Halo

377 36 0
                                    

Ku tatap wajah itu sekali lagi. Wajah yang begitu ku kenali setiap jengkalnya. Bahkan garis senyum yang meniada termakan usia pun masih ketara dalam ingatanku. Meski keberadaannya telah tergantikan oleh kedustaan.
Ku lihat sekali lagi, lengkung mata pertanda rasa itu. Terlihat begitu kaku dalam balutan kekangan. Kerut pembangkangan yang tertahan menjadi begitu jelas tergambar pada sunyi sang tawa. Meski riang suaranya tetap loang hatinya. Terlalu canggung untuk bahagia, terlalu dipaksa untuk tak apa.
Namun semua tak bisa tertutupi ketika manusia itu berdiri di depan kaca. Sang cermin menampakkan segala hal yang berusaha dia tutupi.
Sang kaca menelanjangi tiap rahasia yang terpendam. Hingga dia pun menyapu bulir beningnya berulang kali. Mengatakan sekali lagi padaku tentang keadaan yang tak apa. Aku pun memegang pundaknya dan mengucapkan salam padanya. Berharap kedamaian selalu menyertainya mengarungi dunia yang beringas ini. Dia pun memandangku lekat layaknya ku yang menatapnya dalam. Ingin sekali aku memeluknya. Meniadakan berat beban yang ditanggung tubuh mungilnya. Namun cermin memisahkan kami dan cermin juga yang mempertemukan kami. Begitulah cara kami mencinta tanpa sentuhan dan kecupan. Hanya sebuah pengakuan sayang di setiap kita berpandang....
Halo diriku....

***
Puisi pertama di tahun yang baru. Puisi yg ak tulis untuk mengingatkan bahwa mencintai diri sendiri itu harga mati.
Vote dan komen sesukanya
Ketemu lagi di puisi yang baru ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kata Tanpa SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang