangis para anak yang menyesal terlahir jadi perempuan
Yang membuat mereka harus hengkang mengenyam pendidikan
Akibat tuntutan kebudayaan
Usia yang belum matang itu….
Terpaksa harus dipanen lebih dulu
Meninggalkan bangku sekolah dan berpindah tinggal di rumah
Wajarnya dipanggil Nak
Tapi status dan keadaan menjelmakan mereka menjadi ibu
Ibu-ibu kelewat muda yang muram
Menimang anak yang lebih pantas dipanggilnya adik
Duduk-duduk lemas di gubug mereka yang reot
Menunggu suami-suami mereka yang entah kapan pulangnya
Dan mereka juga tak tahu di mana harus mencari
Bila bertahun-tahun lelaki itu tak jua kembali
Memangnya kalau menemukan bisa apa?
Tak ada bukti kertas yang bisa dibawa ke pengadilan
Hanya pernikahan adat dengan landasan hukum adat
Cuma bisa berbicara di daerah itu
Tapi dipaksa bisu bila berhadapan dengan negara

Aku mencarimu, Ibu Pertiwi
Dari balik peluru liar para komplotan yang katanya pejuang kemerdekaan
Mereka lupa fungsi tangan untuk bersalaman
Atau menandatangani perjanjian perdamaian
Bukan malah dijadikan budak senjata
Alat yang menuhankan kuasa

Aku benar-benar mencarimu, Ibu Pertiwi
Rasa cinta yang telah beranak rindu
Membuataku tak henti-henti berkelana untuk menemukanmu
Linu kehilangan ini takkan sembuh
Bila engkau tak jua nampak di depan mata
Sayang senja itu tak tahu diri
Datang dan memaksa hari berganti
Padahal tak jua ku bisa sowan kepadamu
Mengecup tanganmu sebagai tanda hormatku

Hingga esok itu tiba
Kau tiba-tiba ada
Datang memelukku dengan menyelimuti merah-putih di kedua pundakku
Sambil menyanyikan lirih lagu Indonesia raya kebanggaanku
Bahkan esok selanjutnya engkau membangunkanku, Ibu Pertiwi
Lewat sayup-sayup suaramu yang lembut, tetapi tegas
Yang mengejakan sumpah pemuda di kedua telingaku
Hingga napasmu menyatu dalam detak jantungku
Dan mengalir memenuhi ruang diriku
Hingga saat aku bercermin, aku bisa menemukanmu

***
Selamat hari kemerdekaan RI ya....
Semoga kita makin paham arti dari mencintai negeri ini 😊
selamat bertemu di puisi selanjutnya
Salam merdeka dan cinta nusa bangsa ❤
Prilda Titi Saraswati

Kata Tanpa SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang