Kau membuatku menepi ke bibir pantai
Mengakrabi jingga senja yang damai
Hinggaku nyaman, tak ingin lagi meneruskan perjalanan
Sebab aku merasa telah menjejaki tujuanNamun, kau hidangkan cangkir diujung petang
Dengan cairan hitam pekat yang enggan ku hidu
Tapi sedu sedan di matamu itu
Berhasil menaruh sesuatu di kerongkonganku
Suaraku tergadai dengan batuk-batuk
Perih yang mencekik
Melahirkan dahaga penuh derita
Jeratan luka akhirnya mengayunkan tanganku
Untuk meneguk cangkir keramat ituSeketika aku ambruk
Cintaku tersaruk, bahagiaku carut-marut
Si tenang dikejar angin lalu dimakan ombak
Berlarianlah amarah ke tepian
Bersuara tegas di permukaan
Bersama kabut kelam yang memeluk jiwaku erat
Hingga sorai itu pun kiamat
Tapi harapku tak tamatKemudian tanpa basa-basi, tanpa permisi
Kau hidangkan lagi cangkir dengan minuman
Yang lebih menyengat, pengap
Rasa inginku tersekat tak sudi mengisap
Sungguh hatiku yang tinggal sepotong kecil ini takkan kuat
Berkeraslahku menolak meminum cairan pedih ituNamun, lara yang berbaris dalam suaramu
Memasukkan lagi rasa ngengat di leherku
Hingga haus menyerang, membuat pertahananku terlentang
Keteguhanku terkekang
Tawaku dimatikan
Kasihku dihancurkan
Lagi-lagi aku dipermainkan
Lagi-lagi aku dikalahkan
Musnahlah inti penenang itu
Mampuslah terporak-poranda
Menjelma menjadi air mata
Yang mengabadi di pipimu
Semenjak saat itu***
Halo semua, maaf dah lama nggak update. Sedang jadi buronan di dunia nyata. Tapi bakal aku usahain untuk aktif lagi di WP.
Semoga masih betah jadi pembaca puisi-puisiku...
Selamat bertemu di puisi yang baru,
Prilda Titi Saraswati